Bahagia?

1.3K 82 1
                                    

Aku merapikan rambut yang kini sedang di curly oleh pacar kakakku -Alice-. Ya, bang Kev sudah lama putus dengan kak Tasha.

Oh ya, sedikit cerita tentang keluargaku. Orang tuaku sudah lama menghilang karena kecelakaan pesawat. Hingga kini kabarnya masih belum jelas.

Aku sedih. Sangat sedih. Tetapi aku tahu, aku tidak boleh terus terpuruk. Karena hal itu hanya akan membuat bang Kev khawatir dan aku tak ingin itu terjadi.

Kini bang Kev lah kepala keluarga. Umurnya sudah menginjak 23 tahun. Ia bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.

Umurku sudah 19 tahun. Baru kemarin aku mengulang hari lahirku. Aku berkuliah di salah satu perguruan tinggi ternama.

Sahabatku masih Gladys. Semakin lama ia semakin baik. Mengingat waktu dulu ia sempat ingin mengambil Ariz ku. Kini ia telah bahagia bersama cowok yang dulu pernah ku kagumi.

"Selesaii!!!!" Kak Alice menatap hasil karyanya dengan bangga.

Aku menatap diriku di cermin. Sungguh. Ini bukanlah Key.

Aku tahu umurku hampir 20 an. Itu tandanya aku semakin dewasa. Semakin mengerti dengan apa yang harus kulakukan.

Aku tersenyum dan memeluk kak Alice. "Thank you kak!! Love it!!"

Kak Alice terpekik senang. "Anytime for you babe."

"Yaudah aku berangkat dulu ya kak." aku menyambar tas ku lalu melangkah keluar kamar.

"Oke.. Hati hati!!!" teriaknya.

Aku mendekatkan ponselku didekat telinga. Hingga suara seseorang menyambutku di sebrang telpon.

"hi Sya sya my lope lope."

Ariz.

"Kamu dimana? Aku udah di depan rumah." gerutuku karena jam sudah menunjukkan pukul setengah 9. Sedangkan kelas dimulai pukul 9.

"Okey.. Just wait a minute. Aku lagi on the way." jawabnya.

Aku mendengus. "Nyetir yang bener! Jangan nelpon!"

"Loh bukannya kamu yang nel--"

Tut tut tut..

Kuputus panggilan sepihak. Ariz tak akan bisa berkonsentrasi jika terus menelpon sambil menyetir. Maka dari itu aku menutupnya.

Beberapa menit kemudian. Mobil yaris berhenti di halaman rumah.

"Yuk naik. Udah telat loh" ujarnya ketika kaca mobil terbuka.

Aku tak menghiraukannya dan melenggang masuk ke dalam mobil.

"Yah dia ngambek." Ariz menyodorkan sebatang cokelat favoritku. -dark chocolate-

Aku memekik girang lalu mengambil coklat itu. "Makasi sayangg!!! Aku padamu!"

Ariz hanya tersenyum geli memandangku yang begitu kekanakkan jika berhadapan dengan coklat. Ia langsung menjalankan mobilnya.

"Kamu ada kelas?" tanyaku disela sela kunyahanku.

Ariz menepuk lembut kepalaku. "Makan dulu yang bener, baru ngomong." aku hanya menanggapinya dengan memutar bola mataku.

"Gaada." lanjutnya karena sedari tadi aku hanya diam.

Aku menatapnya sesaat, lalu memalingkan wajah dan kembali memakan coklatku.

"Key.." panggilnya.

"Hm"

"Maaf ya kemarin aku gak dateng ke pesta ultah kamu." seketika aku teringat soal pesta kemarin.

Who? (#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang