Aku baru tau kamu begini

170 3 4
                                    



Senja saat ini begitu menarik bagi seorang Adamian, tangan kanan nya tiada henti mencampur warna semaunya di kanvas putih yang berukuran besar. Objek yang ia pakai adalah senja yang hampir tenggelam juga seorang lelaki yang nampak berdiri melihat kearah senja itu, ia memaksudkan bahwa itu adalah Reyno nya. Remaja manis yang sudah mengisi hatinya secara penuh.


Haruskah ia berterimakasih atas malam itu? Saat ia dan Reyno melakukan nya? Membuat seorang Adamian yang dingin menjadi sadar terhadap perasaannya. Haruskah seperti itu? Jika iya, Adamian akan berterimakasih sekali.


Tepat di ujung halaman rumahnya, ada Reyno yang sedang membolak balik lembaran komik doremon nya. Adamian geleng geleng kepala melihat si bocah kecil itu duduk dengan gaya anggun mirip perempuan yang menuntut tata krama.


Adamian memperhatikan beberapa ekspresi Reyno yang sangat cepat berubah, kadang seperti menahan kesal, kadang tertawa, dan kadang tersenyum malu malu. Ada apa dengan bocah itu sebenarnya?


Adamian menghembuskan nafasnya, berfikir untuk meninggalkan acara melukisnya. Ia malah berniat melihat si objeknya. Dengan langkah santai ia menghampiri si bocah nya.


"Reyn," yang di sapa malah diam saja, tidak menjawab ucapan seseorang yang memanggilnya. Adamian kembali menghela nafas untuk yang ke dua kalinya karena bocah ini.


Nampaknya Reyno tengah asyik dengan bahan bacaan nya.


Adamian duduk disamping bangku Reyno. Ia mengambil komik milik Reyno, ia tidak suka jika ada yang mengambil dan menyita perhatian Reyno darinya. Karena baginya, pusat hidup Reyno haruslah ia, bukan yang lain. Termasuk orang, dan juga benda mati.


Reyno mendengus sebal, ia tidak senang melihat Adamian. Sekalipun Reyno mengagumi wajah Adamian. "Kembaliin." Desis Reyno tertahan. Adamian menatapnya datar. "Aku, tidak suka, ada yang, membuat, perhatian mu, terambil, ngerti?" Jawab Adamian dengan penuh penekanan. Reyno menatapnya takut, dengan susah payah ia menelan ludahnya. Reyno tidak mampu, ia memutuskan untuk menunduk. Tidak berani menatap lelaki yang ia puja penuh dengan kilatan amarah di bola mata adamian.


Adamian kesal pada respon Reyno, kemudian ia melempar komik milik Reyno kesembarang arah yang ia mau.


Reyno mulai mendongak untuk menatap Adamian. Ia semakin mendapati Adamian dengan amarah yang memuncak. Kupingnya memerah, dan rahang menegas. Kemudian Adamian mencegkram ke dua pipi Reyno yang tirus, Adamian bernafsu untuk membuat pipi itu terlukai oleh kuku nya yang lupa ia guntingi.


Bibir Reyno mengerucut, bukan dalam artian imut. Malah ini sebaliknya. Mengerikan. Mata sipit Reyno terbelalak lebar. Ia begitu menahan rasa sakit di permukaan pipinya. Rasanya begitu menyentuh tulang pipinya.


"Denger, gue, nggak suka milik gue di ambil ama apapun. Orang ataupun benda mati. Lo, milik gue, Reyno. Lo nggak punya siapa siapa selain gue. Lo juga nggak punya apapun lagi buat ninggalin gue. Lo murahan, ngerti?" Reyno semakin meringis saat Adamian semakin mengencangkan cengkraman nya. Reyno tidak bisa berbuat apapun. Saat ini Reyno hanya bisa bergumam tidak jelas.


Adamian melepaskan cengkraman nya dengan penuh desisan. Ia segera membersihkan sela sela jari kukunya yang penuh darah milik Reyno.


"Kenapa kamu berubah? Tidak seperti dulu?" Reyno berujar pelan di dekat Adamian.


Ia menoleh kearah Reyno yang bersimbah darah di pipinya. Air mata itu bercampur dengan darah dan membasahi pipi Reyno.


"Ini hal sepele, Adam. Kenapa sekasar ini." Reyno mulai meraung tinggi dalam tangisannya. Ia butuh permintaan maaf dan juga sebuah pelukan. Ia hanya ingin Adamian kembali seperti saat dulu. Tidak ada larangan keras, dan perlakuan kasar.

MAAFKAN AKU (BxB)Where stories live. Discover now