[ 3 ]

4K 223 9
                                    

Roy, cowok yang memiliki tinggi sekitar 180cm, kulit putih, rambut hitam, alis tebal, dan mata yang tajam itu adalah salah satu siswa pentolan SMA Nusa Bangsa. Cowok berdarah Indonesia campur Belanda ini adalah sosok buaya darat berwujud manusia. Hampir disetiap kelas ada mantannya. Gila bukan? Memang tipe manusia serakah dan tipe manusia gila yang paling Anggun benci.

Lihat, bagaimana cowok itu tengah berjalan memasuki kantin. Sudut bibirnya yang tidak berhenti tertarik menebar senyuman pada semua siswi. Salah satu matanya yang jahil berkedip menggoda. Jangan lupakan cara berjalannya yang angkuh layaknya yang punya sekolah diikuti dengan teman-temannya dibelakang. Cih, benar-benar menjijikan. Berlagak jagoan padahal beraninya keroyokan.

"Saf,"

Siswi yang tengah asik memakan bekalnya itu mendongkak ketika sosok Roy baru saja berhenti disampingnya. Safina, mengernyit bingung menatap kearah Roy. "Kenapa?" tanyanya,

"Nih," ucap Roy dengan menyodorkan sebuah cokelat.

"Buat gue?" tanya Safina dengan menerima cokelat berpita pink tersebut.

Roy tersenyum, "Yaiya, masa buat sahabat lo yang jomblo ini?"

Della menengok kearah Roy dengan menunjuk dirinya sendiri, "Gue?? Perasaan gue nggak jomblo."

"Yang bilang lo siapa? Ya, sahabat lo yang satu lagi tuh," kata Roy dengan menunjuk kearah Anggun yang seakan tidak peduli dengan kehadiran cowok itu.

"Lho, gue kan juga jomblo?" ujar Safina dengan menunjuk dirinya sendiri.

Anggun tersenyum, walaupun pandangannya masih menunduk tengah mengaduk batagornya dengan bumbu kacang yang tersisa sedikit lagi. Suapan terakhir yang paling enak. Mohon maaf, lagipula makanannya saat ini lebih penting daripada ikut meladeni Roy. Ia juga tidak bisa bahasa binatang.

"Ck. Emang cewek mana lagi yang mau jadi korban lo selanjutnya??" sambar Della penasaran siapa cewek selanjutnya yang mau jadi deretan dari mantan-mantan buaya satu ini.

"Ya, ini sahabat lo." jawab Roy,

"Yaelah, kasih cokelat murah begini doang mah, sahabat gue mana mempan. Kecuali, lo berlutut dihadapan dia trus ngomong dihadapan semua orang, pasti—" ucap Della terpotong ketika Safina melototinya.

"Diomelin pak ammar." sambung Anggun yang sudah mengunyah batagor suapan terakhirnya.

"Hah? Apaan dah,"

"Iya, kalo lo bikin satu sekolah kita kumpul nih, cuma buat ngeliat lo nembak sahabat gue udah pasti diomelinlah." jelas gadis itu sebelum menyambar botol minumnya.

"Aduh, ini lo lagian ngapain ngasih gue coklat deh? Ikhlas atau ada maksud dan tujuan tertentu nih??" tanya Safina,

"Pulang sekolah nanti, pulang bareng gue mau nggak?" ujar Roy mengatakan tujuan sebenarnya cowok itu datang kesini.

"Ngajak pulang aja pake kasih coklat segala. Mau ngajak pulang atau ngajak jalan??" tanya Anggun yang seakan dapat membaca isi pikiran Roy.

"Yaelah, kayak nggak tau aja lo. Udahlah gausah pake tanya-tanya mending dikasih restu aje boss gue ini cepet." David tiba-tiba maju dan merangkul akrab pundak Roy.

"Hadeh, bacot nih si zebra." ujar Selo menarik kerah David agar kembali mundur kebelakang.

"Iya, gue mau. Udah lo pergi deh, gue mau lanjut makan nih, entar keburu bel bekel gue belom abis." kata Safina akhirnya membuat Roy tersenyum dan segera beranjak pergi bersama teman-temannya.

Ya, kalau tidak begitu akan semakin lama sekelompok anak lelaki itu mengerubuni meja mereka. Niat gosip mereka bertiga jadi tertunda.

"Lo suka sama roy, saf??"

"Emang kalo nerima tawaran pulang bareng harus suka ya??"

🎮 🎮

Apa sih keuntungan jadi anggota OSIS? pertanyaan banyak siswa maupun siswi yang tidak memiliki minat sama sekali ikut organisasi. Apalagi anggota OSIS sering disebut-sebut sama dengan pembantu sekolah. Kalau yang orang lihat, osis itu layaknya pembantu yang tidak digaji. Mereka kerja menggunakan otak sekaligus tenaga mereka. Terkadang kreativitas mereka juga dituntut kan, saat akan menyelenggarakan suatu acara. Jangan lupakan mereka yang harus bertanggung jawab atas apapun yang akan terjadi nantinya.

Wah, benar-benar sulit dimengerti untuk murid anti ribet sekaligus pemalas yang sukanya berangkat sekolah lalu pulang ini kenapa banyak murid berbondong-bondong setiap tahunnya mendaftarkan diri untuk menjadi anggota OSIS.

Seperti hari ini. Mungkin, sekitar 30 murid ajaran baru sudah berbaris untuk mencalonkan diri menjadi anggota OSIS siang ini. Mereka yang sudah menyiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan nanti serta memberikan visi dan misi. Oh, tidak lupa menyiapkan alasan kenapa mereka ingin menjadi anggota OSIS.

"Nggun, ada pulpen?"

"Ada. Nih," ucap gadis itu dengan menyodorkan sebuah pulpen yang terukir namanya disana. Maklum, Anggun ini tipe anak yang sangat antisipasi barangnya hilang karna dipinjam, tapi tidak dikembalikan. Jangan heran semua barangnya terdapat namanya.

"Lo kenapa? Gue perhatiin kayak lagi kesel gituh, hari ini siapa yang bikin lo kesel emang??" tanya Faldy, salah satu teman sekelas sekaligus teman dekatnya di OSIS.

"Hari ini hari sial gue." jawab Anggun,

"Hari sial? Karna nggak bawa topi?" tebak Faldy mengingat kejadian tadi pagi Anggun dihukum dan berbaris dibarisan depan.

Gadis itu mengangguk. "Tapi nggak itu aja, tadi bu rani baru aja manggil gue, ngingetin buat hal kayak tadi jangan sampe keulang. Lo tau, gue diajak ngobrol sama anak baru dikelas kita itu sampe ditegur wakepsek."

"Serius?"

"Ya, masa gue boong."

Faldy tertawa, "Iya juga sih, masa lo boong."

"Eh, fal, bisa tolongin gue nggak??" tanya Liana salah satu anggota OSIS.

"Ya, bisa." jawab Faldy.

"Yuk, ikut gue, bentar." kata Liana dengan menarik Faldy pergi keluar.

Ting!

Safina; cuy, roy cs sama anak baru cabut

Anggun mengernyit melihat pesan baru masuk. Nathail hari pertama masuk sudah berani cabut??

□  □  □

Me with Gamers boy

Me With Gamers Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang