"Aku menyukaimu, Lee Jihoon!"
Jihoon hanya balas menatap Soonyoung. Apakah itu sebuah pernyataan? Iya, benar, itu jelas. Soonyoung menyatakan suka padanya. Apa yang harus ia lakukan. Mereka belum lama kenal. Ia tidak tahu harus membalas apa.
Hening.
Jantung Jihoon berdebar kencang. Entah untuk alasan apa, ia tidak ingin Soonyoung mendengarnya. Ia memutuskan untuk berlari, berlari melewati Soonyoung.
Soonyoung diam saja. Ia tidak mengejar Jihoon. Ia tidak tahu mengapa ia tidak memiliki keinginan itu. Pernyataan itu terlalu terburu-buru. Mungkin Jihoon berpikiran seperti itu. Apa yang harus Soonyoung lakukan?
Ia tidak tahu dan Jihoon masih berjalan menjauh, semakin jauh. Hingga tidak akan terlihat lagi bila Soonyoung berbalik.
***
Vernon berjalan keluar dari kompleka apartemennya. Ia sedang tidak ingin mengganggu Soonyoung ataupun menyusul Jihoon yang belum bisa dipastikan sebagai Jihoon.
Ia berhenti dan duduk pada sebuah bangku panjang. Dia berada di sebuah taman kota. Tempat yang berada di sisi kompleks apartemen mereka. Tempat pertemuan pertama dengan kencan pertamanya yang gagal.
Seungkwan. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa ia masih marah karena semalam?
"Aku tidak mengira akan bertemu denganmu di sini," celetuk seseorang yang lewat di depannya.
Dia... iya, dia Seungkwan sedang berbicara dengan nada masih jengkelnya.
"Bukannya kau ada kelas hari ini?" Vernon berusaha mengalihkan pikirannya dari rasa bersalah.
Seungkwan menggeleng, "Libur."
Jawabannya memang singkat, namun aksen bicara sangat lucu, membuat Vernon tertawa kecil. Oke, Vernon sedang gila sekarang.
"Kenapa tertawa? Tidak adakah yang ingin kau jelaskan?" Seungkwan kali ini duduk di sebelah Vernon.
Vernon menoleh ke arah Seungkwan. Ia mau duduk di sebelahnya. Ia tidak marah lagi?
"Jangan buat aku marah untuk yang kedua kalinya! Cepat sebutkan siapa orang beruntung yang kau pikirkan semalam!"
"Kau."
Seungkwan terdiam.
"Maafkan aku soal kencan kemarin. Aku berusaha menelpon temanku karena-"
"Siapa? Siapa yang kau pikirkan semalaman tadi?"
Vernon sebenarnya baru akan membeberkan soal hadiah kencannya yang ketinggalan semalam. Namun Seungkwan lebih ingin mendengar tentang orang yang dipikirkannya semalam.
"Boo Seungkwan, tidak ada yang lain," jawab Vernon mantap.
"Aku kalah."
"Hmm?"
"Aku termakan rayuanmu."
Lupakan Soonyoung dan cinta lamanya, ia ingin sekali mencubit pipi orang di sampingnya. Dan ia melakukannya dengan keras.
"Sakit!" seru Seungkwan memukul tangan Vernon.
"Kau tidak marah lagi padaku?" tanya Vernon.
Seungkwan menggeleng, "Aku tidak pernah marah padamu."
"Lalu yang tadi malam... dan kau... kau pergi-"
"Tidak akan pernah lagi," ralat Seungkwan.
Vernon mengelus dadanya tenang. Sekarang ia tidak membutuhkan psikiater lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Until we meet again... | SoonHoon
Fanfiction"Akhirnya aku dapat melihatmu lagi. Aku merindukanmu." "A... Aku tidak mengenalmu. Maaf." [ SoonHoon, romance, rate-T ] pitike17©2016