Part 11

3.1K 148 15
                                    

Warning: Typo(s) bertebaran!

Satria menghempaskan tubuhnya di atas kasur, entah kenapa hari ini adalah hari terberatnya. Bagaimana tidak, Fathan yang dikenal cuek itu berubah drastis. Hari ini, bagi Divan Fathan seperti ibu-ibu gosip yang kalau berbicara tidak ada henti-hentinya.

Yang saat ini Fathan resahkan adalah lagi-lagi seorang bocah SMA siapa lagi kalau bukan Divan. Fathan memintanya untuk mengintrogasi Sarah bagaimana perasaan Sarah terhadap Divan saat ini.

Tiba-tiba ide cemerlang terlintas dipikiran Satria, bagaimana kalau Fathan dikerjain saja lagian kekalutan dan ketakutan Fathan akan kedekatan Divan dan Sarah adalah kebahagiaan tersendiri buat Satria. Kapan lagi coba melihat pria seperti Fathan yang digemari dan dikagumi kaum hawa jadi uring-uringan?! Ah, momen ini benar-benar harus Satria gunakan sebaik mungkin. Lagian kalau begini terus, kapan Fathan berani mengungkapkan perasaannya pada Sarah? Padahal Satria tahu Sarah, adiknya yang nyebelin namun sangat ia sayangi itu juga mencintai Fathan. Namun dua-duanya sama-sama gengsi untuk mengungkapkan. Halah, kalau begini terus, sampai kiamat pun Fathan dan Sarah tetap begitu saja, tidak ada kemajuan di antara hubungan mereka.

Lantas, Satria langsung mengambil ponselnya dan men-dial nomor Fathan.

"Hallo?"

"Halo Bandung, ibu kota periangan..."

"Apaan sih lu Sat?! Garing tau!"

"Lah gue nyanyi doang apa salahnya?"

"Nggak lucu sumpah!"

"Eh om, kenapa sih lu? Sensi amat. Udah kayak cewek lagi PMS."

"Bodo amat, ngapain lu nelpon gue? Baru juga ketemu."

Satria menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur. "Eh, tadi sore kan lu nyuruh gue tanyain Sarah soal hubungannya dengan si Divan kan?"

Di seberang sana Fathan mengangguk antusias, sadar pergerakannya tidak bisa dilihat oleh Satria, Fathan pun langsung menjawab iya dengan seadanya walaupun jantung sudah kebat-kebit. Bagaimana tidak, Sarah adalah gadis kecilnya yang ia puja, Sarah yang manis, Sarah yang lucu, dan Sarah si mulut pedas namun sayangnya Fathan cinta tidak peduli seberapa pedasnya Sarah jika berbicara, Fathan tetap cinta dan cinta itu tidak akan pernah luntur.

"Barusan pas gue habis makan sama keluarga gue, gue ke kamarnya Sarah, lalu gue tanya sama si Sarah tentang Divan."

"Terus?"

"Ya gue tanya gini, 'dek, kamu ada gak rasa sedikit aja sama Divan?' Lo mau tau jawabannya si Sarah apa?" Tanya Satria yang membuat Fathan penasaran akan apa yang Sarah ucapkan.

"Apa?"

"Dia bilang ada, Divan udah bikin si Sarah nyaman, Sarah bilang ke gue kalo Divan pribadi yang bisa bikin Sarah tersenyum dan juga Divan adalah orang yang selalu mengerti Sarah dengan baik. That's why Sarah ingin mengenal Divan lebih jauh."

Fathan terdiam, bukan ini yang Fathan dengarkan dari mulut Satria, sungguh, bukan ini. Sialan!

Sedangkan Satria saat ini menahan tawanya. Satria sangat yakin sekali saat ini Fathan pasti sedang kesal atau apalah itu. Yang terpenting Satria sukses mengerjai Fathan. Kena kau!

"Jadian?"

"Apanya?" tanya Satria dengan bingung.

"Maksud gue, si Sarah bakal jadian sama Divan?"

Satria lagi-lagi menahan tawanya, dalam hati dia mengejek Fathan yang katanya guru, pintar di bidang akademis maupun non-akademis tapi urusan cinta kenapa seperti orang awam. Apa Fathan tidak pernah jatuh cinta? Yang saat ini Satria harapkan dari sahabatnya itu adalah Fathan mencoba lagi mengejar Sarah dan membuang rasa tidak percaya diri. Jika Fathan terus-terusan berada di dalam kubungan rasa tidak percaya diri, sampai kapan dia mengharapkan Sarah tanpa kepastian? Di suatu sisi Satria pun merasa adiknya mencintai Fathan, namun keduanya sama-sama memiliki rasa gengsi. Ingat kata pepatah, malu mengungkapkan sesat di perasaan.

My Charming Teacher (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang