3. The Unexpected

16 0 11
                                    

Emily's POV
Argh, tidakkah ibu mengerti bagaimana perasaanku? Ayah benar-benar tertembak tepat di dada, dan aku melihatnya dengan mataku sendiri!

Pftt, aku juga bingung kenapa Chris, Ibu dan tentara bajing itu hanya diam saja. Meskipun komandan dan para anak buahnya telah pergi, tapi tetap saja aku merasa tidak aman.

Lagipula, tentara bajingan itu seperti sedang mendengarkan sesuatu di telinganya, dia juga sering kali berbisik-bisik "hmm, ya, mmm."
Mencurigakan memang, segera kubangkit berdiri dan ya, ada sebuah speaker kecil di telinganya dan juga microphone di hidungnya. Dasar bajingan! Segera ku cabut speakernya dan melemparnya ke bebatuan. "Apa yang kau lakukan, bodoh!" Teriaknya.

"Aku tahu kamu sedang membuat suatu rencana dengan komandan bodohmu itu!"

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Aku bukanlah orang Rusia dan aku tidak mungkin menyusun suatu rencana untuk membunuh kalian!" Sahutnya.

"Alasan! Lalu, sedang apa kau tadi yang daritadi mengeluarkan suara ham hem ham hem seperti itu!?"

"Argh, diamlah, itu adalah keluargaku yang bertanya apa kabarku! Kalau tidak tahu apa-apa, lebih baik diam!" Serunya dengan nada tinggi, mukanya memerah seperti tomat.

Aku segera diam, memang, pikiran negatif sering terpikirkan olehku semenjak ayahku terbunuh.

"Emily, dia adalah orang baik, tak boleh kamu memikirkan hal-hal negatif , itu sama saja kamu menuduh dia" seru ibu dengan nada pelan.

"Aku punya ide, banyak teman-temanku yang ingin melakukan perlawanan terhadap pemerintah Rusia, kalian ingin membantu?" Tanya si tentara itu.

"Aku tidak akan mau bekerjasama denganmu, aku saja tidak tahu namamu!" Sahutku dengan nada galakku.

"Jack, Jack Vrenit, dan kau pasti Emily." Jawabnya.

"Baiklah, bagaimana bu? Setuju atau tidak jika kita menuruti dia? Tidakkah ibu merasakan aura-aura gelap dari dirinya? Tidakkah ibu kuatir apa yang akan terjadi nanti? Lihatlah mukanya bu, tidak meyakinkan..." belum selesai aku berbicara, Chris memotong pembicaraanku, "Bawel sekali kamu, Emily! Ibu sudah mengangguk setuju dari tadi tau!" Bentaknya.

Sudah berani dia membentakku!? Ahsudahlah, aku tidak mau meluapkan emosiku lagi.

Jack segera bangun dan memberi kami masing-masing sebuah speaker kecil dan microphone kecil, "tempel speaker di telinga kalian, dan microphone di dalam hidung, jangan terlalu dalam."

***
Jack's POV
Lihatlah muka tak bersalah mereka, aku memang sudah menyusun rencana dengan komandan untuk membunuh mereka. Well, mereka sudah tahu terlalu banyak. Aku berbohong soal narkoba itu, aku adalah orang Rusia dan aku... adalah.. sahabat komandan.
Pikiranku bercampur aduk, aku kasihan melihat mereka yang sebentar lagi akan terbunuh, tapi aku juga harus melakukan perintah komandan.

Hatiku bimbang, hanya beberapa menit lagi, kedua anak itu akan menyusul ayahnya, dan ibunya akan diculik.. seperti itulah rencana komandan. Dia adalah manusia paling tak berperasaan terhadap wanita dan anak-anak.

"Berhenti" seruku tiba-tiba.
"Hey, ada apa ini, mengapa ada 5 orang berpakaian seperti itu menuju ke arah kita!?" Tanya si ibu, dari nadanya, aku sudah dapat merasakan ketakutan.
Kelima orang itu adalah orang yang sudah diutus komandan untuk membantuku melaksanakan rencana yang telah dibuat.

"Emily, berikan senapanmu itu."

"Tidak mau, ini adalah jebakan! Chris, ibu, lariii!" Teriaknya.

Kelima orang itu terus menembaki mereka, entah siapa mereka, tapi tembakan mereka selalu meleset. Puji Tuhan, batinku.

Aku merebut senapan Emily dengan mudahnya, dan segera menembak kelima orang itu.

Argh, aku melupakan pilot helikopter yang mengantar mereka kesini.
"Pengkhianat!" Dia segera menyalakan microphonenya dan melapor ke komandan, bodoh sekali. Dengan gampangnya aku menembak dia tepat di kepala.

"Pengkhianat ya? Dasar bajingan, aku sudah tau bahwa kau sudah menyusun rencana ini!" Teriak Emily.

"Diamlah, aku sudah menyelamatkan kamu, adik dan ibumu, bodoh!" Ah, kesal sekali rasanya, dia bahkan tidak mengucapkan terima kasih!

Ibunya dan adiknya lari kembali ke arahku, dan ibunya menamparku tiba-tiba," kau membuatku kaget setengah mati! Otakmu itu masih jahat, bajing! Kau lebih pantas mati!"

Ingin aku membalasnya, apa boleh buat, niatku adalah membantu mereka.

"Apa sekarang? Mau menjebak kami lagi dengan rayuan manismu itu, Jack?" Tanya Chris dengan nada menantang.

" Aku berubah pikiran, aku hanya ingin membantu kalian!!" Rasanya aku ingin segera menjitak kepala-kepala mereka, mereka tidak tahu niatku yang sebenarnya.

"Kau tidak akan pernah menjebakku lagi, bajingan. Lagipula, aku tahu kamu adalah orang Rusia, logatmu masih sangat kental dan juga mana ada narkoba yang masih dapat beredar di abad ke-22? Pftt, kau sangat bodoh!" Sahut Emily.

Harus kuakui, dia sangat pintar, firasat-firasat dan dugaannya pun mendekati sempurna.

"Terserah kalian saja, aku sudah memberikan sepasang alat komunikasi. Seharusnya kalian berterima kasih." Huft, aku pasrah, niat baikku telah ternodai dengan kebohongan-kebohongan ku.

Chris' POV
Aku yakin dia berniat baik sekarang. Tapi, aku hanya tidak mau membuat Emily tambah marah. Ibu juga sudah memasang wajah kecewanya, seandainya aku dapat bertelepati dengan orang-orang.

Huft, lebih baik aku makan dulu rotiku.

Sorry nih lama update! Maaf jika ada salah kata / salah penulisan, mohon dimaklumi 😂👌🏻
Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya ya? Tulis di komen, jangan lupa vote juga..
Makasih, sampai jumpa di chap berikutnya 😝

Scars of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang