Kembali bertemu

169 3 0
                                    

Suasana kantin sekolah Reyno tidak terlalu ramai. Matanya tidak lepas dari memandang beberapa orang di lapangan basket dekat kantin.


Reyno selalu kagum terhadap mereka yang selalu latihan tanpa henti, tiada kata lelah dalam kamus para arjuna basket.


9 orang lelaki bertubuh jangkung mulai berlarian mengejar seseorang shooter yang tengah mendribble bola basket.


Keringat mengucur deras di dahi mereka. Namun, Reyno tetap asyik memandangi mereka. Bahkan, ia meninggalkan acara makan bakso nya dengan sahabatnya---Arman---.


Arman menatap Reyno penuh dengan keheranan, ia pun ikut ikutan meninggalkan acara makan nya. "Lo aneh, ada apa. Nggak biasanya." Arman melontarkan opini nya.


Reyno segera menoleh, ia tersenyum getir memandang Arman. "Biasa aja kok." Balas Reyno buru buru. Ia berpura pura menyiduk kuah bakso nya yang sudah dingin, mie nya pun sudah tidak sedap dipandang mata.


Reyno menyembunyikan rasa depresinya lagi di matanya yang penuh dengan binar binar semangat.


"Eum, agak dingin. Bagi yang elo, ya." Reyno mengalihkan pembicaraan. Suasana sedikit agak canggung karena Arman yang memandangnya curiga. Reyno menyiduk kuah bakso milik Arman seolah olah tidak terjadi apa apa. Namun, insting Arman tidak tumpul. Ia merasa Reyno kembali seperti minggu lalu. Entah apa yang membuat Reyno seperti itu.


"Asem ih, pake apaan sih." Rutuk Reyno dengan wajah nya yang berubah jijik. "Limo." Jawab Arman pendek.


Reyno mendelik sebal. "Dikira soto gitu?" Tanya nya jutek. Arman hanya mengangkat bahunya cuek.


"Gelang lo bagus, Bikin dimana." Arman menanyainya dengan nada datar, Reyno tersenyum kikuk. "Malioboro." Reyno menjawab pertanyaan Arman dengan kebohongan.


Melihat Arman yang kembali sibuk dengan baksonya, Reyno pun berpura pura menyuap kan satu sendok bakso kecil ke mulutnya.


Danar Adamian, maaf.. Reyno mulai membatin.




***



Arman menyodorkan sebuah tiket untuk bermain di Fantasy Yogya ke arah Reyno yang tengah sibuk dengan note book merahnya.


Reyno mengerenyit memandang tulisan di kertas persegi panjang itu. Ia menghentikan acara mengetik laporannya.


Arman berdiri dari posisi tengkurapnya saat ia mengerjakan makalah manual kelompok mereka.


Pensil dan kertas HVS sudah berserakan dimana mana. Bahkan Ruang tamu Reyno tidak ubahnya kapal pecah.


"Buat apa, Ar?" Tanya Reyno dengan tetap mempertahankan posisi wenak nya, tengkurap dan di apit oleh banyak bantal sofa.


Arman melirik Reyno sebentar, "Buat lo, biar nggak kusut kayak kaset." Jawab nya cuek. Ia kembali menggoreskan tinta pulpen nya di kertas yang mulai penuh dengan opini dari nya.


Reyno membuang nafasnya cepat, ia kembali ke perkerjaan nya. "Care banget."


"Gue tau lo lagi ada masalah, salah sebagai sahabat buat coba ngibur lo?" Arman bertanya cepat, ia mulai menekan kan ujung pulpen nya dalam dalam ke kertas HVS nya. "Menghibur tuh kalau lo juga ikut." Reyno membalasnya penuh dengan kekesalan.


Arman tersenyum pahit tanpa menunjukkan itu pada Reyno. Mereka kembali tenggelam pada kesibukan masing masing.


"Siapa DA itu, no?" Arman bertanya setelah setengah jam mereka saling sibuk sendirian. Reyno terbelalak, ia terburu buru menutup notebook nya. Ia mengabaikan pertanyaan Arman.

MAAFKAN AKU (BxB)Where stories live. Discover now