Part 7

6.7K 432 10
                                    

Warning: Typo(s) bertebaran!

Satu pemikirannya saat ini adalah.

Kabur.

Iya, Sarah ingin sekali kabur namun kakinya sudah terlanjur berada di depan ruangan Fathan. Sungguh, ingin melarikan diri namun kakinya tidak mampu melangkah. Rasanya berat sekali.

Saat Sarah sedang berpikir antara 'kabur' atau 'tidak', malah pintu ruangan Fathan terbuka. Membuat dua makhluk Tuhan berbeda jenis itu sama-sama saling terkejut.

"Saya kira kamu kabur." Ucap Fathan secara spontan.

Emang niatnya gitu, kali. Ucap Sarah di dalam hatinya.

Deg deg deg deg....

Ini jantung gak ada konser dangdut malah berdangdut ria di dalam sana.

"Pak, saya ini mau di hukum ya?" tanya Sarah karena Fathan hanya berdiam diri sambil menatap matanya.

Demi dewa-dewi Yunani... aku meleleh, sumpah! Lagi-lagi Sarah hanya berucap di dalam hatinya. Habisnya, Sarah tidak tahu mesti gimana lagi jika Fathan menatapnya dengan tatapan yang bisa membuat Sarah mati kutu dan rasanya ia ingin segera melarikan diri dari Fathan karena tatapannya yang begitu tajam dan sangat intens. Sejujurnya, Sarah heran sekali dengan mata tajam milik Fathan, dulu Fathan jika menatap orang tidak pernah mengintimidasi seperti saat ini.

"Hukuman kamu adalah pulang sama saya. Tapi sebelum pulang, kamu masih ingat jadwal pembersihan ruangan saya selama sebulan, kan?"

Duh ah...

Sarah kira Fathan lupa. Ternyata masih ingat sama hukuman selama sebulan itu. Mana lama lagi sebulan, gerutu Sarah di dalam hatinya.

"Pak, Pak Fathan kan ganteng, boleh nggak Pak hukuman saya dikurangi waktunya?"

Fathan mengernyitkan dahinya. "Bukannya saya culun, ya? Barusan kamu bilang apa? Minta penambahan waktu hukuman? Dengan senang hati saya akan mengabulkannya." Ucap Fathan melantur.

Sarah mengangguk mantap. "Iya culun banget malah." Sarah membenarkan ucapan Fathan barusan. Hal itu membuat Fathan hanya bisa meredamkan emosinya. "Pak, saya itu bukan meminta penambahan waktu, tapi pengurangan waktunya, bapakku sayang. Eh? Maap pak keceplosan tadi." Cengir Sarah sambil membentukkan jarinya huruf V.

Fathan memutar kedua bola matanya dengan kesal.

"Cepat bersihkan ruangan saya, Sarah."

Sarah mengigit bibir bawahnya. Sesungguhnya Sarah malas sekali membersihkan ruangan Fathan, padahal setiap hari ruangan guru selalu dibersihkan oleh Pak Darmo selaku tukang bersih sekolah. Tapi, kenapa Pak Fathan memberi hukuman membersihkan ruangannya coba?

"Aduh... Pak saya sakit perut..." ringis Farah seraya memeluk perutnya. Fathan mendengus kesal.

"Saya gak mau tahu, cepat bersihkan."

Sarah mempautkan bibirnya. "Bapak, saya ini sakit perut, berbaik hati dikit napa."

Fathan berdecak kesal, "Ya sudah kalau gitu kita pulang."

Mendegar hal itu membuat Sarah bersorak-sorak gembira di dalam hatinya. Malas sih sebenarnya membersihkan ruangan Fathan dan untung saja akting dia bisa membuat Fathan langsung percaya karena Sarah bertingkah 'sakit perut'.

Fathan mengambil kunci mobil, tas, dan ponselnya di ruangannya. Setelah itu ia langsung menarik tangan Sarah keluar. Setelah mereka tiba di parkiran, Fathan dan Sarah dikejutkan oleh salah satu fans Fathan. 

"Halo Pak Fathan," sapa Shintia fans fanatik Fathan. Melihat kedatangan makhluk bernama Shintia itu Sarah hanya bisa bersungut kesal. 

Fathan mengangguk sekali, "Halo." Ucap Fathan dengan singkat. Dahi Shintia mengernyit tatkala pandangannya melihat Fathan tidak sendirian.

My Charming Teacher (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang