Pelajaran sedang berlangsung dengan tenang. Itu dikarenakan para siswa nakal memilih tertidur, dan guru mereka terpaksa membiarkan siswa nakal yang tertidur itu, dari pada pelajaran terganggu oleh ulah mereka nantinya. Yoona mencatat semua yang menurutnya penting. Menyimak dengan cermat yang guru tampan itu jelaskan didepan. Walau sesekali harus sedikit terganggu dikarenakan banyaknya kertas yang melayang menuju kepalanya, tentu berakhir menghantam kepalanya.
"Wae.. wae?" tantang Yura ketika Yoona meliriknya. Segera Yoona mengalihkan pandangannya dan kembali fokus kepada guru tampan itu. ternyata sang guru sedang mengamatinya, tepatnya menyadari tindak Yura yang sedari tadi mengganggu Yoona. namun tetap saja, mengingat perkataan Yoona yang tidak membolehkan dirinya untuk membela Yoona. terpaksa ia berpura-pura tidak melihat perbuatan itu.Pelajaran pada hari itu berlangsung lama berkat adanya kelas tambahan. Hingga senja berlalu dan malam pun tiba. Pakaian olahraganya masih berada didalam ranselnya. Hari ini Yoona sukses melewati harinya tanpa gangguan. Ia berjalan menuju rumah dengan gembira. Ia bahkan tidak menyadari bahwa cacing perutnya tengah meronta meminta makan. Membuka pagar rumahnya pelan. Suara tawa membisik dari kejauhan. Suara itu berasal dari dalam rumahnya. Tapi, suara yang ia dengar adalah suara seorang pria. lantas langkah cepatnya langsung membawanya kedalam rumah itu.
"Bagaimana halmoni, mereka sangat menggemaskan bukan?" tanya Sehun yang sedang duduk berdampingan dengan halmoni di atas sofa. Memegang tabletnya guna menonton sebuah reality show.
"Mereka juga tinggal di negara kita?" kata halmoni polos dengan matanya yang fokus pada layar tablet.
"Tentu saja. Nama mereka sudah sangat memperjelas. Daehan Minguk Manse. Haha.. bukankah itu sangat lucu." kembali tertawa tanpa menyadari kehadiran Yoona dibelakangnya.
"Daehan Minguk? (Republik Korea) orang tuanya benar-benar memberikan nama itu pada anaknya?" masih dengan polosnya.
"Aigoo.. aku sudah menjelaskannya berkali-kali.." gumam Sehun becanda.
"Aku mau melihat yang tadi, siapa tadi namanya? Seo.. seo.." ucapnya dengan semangat.
"Seoeon Seojun? Baiklah." segera Sehun mengulang kembali video yang sedang mereka tonton. "Kau juga suka dengan mereka? Ayah mereka sangat terkenal di negara kita." jelasnya kepada halmoni yang sudah tersenyum gemas melihat tingkah anaknya Lee Hwi Jae.
"Aku ingin memiliki cicit seperti mereka." baru saja pria itu hendak berkata, namun ketika mendengar perkataan halmoni, mulutnya kembali terkatup rapat. Yoona menyadari perubahan itu, segera ia berjalan mendekat lalu menghempaskan tubuhnya di sofa, di samping halmoni.
"Omo! Yak, tak bisa kau menyapa terlebih dahulu? Seperti hantu saja." celutuk Sehun yang kaget berkat kedatangan mendadaknya.
"Aigoo.. cucuku.." mengelus kepala Yoona dengan penuh kasih sayang. "kau pasti belum makan. Sebentar, aku panaskan supnya dulu." halmoni bergegas menuju dapur, tinggallah Yoona dan Sehun disana.
"Yak, kau bolos lagi?" tanya Yoona seakan sudah bisa menebak. Sehun tidak menjawab, malah asik mengotak atik tabletnya. Tidak perlu bertanya kembali, karena jawabannya sudah terjawab secara tidak langsung. Menunggu halmoni memanaskan sup, Yoona membuka kembali buku pelajarannya. Membaca kembali apa yang tadinya sudah ia tulis di buku catatannya.
"Bukankah kau menyukai Manse?" Sehun menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat dengan Yoona, hingga lengan mereka saling bersentuhan. Seperti ada sesuatu yang menyetrum ditubuh mereka. Segera mereka membuang perasaan itu jauh-jauh. Memaksakan mata untuk fokus pada layar tablet. Sejenak Yoona menjadi menikmati tontonan itu.Dilihatnya sang ayah dengan asik bermain bersama anaknya. Mereka tertawa bersama. Kebahagiaan terlihat dengan jelas disana. Hal yang seharusnya terjalin antara ayah dan anak. Tapi sayangnya kebahagiaan seperti itu tidak pernah dirasakan oleh gadis itu. tidak menyadari itu, matanya mulai berkaca-kaca. Dengan terus fokus pada layar tablet. Membayangkan seperti apa rasanya tertawa canda bersama seorang ayah.
Air mata memaksa hendak mengalir. Desakan itu semakin kuat ketika dilihatnya sang ayah mulai memeluk anaknya. Mengecup kening anaknya. Merasa sudah tidak bisa menahannya lagi, buru-buru Yoona bangkit dari duduknya, melangkah cepat menuju halaman rumahnya. Menyendiri dibawah pohon sambil terus merelakan airmatanya yang mulai mengalir.
"Oo? kemana Yoona pergi? Bukankah ia belum makan?" tanya halmoni yang tidak menemukan cucunya disana. Sehun meletakkan tabletnya keatas meja.
"Aku akan mencarinya." pergi dari sana dengan rasa bersalah. Telah melupakan itu, hal yang dapat membuat sahabatnya bersedih. Kini dilihatnya Yoona berdiri dibawah pohon di halaman rumahnya. Dari jauh airmata itu dapat terlihat oleh pria itu, semakin membuatnya merasa bersalah. Perlahan ia menghampiri Yoona yang tengah menyeka airmatannya karena menyadari kedatangan Sehun disana. "mian." ujar Sehun pelan menatapnya lekat. Yoona menghindari tatapan itu, tidak ingin Sehun melihat matanya yang memerah.
"Gwenchana.." tangkasnya dengan suaranya yang parau.
"Kau menangis." kata Sehun tidak bermaksud bertanya.
"Ani." terus mengindari kontak mata pria itu.
"Jangan begini.." tidak bisa melihat gadis itu menyimpan kesedihannya. Segera Sehun menarik Yoona kedalam pelukannya. Memeluk tubuh itu dengan hangat. Barulah terdengar isakan tangis Yoona, membisik di kesunyian malam. semakin membuat Sehun merasa harus melindunginya. Hal itu membuatnya kembali teringat pada masa itu. dimana pertama kalinya ia bertemu dengan gadis itu.