Aku hanya bisa merunduk dan terdiam selama Peter menancap gasnya.
Sesak di dadaku ini melebihi beban yang selama ini kutahan. Bagaimana rasanya jika pacarmu gak bisa jemput karena mau jalan sama cewek lain?
Setelah ini aku berencana menanyakannya pada Ariz. Aku ingin tahu, ia jujur atau tidak. Karena sudah sekian kalinya ia mengecewakan.
Peter mematikan mesinnya di depan rumahku. Disana sudah ada kak Alice yang duduk di teras rumahku.
Aku turun dari motor Peter. "Makasih ya."
Peter mengangguk dan tersenyum di dalam helmnya. "Ya sama sama. Kak pulang dulu ya." Peter melambaikan tangan pada kak Alice yang juga mengangguk sambil tersenyum.
Peter mengklakson sebelum akhirnya pergi meninggalkan jejak asap yang kian lama kian hilang.
"Hey, are you okay?" kak Alice berjalan membuka pagar dan merangkulku.
Aku hanya membalasnya dengan mengangguk. Kak Alice hanya diam dan menuntunku masuk rumah.
Kak Alice akan berperan sebagai kakak perempuanku jika aku membutuhkannya. Ia akan membiarkanku berbicara sendiri tanpa harus ia paksa.
Kini aku butuh ketenangan. Dan ia mengerti itu lalu pergi meninggalkanku dan menuju dapur.
Kutatap foto yang tertempel di dinding kamarku. Fotoku dengan Ariz yang dipotret saat anniversary 1 tahun.
Ia tersenyum bahagia sambil merangkulku yang tertawa. Masa masa itu sangatlah menyenangkan sekaligus mengharukan. Hingga aku teringat saat saat Ariz memberiku kejutan.
Flashback
Aku menatap nanar pesan yang beberapa menit lalu dikirimkan oleh Ariz. Sakit rasanya saat baru saja berencana merayakan hari jadi yang ke 1 tahun tapi ia pergi ke Singapur untuk keperluan keluarganya.
Ia membatalkan semua janjinya. Padahal kami sudah berencana menjadikan hari esok adalah hari yang tak terlupakan sekaligus menyenangkan.
Aku melempar jauh jauh ponselku ke atas kasur. Kebahagiaan yang seharusnya menghampiri, justru membuatnya tertikam.
Aku berbaring di kasurku sambil menarik selimut dan memeluk guling kesayanganku. Beberapa jam lagi adalah hari jadiku dengan Ariz.
Tetapi ia membatalkan acara malam ini karena ia pergi. Oh god, padahal aku sudah menunggu saat saat ini.
Lampu sudah kumatikan, kini aku tinggal menutup kedua mataku untuk meredakan nyeri di hati. Namun tiba tiba, aku merasakan pancaran cahaya di balik mataku yang sedang terpejam.
Aku mengintip dan terlihatlah bahwa lampu kamarku menyala. Eit.. Bukan, bukan lampu kamar. Melainkan sebuah cahaya lilin.
Ku kerjapkan mataku untuk menyesuaikan cahaya. Hingga wajah Ariz terlihat di hadapanku sambil membawa kue dengan lilin lilin kecil diatasnya.
Ia tersenyum. "Happy Anniversary my Sya sya. My Key, my love, my everything, my--"
"Banyak banget!" kupotong ucapannya.
Ia terkekeh. "Tiup dulu dongg!!" aku mengangguk dan meniup lilin lilin itu, Ia bersorak bahagia.
"Kamu boongin aku lagi hey!" aku menatapnya tajam.
Ia menampilkan deretan giginya. "Kan buat surprise sayang!! Kamu jangan marah yaa.."
Aku mengadahkan pandangank lalu berpura pura marah padanya. Padahal dalam hati aku bersorak senang dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? (#3)
Fiksi RemajaKisah perjalanan Ariz dan Key bukan sampai situ saja. Seseorang datang dan mengaku sebagai tunangan Ariz. Membuat Key bertanya tanya. Kian lama Ariz juga berubah, ia sering ingkar janji, menghilang tanpa jejak, dsb. Hidupnya pun berubah menjadi tak...