4

87 6 0
                                    

khawatir sih iya tapi se nggaknya kasih tau kek jangan mendadak kayak gini”. Heiden keluar dengan dengan membanting pintu mobilnya. Sementara andy hanya terdiam dengan sikap adiknya.

“celine tunggu” andy mengejar dari belakang.

“apalagi” heiden terlihat mendegus kesal.

“ini.. eumm anterin keruang kepala sekolah boleh?”

“kak ini udah telat bentar lagi upacara dimulai. Kakak jalan sendiri aja, lagian kakak  udah tau kan rungannya”.
Andy mengangguk tanpa membantah, ia berpikir mungkin adiknya masih kesal.

         *****

Suasana di ruangan osis terlihat tidak begitu ramai, heiden masuk dan terlihat berbincang-bincang kecil dengan temannya.
“yang lain pada kemana kok belum pada datang?” celine bertanya pada gadis yang duduk disebelahnya.

Tiba-tiba pintu terbuka terlihat michelle muncul dari balik pintu.
“Celine.. dipanggil kepala sekolah tuh”

“baru juga duduk, emang buat apa sih?” dia mendecak kesal.

“entah katanya ada perlu, kan lo anggota osis jadi harus siap sedia dong celin” ucap gadis itu penuh canda.

“elah emang lo bukan anggota osis le, mesti gitu aku yang di panggil”.
Seraya beranjak dari bangkunya.

“hehe.. anggota osis juga sih, tapi kan level lo lebi tinggi dari gue”, ucap gadis itu dengan nada cengengesan.

“huuh” cindy mengangkat tanggan nya seolah hendak memukul.

“udah minggir sana aku lewat”

“siap, eh ini atribut osis lo jangan ketinggalan”. Sambil melemparkan tanda pengenal kearah heiden.

Saat baru berjalan beberapa langkah ia bertemu dengan samy di persimpangan lorong sekolah.
“hai celine.. mau kemana buru-buru banget”

“eum ini keruang kepala sekolah, kayaknyak aku bakalan gak ikut rapat nih sorry ya”

“oh.. it’s ok” sambil melingkarkan jarinya kearah heiden.

Heiden berjalan terburu-buru menuju ruang kepala sekolah sambil memakai jasnya, dan tak lupa tanda pengenal anggota ia sematkan di antara dasi dan jasnya. Dia berhenti tepat didepan pintu kayu yang berwarna coklat, ia dapat melihat jelas kedalam ruangan yang berdinding kaca tersebut. Disana ada kakaknya yang masih terlihat asik berbincang dengan kepala sekolah. Gadis itu merapikan rambut dan jasnya yang terlihat sedikit acak-acakan sebelum kemudian mengetuk perlahan pintu kayu tersebut.

“permisi pak” heiden mendongakkan kepalanya dari balik pintu.

“celine masuk” diapun masuk dengan melirik sekilas kearah kakanya.

“bapak manggil saya”.

“oh iya ini, kamu kan adiknya andy jadi bapak minta kamu anterin dia ke kelasnya ya”

“anterin, ini pak sebentar lagi kami ada rapat untuk acara lomba basket minggu depan pak.. jadi.. “

Omongannya terhenti karna kepala sekolah langsung memotong pembicaraannya.

“soal itu sudah bapak kasih tau samy, jadi kamu ngak perlu khawatir”.

“pantesan aja tadi tu anak ngk banyak ngemeng” pikirnya.

“anterin ke kelas Sains 2A ya..”. gadis itu terperanjat tak percaya.

“Sains 2A pak.. tapi pak apa..”

“kenapa? Ada masalah?”. Heiden hanya menggelengkan kepalanya perlahan.

“yaudah kalo gitu kami tinggal ya pak” ucap anak laki-laki yang sedari tadi hanya mendengarkan  percakapaan mereka.
Heiden sedikit membungkuk dan kemudian permisi keluar mengikuti anak laki-laki tersebut. Gadis itu menarik tangan kakaknya melewati koridor sekolah ke lantai atas seperti menarik seorang musuh yang hendak kabur, andy mengikuti dengan langkah kaki yang tersendat-sendak seperti hendak terjatuh.

HEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang