Malu. Hanya kata itu yang dapat mewakilkan perasaan Anggun saat ini berdiri didepan bersanding bersama anak-anak nakal yang tidak peduli atau melupakan peraturan. Tidak memakai dasi, Tidak memakai ikat pinggang, atau memcoba melarikan diri dari upacara.
Semua nama binatang pagi ini sudah diabsen oleh gadis itu guna meluapkan kekesalannya yang tidak tahu keberadaan topinya dimana. Menyebabkan dirinya harus berdiri sejajar dengan segerombolan murid yang biasanya kena tegur olehnya. Rasanya Anggun benar-benar ingin menenggelamkan diri saja disaat banyak mata menatap kearahnya. Pasti semua orang terkejut melihat anggota OSIS yang rajin menengur dan terkenal galak ini tiba-tiba masuk barisan murid yang atributnya tidak lengkap. Mau ditaruh dimana wajahnya saat upacara nanti berakhir dan bahkan ia masih diharuskan menjalankan hukuman.
"Kamu, kenapa bisa disini?"
Anggun terkejut kala Bu Rani selaku pembina OSIS menengurnya. Dengan kaku ia tersenyum, dan beralasan melupakan topinya dirumah. Padahal, ia yakin betul tidak pernah mengeluarkan topinya dari dalam tasnya."m-maaf bu, topi saya ketinggalan.. "
Bu Rani menggeleng kepalanya pelan, "haduh, kok bisa? Besok-besok jangan diulangi ya,"
Gadis itu hanya mengangguk. Tidak tahu mau menjawab apa. Ia sendiri benar-benar bingung akan situasi saat ini. Hal ini baru terjadi pertama kalinya. Seorang Anggun, melupakan salah satu atribut. Bagaimana mungkin akan diulangi? justru setelah ini Anggun akan sangat sangat teliti terhadap barang-barangnya.
"Nathail, kamu ini kenapa? Baru masuk sekolah, kok bisa mau kabur??"
"Ya, bisa bu."
"Haduh, malah jawab lagi."
Anggun melirik sosok siswa asing disampingnya ini. Seseorang yang sama sekali tidak tegang dan merasa bersalah karna baru melakukan kesalahan itu baru saja menyunggingkan senyum dibibirnya. Jujur, sosok seperti inilah yang paling ia benci. Dia pikir dia keren? Cih, tidak punya sopan santun.
"Kenapa ngga bawa topi?"
Keningnya berkerut ketika Nathail, sosok yang berada disampingnya ini baru saja melontarkan pertanyaan padanya. Yah, dengan malas gadis itu menjawab, "Ya, daripada ngga bawa otak."
Nathail tersenyum, "Maksud lo gue ngga bawa otak?"
"Gue ngga ngomong gituh." jawab Anggun.
"Stt. Jangan ngobrol." tegur seseorang dari belakang mereka.
Keduanya pun kembali terdiam menatap kedepan. Tapi, sepertinya Nathail tidak negitu peduli.
"Nah, kalo ngomong jangan kenceng-kenceng." kata Nathail,
"Yang bener, upacara nggak ngomong."
"Kalo nggak ngomong gimana petugas bubarin barisan?"
"Ya, selain petugas upacara, bodoh."
"Dih, genit lo."
"Apaan sih?!"
"Gausah nyolek."
"Gue nggak nyolek—" ucap Anggun terpotong menyadari guru yang menegur mereka tadi yang mencolek Nathail dan tengah melototi mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me With Gamers Boy
Short Story- Anggun, seorang gadis berusia 16 tahun yang belum pernah merasakan jatuh cinta atau bahkan terfikirkan suka terhadap seseorang. Sahabatnya hampir berfikir, kalau gadis ini tidak normal. 9,99% populasi cowok dibencinya. - Nathail, seorang siswa ber...