Rasa Yang Terbelenggu

839 55 0
                                    

Hi guys.. Maaf semalem php gak update. Tapi udah ku usahain kok. Ini dia ceritanya. Maaf untuk ke typo an yang tak disengaja.

Happy Reading^^

---------

Aku terhanyut dalam lamunanku hingga aku tak sadar, jika sedari tadi semua mahasiswa memperhatikanku.

"Bisa anda jelaskan apa yang tadi saya jelaskan Key?" suara bariton dosen membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng perlahan. Dan aku yakin, beberapa saat lagi dosen itu akan berkata ...

"Silahkan keluar dari kelas saya."
Aku dengan senang hati keluar dan terbebas dari pelajaran yang sangatlah membosankan itu.

Aku langsung melangkah menuju kantin karena dahaga yang menyiksaku selama lamunan berlangsung tadi.

Sesampainya di kantin. Aku duduk di pojok ruangan. Di kantin juga terdapat beberapa mahasiswa yang mungkin terjadwal kelas siang.

Setelah mengambil sebotol minuman isotonik. Aku meneguknya hingga setengah. Namun ketika sedang merogoh saku untuk mengambil ponsel, suara bariton membuat ponselku terjatuh karena aku terkejut.

"Hoi."

"Astaga!"

Aku mengambil ponsel yang untungnya masih menyala. Aku menatap sinis orang yang mengagetkan ku barusan.

"Pe'a lo pete! Ngapain sih pake ngikutin gue segala!" omelku pada cowok yang tak tahu diri itu.

Yang diomeli hanya terkekeh. "Gue gak ngikutin lo kali. Lo aja yang geer."

Aku memutar bola mataku lalu melenggang pergi meninggalkannya dengan perasaan jengkel setengah mati.

Aku membuka aplikasi line, disana yang biasanya tertera nama Ariz paling atas. Kini namanya justru paling bawah.

Ia berubah. Sangatlah berubah. Aku tak mengerti. Saat ia memberiku amplop biru itu aku amat bingung.

Isi dari amplop itu adalah dua tiket pesawat menuju Australia. Mengapa aku menangis? Karena aku sangat ingin ke negara kangguru itu. Aku bahagia, namun di sisi lain aku tak mengerti.

Aneh memang, tapi apa maksudnya untuk membuat hubungan yang berbeda? Bukankah sama saja?

Sedari tadi aku memikirkan hal itu. Melamun jauh tapi tak menemukan jawabannya.

Aku ingin sekali bercerita pada Gladys tentang segalanya. Tapi sayangnya aku belum menemukan waktu yang pas untuk bercerita karena Vero selalu menempel padanya bagaikan benalu.

Beberapa saat kemudian, terpampang nama Gladys di layar ponselku.

"Halo?"

"Heh lo dimana? Dosen udah keluar nih."

"Gue kesana." kuputus panggilan sepihak dan melangkah menuju kelas.

"Bisa gak ngadain full day just you and me?" Gladys tampak terdiam setelah aku mengatakan itu. Namun beberapa saat kemudian, ia mengangguk.


"Oke, gue bilang Vero dulu." Gladys bangkit meninggalkan kelas sambil menekan nomor Vero.

Sesaat kemudian, Gladys kembali dengan senyum merekah. "Let's start our day!"

***

"So, whats your problem huh?" kini aku dan Gladys sudah berada di salah satu cafe dekat kampus.

Aku menyeruput green tea ku sebelum menjawab. "Ini soal cowok gue."

Who? (#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang