2. The Russian Soldier

30 2 11
                                    

Aku hanya bisa diam dan menahan nafas, lalu mereka bercakap satu sama lain dalam Bahasa Rusia.

Aku tak mengerti satu kata pun, bahkan untuk membuka mata pun aku tidak berani. Tiba-tiba terdengar suara teriakan ibu, "Jangan membuka mata!" mereka menyeret ibuku, dia terus berteriak kesakitan. Aku tak tega mendengar suara teriakan itu, aku segera bangun dan menghajar salah satu pasukan yang kakinya tepat disebelah tempat aku bersembunyi tadi. Aku merebut senjata dari tangannya sedangkan Emily langsung bangun dan menendang kemaluan pasukan yang kurebut senjatanya itu. Para pasukan yang menyeret ibuku itu langsung melepas tangan ibuku dan langsung mengambil senjatanya. Keringat dingin mulai bercucuran, kakiku gemetaran, dan tiba-tiba saja Emily menembak kedua pasukan yang menyeret ibuku tadi. Untung saja pasukan yang berada disitu hanya tiga orang, Emily berteriak, "tidak, ini tidak mungkin, a.. aku baru saja membunuh.. membunuh.. "dia menangis, kaki ibuku berdarah dan ia tak dapat bergerak dan aku baru saja tersadar bahwa pasukan yang kemaluannya ditendang oleh Emily tadi belum mati. Dia terbaring kesakitan, aku tahu dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi setelah kemaluannya ditendang.

Aku periksa tasnya, dan di dalamnya adalah kotak P3K, hp dan rotiku. Aku segera memanggil Emily yang masih sangat shock untuk membantuku membersihkan luka ibuku, dan membaluti kakinya dengan perban. "Aku masih tak percaya aku membunuh seorang manusia, aku adalah pembunuh, Chris, aku adalah pembunuh.." kata Emily, "sudahlah, kau sudah menyelamatkan nyawa kami semua, lagipula, darimana kamu belajar menembak seperti itu?" sahut aku. "Kemarin aku bermain paintball dengan teman-temanku, tanpa pikir panjang, aku segera menembak mereka berdua." sahutnya balik.

"Aku bingung, apa yang sebenarnya terjadi.." tanya ibu, tiba-tiba saja pasukan yang tadi berbaring kesakitan menjawab, "Korea Utaralah yang menyebabkan perang ini, mereka berkata bahwa Amerika Serikat mengedarkan narkoba ke Rusia, yang katanya narkoba tersebutlah yang membuat para pemuda-pemudi Rusia membunuh satu sama lain, padahal narkoba tersebut diedarkan oleh para wisatawan dari Jepang. " "Lalu kenapa kamu tidak memberitahu hal tersebut kepada komandanmu?" tanya Emily.

"Aku bukanlah orang Rusia, mereka menculikku dari keluargaku, percuma aku memberitahu komandan, dia tidak akan percaya. Lagipula aku akan dihukum habis-habisan jika aku berani menyatakan pendapat." jawabnya.

"Jadi kamu lebih mementingkan diri sendiri dibanding jutaan orang? Seharusnya aku juga menembakmu tadi!" sahut Emily penuh amarah.

"Sudah kubilang, dia tidak akan percaya." sahutnya. "Setidaknya kamu harus mencoba terlebih dahulu!" jawab Emily.

"Semua sudah terlambat, semua sudah terlambat! Berhenti menyalahkanku! Ribuan prajurit lainnya juga sudah mengetahui hal itu! Tapi tidak ada yang berani mengatakannya," teriak prajurit itu.

Prajurit itu mulai meneteskan air mata, sedangkan Emily hanya duduk diam dengan mata tertutup. "Emily, sudahlah, dia benar, semua sudah terlambat, kita harus bersyukur bahwa kita masih hidup sampai sekarang." bisik ibu. "Bersyukur?! Apanya yang bersyukur? Ayah mati begitu saja tepat di depan mataku dan ibu masih dapat berkata bahwa kita harus berysukur?"

Sorry kalo ada typo / cerita jelek / ga jelas. Maklum baru pemula :p

Scars of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang