*ctaakk ctaakk tinggg*
Gawat, ada yang sedang menembaki kita."Menunduk!!" Teriakku, sepertinya ini mobil murahan, kacanya saja terpecah hanya dengan 1 tembakan.
"Jackk, berhati-hatilah, aku tidak dapat menunjukkan jalan lagi, aku belum pernah kesini" ujar Natalie, si ibu.
Damn it! Harus kemana aku? Kami sedang ditembaki dan sekarang bingung mau kemana, yang kulihat sekarang hanyalah jalan lurus tanpa rumah, ruko bahkan pom bensin.
"Aaaaa, mobil itu semakin mendekat Jack!" Teriak Emily, penakut juga dia.
"Bensinnya sudah mau habis, jika aku menambah kecepatan, mobil ini akan berhenti di tengah jalan sekitar 5 menit lagi!"
"Apa boleh buat, Emily, tembak mereka pakai senapanmu itu" ujar Chris.
Well, kaca belakang sudah pecah, Chris benar, sebaiknya kita melakukan perlawanan.
*dor dor cetaaar*
"Bagus Emily, giliranku" ucap Chris
Ayolah, ini bukan sebuah permainan, mereka seenak-enaknya bermain, sedangkan aku sedang pusing memikirkan cara agar dapat selamat 😑
"Apakah kalian tidak ada senapan lain?" Tanya Tris.
"Aku ada satu, aku mengambilnya dari pilot helikopter tadi" ujar Natalie.
Kapan? Aku tidak melihatnya, ahsudahlah, dia memberikan senapan itu ke Tris dan.. salah satu dari ketiga mobil yang mengejar kami... meledak.
"Mobil seperti itu gampang meledak, cih, mereka bahkan memakai mobil yang lebih murah daripada mobil merah ini" ujar Tris dengan nada sombongnya yang khas itu.
Dan... mobil kedua terjatuh dari jalur terbangnya..
"Hore, berhasil!" Yap, siapa lagi kalau bukan Chris, astaga, dia baru berumur sekitar 12-14 tahun tapi sudah dapat menembak lebih baik daripada aku.
Tapi, itu tidak mengubah segalanya.. lima mobil berwarna hitam menyusul mobil terakhir tadi. Semua ini sia-sia.
"Jangan menembak, hanya akan menghabiskan peluru, mereka tidak akan pernah habis" ujarku.
"Tapi kan seru, bilang saja iri tidak dapat merasakan sensasi seperti ini" sahut Tris.
"Diamlah, kita sedang diantara hidup dan mati, dan kau masih dapat membantah"
"Cih, pengecut"
Aku terus menghindar dari tembak-tembakan yang mereka beri, tapi ini tidak akan berlangsung lama, bensin sudah menunjukkan garis setengah.
"Mereka terus menembaki kita" terlihat dari spion mobil, matanya penuh dengan kecemasan, kekuatiran, dan ketakutan... matanya terus melirik garis yang menandakan jumlah bensin itu, "Jack, bensin...." bisiknya.
"Tenang saja, Tris, bensinnya masih cukup" aku berusaha menenangkan, padahal, aku tahu tidak akan lama lagi kami akan segera mendarat mendadak di tanah pasir itu.
"Jok mobil sudah berbolong-bolong Jack! Apa yang harus kita lakukan" teriak Emily.
Tris dan Emily yang tadinya cerewet, sekarang diam menggambarkan ketakutan, aku tak tega melihat muka mereka itu.
Aku tak menjawab, aku bingung, aku pasrah, aku...
Syuuttt, mobil hilang kendali, muncul pemberitahuan bahwa bensin sudah habis, sudah kuusahakan untuk rem, dan ya.. remnya tidak berfungsi.
Semua terlihat ketakutan, Emily dan Tris saling bergandeng tangan dan mengucap doa, Chris melipat tangannya dan Natalie yang tepat di sebelahku berbisik, "Terimakasih, Jack"
Emily's POV
Aku sayang ibu, aku sayang ayah dan aku sayang Chris."Tris, sudah saatnya" bisikku.
Kami bergandeng tangan, mengucap doa dan syukur kepada Tuhan.
Aku sudah siap.. aku sudah siap...
***
Hitam, semua hitam...
" Tangan siapa itu, keluarlah!" Teriakan itu terdengar dari suara yang tidak asing lagi, yap, Jack.
"Aaku disini!" Sahutku.
Dia segera mengenggam tanganku dan langsung menarikku dari pasir pasir itu.
"Syukurlah, kau masih hidup!"
"Mana yang lain?"
"Bantulah aku mencarinya"
Yap, aku tadi berada di dalam pasir, entah bagaimana bisa aku terlepas dari safety belt ku.
"Mungkin mereka di mo..."
Astaga, dimana mobilnya? Ini tidak mungkin.
"Yap, mereka mengangkut mobil merah itu, aku juga tadi berada di dalam pasir sepertimu, lalu aku melihat tangan yang muncul dari pasir"
"Oh tidak, bagaimana jika mereka tersangkut di safety belt yang mereka pakai?!" tanyaku penuh kekuatiran.
"dan mereka ikut terbawa dengan mobil merah itu" lanjutnya.
Oh tidak, aku kehilangan semua keluargaku, dan aku terperangkap dengan orang yang baru 5 jam yang lalu aku kenal. Yaa, pikiran negatif masih terngiang di otakku ketika melihat wajahnya.
"Dan juga, kita berada di tengah gurun pasir entah dimana" lanjutnya lagi.
"Kita pasti sudah terbang sangat jauh, di kotaku tidak ada yang namanya gurun pasir" sahutku.
"dan roti-roti dan P3K ada di tas Chris"
"setidaknya aku ada hp di kantongku"
"Coba telepon mereka"
Aku menekan tombol dan mulai menelepon... shit, tidak ada sinyal.
"Tidak ada sinyal huh? Damn it!"
Langit-langit terlihat hitam padahal jam baru menunjukkan pukul 1 siang. Banyak pesawat Rusia berlalu lalang di langit, tapi untungnya tidak ada yang melihat kami.
Chris' POV
Dimana ini? Kenapa tanganku dirantai, hey aku tak bisa bergerak, ada apa ini."Pstt, kau sudah terbangun Chris? Diamlah, jangan sampai suara kita terdengar" yap, itu adalah Tris.
"Dimana kita?"
"Entah, mungkin di 'penjara' buatan mereka, atau mungkin kita sudah di Rusia?"
"Mana Jack dan Emily?!" dimana mereka? Aku hanya melihat ibu di pojok ruangan masih belum sadarkan diri.
"Mereka tidak terbawa dengan kita"
"Apakah mereka sudah ma.."
"Mereka belum mati, Chris. Jangan memikirkan yang tidak-tidak!"
"Tapi..."
"Mungkin mereka tidak pingsan dan kabur"
"Emily tidak sekejam itu meninggalkan kita..."
"Atau, mungkin dia berada di ruangan lain?"
"Oh tidak, jangan-jangan kita dijebak lagi oleh Jack, dia sempat menjebak kita, tapi dia berubah pikiran"
"Dan dia dijadikan budak pemuas nafsu?!"
"Tidak mungkin, Tris!"
"Sudahlah, lebih baik kita melepaskan rantai ini dulu dari tangan dan kaki kita" ujarnya
"Baiklah"
admin dah pada UTS 😱. Jadi kejar tayang gini deh.
Komen aja kalo cerita kurang jelas dll. Kami terima segala bentuk masukkan kok.Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars of Mine
AdventureKisah Chris yang berada di tengah-tengah perang dunia ketiga, yang harus berpisah dengan keluarganya.. akankah Chris, Emily (kakak), Tris (teman, Natalie (ibu) dan bahkan Jack (pemberontak) dapat selamat bersama-sama? Admin / Author : #WhiteCone Do...