Di dalam kamar mandi, aku terdiam cukup lama. Baru saja aku ingin meredam tangis di bawah guyuran shower.
Namun jam kini telah menunjukkan pukul dini hari. Karena aku tidak ingin mengkhawatirkan bang Kev. Jadi aku mengurungkan niatku itu.
Aku sempat menangis tanpa suara, tangisan serta air mata itu meninggalkan jejak bengkak pada kedua mata ku.
Sudah berkali kali aku membasuh wajahku dengan air. Tetapi masih saja belum hilang.
Saat tengah mencari solusi agar mata bengkak ku ini tak terlihat. Gedoran pintu serta panggilan bang Kev menyadarkan ku.
Membuat jantung ku berpacu 2x lebih cepat dari sebelumnya karena takut.
"Key.. Kok ga keluar keluar? Kamu gapapa kan? Atau abang dobrak pintunya?" teriakan itu membuatku panik.
"ehh.. Jangan di dobrak, bentar lagi keluar kok.."
Dengan cepat, aku lekas membuka pintu kamar mandi. Terpampanglah kedua wajah cemas di hadapanku.
"kamu ngapain aja sih di dalem? Lama amat." omelan bang Kev terdengar merdu di telingaku.
"ssh.. Jangan marah marah dulu.. Key belum ngomong." kak Alice mengusap bahu bang Kev untuk menenangkannya.
Yup, beruntunglah aku karena kak Alice ada disini.
"buruan jawab" aku tersentak.
"tadi Key ketiduran bang.. Ngantuk." dustaku dengan harapan tak terbaca.
Kak Alice sempat memperlihatkan wajah tak percaya nya. Namun seolah ia menangkap maksud dari perkataan ku, ia pun tersenyum samar.
Bang Kev juga ikut mengeryitkan alisnya seolah tak percaya. "kamu pikir abang bisa di boongin gitu? Trus apaan tu mata bengkak?"
Yah, memang dasar abang ku. Gak bisa di bohongin sama sekali.
Aku sempat berpikir keras untuk membalas kata kata bang Kev. Tapi gak mungkin juga kan aku bilang nangis karna rindu Hariz?
Di tengah kebingunganku, tiba tiba saja suara kak Alice terdengar di antara kami. "Vin.. Aku mau pulang, aku juga ngantuk." rengekan itu membuatku sedikit bernafas lega.
Setidaknya bang Kev akan menunda pertanyaan maut nya itu. Membuatku bisa berpikir lama nantinya.
Bang Kev terlihat kesal, namun ia sama sekali tak memperlihatkannya pada kak Alice. Ia justru tersenyum dan mengusap lembut kepala kak Alice. "oke aku anter pulang kamu, tapi bentar dulu ya."
Tatapan bang Kev kembali menusuk ku. Seakan Memaksaku untuk segera menjawab pertanyaan nya itu.
Lagi lagi kak Alice merengek, namun kini disertai tatapan memelas serta menggelayut manja di lengan bang Kev. "Vinnn.. Aku ngantukk.. Besok aku harus balik ke butik."
Namun bang Kev tak berkutik. Ia hanya diam sambil terus menatapku, seolah ia tahu kalau kak Alice hanya berpura pura untuk membantuku.
Kak Alice yang sebal pun melepas genggamannya pada lengan bang Kev dan menghentaknya dengan kasar. "huh.. Yaudah aku balik sendiri aja. Key kakak pulang dulu--"
Perkataan kak Alice terpotong oleh perkataan bang Kev. "iya aku anter kamu pulang sekarang. Jangan sendirian, bahaya.." ucapannya diiringi rangkulan di bahu kak Alice. Membuat mataku sedikit memanas.
Bukan memanas karena cemburu bang Kev diambil. Tapi cemburu akan kemesraan mereka yang sudah lama aku tidak dapatkan dari seseorang yang aku sayang.
Hufftt... Lagi lagi mataku perih.
"you win this time. Tapi nanti? Jangan harap kamu bisa lari Key." ucapan bang Kev terdengar biasa namun menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? (#3)
Teen FictionKisah perjalanan Ariz dan Key bukan sampai situ saja. Seseorang datang dan mengaku sebagai tunangan Ariz. Membuat Key bertanya tanya. Kian lama Ariz juga berubah, ia sering ingkar janji, menghilang tanpa jejak, dsb. Hidupnya pun berubah menjadi tak...