Chapter 2: Kid by Rain

2.8K 393 4
                                    

Sedari tadi, Soonyoung berjalan mondar mandir mengelilingi ruang latihan. Suatu masalah telah terjadi. Masalah besar.

Hansol: Hyung, sudah kau temukan kasetnya?

Soonyoung hanya memandang kosong ke depan. Membuat koreografi adalah hal mudah. Tapi musiknya tidak semudah itu.

Hansol: Hyung?

Soonyoung tiba-tiba berdiri sambil menghentakkan kedua kakinya. Wajahnya linglung bercampur panik. Seperti biasa, Hansol tidak akan merecoki hyung-nya dalam keadaan seperti itu. Ia perlu ditinggal.

Hansol menghampiri kursi di sudut ruangan dan duduk. Tanpa memperdulikan apa yang dilakukan Hansol, Soonyoung keluar. Ia perlu mencari solusinya. Solusi agar dapat mengikuti kompetisi menarinya.

***

Di etelase terdapat banyak jenis bunga, mawar, krisan, baby breath, anggrek... tentu saja, karena itu etalase toko bunga. Seorang anak kecil sedang berkeliling memperhatikan masing-masing jenis bunga.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pegawai toko ramah.

Anak itu membalasnya dengan senyum dan gelengan kepala. Si pegawai toko kembali ke tempat jaganya. Ini sudah ketiga kalinya ia menghampiri si anak.

Bukan kurang kerjaan, hanya saja anak itu sudah berkeliling etalase lebih dari tiga puluh kali. Entah itu benar tiga puluh atau bukan, yang jelas anak itu sudah terlalu banyak mondar mandir.

"Eomma..." gumam di anak sambil mengetuk-ngetuk dagunya.

Akhirnya pilihannya jatuh pada baby breath. Ia berjalan menuju pegawai toko tadi dan memberitahukan pilihannya. Si pegawai tampak kesal, tapi tetap melayaninya. Bagaimanapun itu adalah pegawainya.

Satu buket baby breath sekarang berada di tangan anak itu. Ia hendak menyebrang jalan agar dapat menaiki bus ke jalur pulangnya namun ada yang menghalanginya.

Hujan turun dengan deras.

***

Tidak ada solusinya. Soonyoung tidak mendapatkan pencerahan sedikitpun. Bagaimana kaset yang ditaruhnya di loker kelas bisa hilang padahal sudah jelas kunci loker disimpannya di...

Oke, sekarang ia tahu masalahnya. Kunci lokernya hilang. Itu terjadi sejak kemarin. Pantas saja kaset itu tidak ada di manapun.

Menjebol loker sekolah? Soonyoung pernah bepikir untuk melakukan itu. Namun, merusak properti sekolah dapat membuatnya terjerat masalah. Dan masalah itu tidak dapat diselesaikan hanya dalam waktu seminggu.

Soonyoung mengacak rambutnya gusar. Ia tampak seperti orang depresi di jalan publik. Pikirannya hanya melayang pada kaset dan kompetisinya. Mengapa hal seburuk ini harus terjadi sekarang?

Hujan. Hujan yang deras turun.

Mau tak mau Soonyoung berlari menuju tempat berteduh terdekat, sebuah etalase. Segera ia berlari menuju tempat itu dan berdiri bersisian dengan seorang anak kecil.

Sekarang ia menyesal tidak melihat halte bus di seberang jalan. Kalau ia berteduh di sana, ia bisa naik bus tujuan rumahnya.

Ia melempar pandangan kesal ke segala arah termasuk anak kecil di sebelahnya.

Anak itu tengah memegang sebuket bunga. Soonyoung tidak tahu bunga jenis apa yang dipegangnya. Tapi anak itu sekarang memandangnya sedih. Entah sejak kapan Soonyoung senang memperhatikan anak kecil di sebelahnya.

Merasa diperhatikan, anak itu menoleh. Soonyoung berbalik, tidak ingin dicap sebagai pedofil. Hanya satu hal yang sekarang terbayang-bayang di benak Soonyoung. Ia ingin bertanya apakah ada yang bisa dia bantu pada anak kecil itu. Soonyoung tidak tega melihat anak kecil yang sedang bersedih.

"Hei," ujar Soonyoung memberanikan dirinya. Ia menepuk pundak anak kecil itu.

Anak kecil itu menoleh, "Hm?"

"Ada yang... ada yang bisa kubantu?"

Anak itu memasang wajah serius, "Kau bisa membantuku kalau kau membawa payung dalam tasmu."

Sangat to the point.

Soonyoung mengangguk membalas perkataan anak kecil itu. Ia menghela nafas panjang, berharap hujan akan berhenti setelah helaan nafasnya. Namun tidak. Ia terjebak bersama anak kecil yang tidak menyenangkan ini.

"Tidak ada payung dalam tasku. Kau kurang beruntung kali ini."

Anak itu bergeming. Ia memandang lurus-lurus ke depan.

Memang menyebalkan.

***

KRINGG!!!

Alarm Soonyoung yang menyebalkan berdering kencang pagi ini. Saking menyebalkannya, Soonyoung tidak segan-segan menjatuhkannya hingga pecah. Sayangnya, ia masih akan membutuhkan alarm itu ke depannya. Alarm ponselnya tidak dapat diandalkan.

Daripada membahas alarm lebih jauh, mari melihat apa yang akan dilakukan Soonyoung setelah ini. Ia bangun dan membiarkan tempat tidurnya begitu saja lalu berjalan ke kamar mandi.

Setelah mandi, ia mengecek ponselnya. Ini hari latihannya. Ia harus ke studio sekarang sebelum terlambat dan dimarahi oleh pelatihnya.

Soonyoung mengenakan celana training favoritnya dan berjalan menyusuri kompleks apartemennya. Studionya terletak tidak jauh dari sana. Hanya butuh beberapa menit untuk mencapainya. Mungkin 15 menit. Perjalanan itu menjadi bahan pemanasannya tiap sebelum latihan.

Soonyoung melirik jam tangannya. Masih lama sebelum latihan dimulai. Namun ia ingin datang lebih awal agar dapat menguasai studio.

Namun hujan turun. Turun amat deras.

Soonyoung berlari ke arah halte di depannya dan menunggu bersama banyak orang lainnya yang juga lupa membawa payung.

Soonyoung menghela nafasnya. Pupus usahanya untuk menguasai studio sendirian sebelum latihan dimulai.

Tiba-tiba sebuah bus berhenti di depan halte. Semua orang berduyun-duyun memasuki bus sampai seorang anak jatuh terjerembab.

Bus itu melaju kembali meninggalkan si anak yang sekarang sudah bangkit dan membersihkan kotoran di bajunya.

"Harusnya aku bawa payung. Aku kurang beruntung kali ini," gumam anak itu gusar. Wajahnya sekarang berubah marah.

Soonyoung menoleh. Ia memandang anak yang sedang marah di sebelahnya itu.

Ini bukan mimpi, batin Soonyoung. Ia mendaratkan tamparan di pipi kanannya sendiri. Sakit.

Anak itu memandang ke arahnya heran.

"Ada yang salah padaku?"

***

Akhirnya selesai juga chapter 2!! Bentar lagi author mau UTS,  jadi libur semingguan dulu eaa.. kalo ada masukkan tolong komen ya....

[√] Until we meet again... | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang