"WOOO!!!!!" teriakan semangat dari penonton yang berada ditribun itu meramaikan acara kelas olah raga yang dilakukan hari ini. Tibalah dimana acara yang sudah dipersiapkan oleh para panitia yang sudah rela mengerjakan segala macamnya untuk keberhasilan acara tahun ini. Apalagi, untuk pertama kalinya mereka mengundang sekolah lain untuk ikut berpartisipasi.
Benar-benar sangat meriah. Membuat murid-murid kali ini semangat ketika mendapat kunjungan dari sekolah lain, yang tidak lain menambah deretan cowok ganteng untuk cuci mata bagi mereka para siswi disekolah. Dan jangan lupakan, sporter dari sekolah lainpun ikut datang, sehingga banyak sekali murid yang berpakaian seragam sekolah berbeda.
Anggun yang sedaritadi berdiri dipinggir lapangan untuk memastikan segalanya berjalan sesuai rencana itu tersenyum, melihat murid sekolahnya sangat bersemangat. Bahkan, sesekali ada yang ikut memberi semangat sekolah lain juga.
"Waahhh!!! Selamat ya, ibu sekre, berhasil acaranya. Gue yakin, tahun depan lo yang jadi ketua, ehehehe." ujar seorang gadis yang berpakaian seragam sekolah sama dengannya. Ia salah satu panitia, namun bukan teman sekelasnya. Namanya, Rani.
Anggun, tersenyum. Bangga sekali sih, idenya mengundang sekolah lain untuk ikut berpartisipasi kali ini dalam kelas olah raga berhasil. "Ran, makasih ya, lo udah bantuin gue juga. Sampai ide gue bisa diterima." ucapnya.
Rani mengangguk sambil tersenyum. "Gue yang malah harus bilang makasih. Karna, gue bisa nonton cowok gue main basket. Ehehehe." ucapnya lalu menunjuk salah satu cowok dari sekolah lain yang sedang bermain basket dilapangan sana.
Kedua matanya mendadak membesar, Anggun menatap tidak percaya kalau Rani memiliki pacar dari sekolah lain, tapi, sebenarnya cewek ini juga cantik, sih, walaupun tidak banyak bicara dengan orang lain, terkecuali teman dekatnya. Tidak heran melihat cowok yang baru diakuinya sebagai pacar itu memang tampan. Jago pula dalam bermain basket, terlihat yang paling sering mencetak poin untuk timnya.
"Ehm, ran.. ini alesan kenapa lo bantuin gue ya???" tanya Anggun mengulum senyumnya, melihat gadis itu terus tersenyum kearah lapangan.
Rani mengangguk, antusias. "Awalnya sih, gue juga agak ragu. Biasanya tinggal terima kerja aja, tapi kali ini ikut berpartisipasi untuk mengeluarkan argumen, ehehehe." jawabnya.
"Eh, eh, mereka udah selesai, gue kesana dulu ya, bye!" ucap Rani sebelum berlari meninggalkan Anggun yang hanya mengangguk dan memberikan isyarat 'ok' dengan jarinya.
Gadis itu tersenyum, sebelum berbalik beranjak pergi dari sana ingin mencari keberadaan kedua sahabatnya.
Buk!
"Aw!" pekiknya saat ia bertubrukan dengan seseorang yang lebih tinggi dengannya. Ia memegang keningnya yang justru tidak sengaja terkecup bibir si penabrak. Karna merasa benda kenyal itu menyentuh keningnya. Buru-buru ia mengadah, untuk meluncurkan aksi protesnya pada si penabrak.
Seorang siswa berpakaian baju basket, namun bukan dari sekolahnya. Tinggi, putih, berparas sedikit garang saat pertama kali melihat rahang tegas itu dengan alis yang tebal, serta kedua bola mata hitam itu seakan dapat menghipnotis siapapun yang menatapnya. Anggun, merasa jatuh, seketika. Tidak dapat menghindar dari tatapannya, jangan lupakan aksi protesnya yang harus tertahan karna merasa bibirnya seakan terkunci.
"Raga! Ayo,"
Anggun tersadar, saat mendengar suara itu. Kembali menatap mata itu, tapi kali ini dengan tatapan marah, bukan terpesona. "Heh. Jalannya yang bener dong, udah tau ada orang disini. Trus— l-lo cium kening gue lagi. Ish! Nyebelin." ujarnya dengan nada marah dan kembali mengusap keningnya. Apa-apaan keningnya baru saja dicium oleh orang asing yang baru menabraknya. Huh.
"Maaf,"
Bibirnya ia gigit, mendadak gugup saat matanya terus bertatapan dengan orang ini.
"Setelah main, temuin gue. Raga," ucapnya lagi sebelum berlari meninggalkan Anggun yang tiba-tiba bersikap seperti orang bodoh. Gadis itu mengulum senyumnya, sebelum melangkah pergi dari sana dengan wajahnya yang memanas.
Apa peramalnya kali ini benar??? Batinnya, mengingat pergi ke mall kemarin, sempat bertemu peramal yang mengatakan kalau dirinya akan bertemu dengan seseorang. Kalau benar, ia akan merasa sangat senang.
—— Me with Gamers boy ——
Ekhm! Selesai sudah ceritanya, tidak jadian dengan gamers, anak basket juga boleh, kok.
Sekian, terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me With Gamers Boy
Short Story- Anggun, seorang gadis berusia 16 tahun yang belum pernah merasakan jatuh cinta atau bahkan terfikirkan suka terhadap seseorang. Sahabatnya hampir berfikir, kalau gadis ini tidak normal. 9,99% populasi cowok dibencinya. - Nathail, seorang siswa ber...