11 - 1 -

53 3 2
                                    

Sekolah itu terlihat normal, dengan murid yang bersosialisasi atau belajar di kelas.

Yah..

Mungkin dalam pemikiran loe manusia-manusia di sekolah ini normal atau setidaknya kalem-kalem gimana gitu yah.

Iya sih, kalau loe lihatnya kelas 10..

Kalau kelas 11..?

"Wenny, Ryca. Kesini buhan ikam,umpati Bapa"

'Dan sekali lagi Wenny juga Ryca kepanggil sama guru' pikir gue sembari memandang Wenny dan Ryca yang berjalan keluar dengan menjinjing kaus kaki mereka- eh, salah. Maksudnya sepatu mereka.

"Kayanya OSIS nih haur banar lah, ada acara apa garang??" tanya salah satu guru PPL yang kebetulan mengajar Kimia saat itu.

Kimia.. Hii.. Horor Bro..

Gue menghempaskan kepala gue pelan ke meja, ingin sakit kepala akibat dipaksa makan Molar dan Pembakaran Entalpi menghilang.

Oh, ya. Gue lupa.

Mari, gue kenalin murid-murid nista dari kelas 11 IPA di S. L. B. atau kepanjangannya, Sekolah Lanting Banjarmasin .

Ada kelas IPA-1 yang isinya anak-anak yang hobinya nelen buku pelajaran.

Ada kelas IPA-2 yang hobinya karaoke-an sampai waktu fajar.

Nah, di kelas gue, IPA-3, lebih hancur lagi bro. Gue rasa cuman semut penghuni kelas ini yang normal.

Yang terakhir, kelas IPA-4. Jangan ditanya kenapa suara ketawa-ketiwi kedengeran banget di kelas ini. Orang penghuninya warga RSJ semua kok.

***

Gue nggak ngerti, sumpah nggak ngerti banget.
Kok anak IPS lebih tentram dan damai daripada anak IPA?

Gue cuma bisa mandangin anak kelas XI-IPS-3 yang tertib mengikuti pelajaran pada saat itu. Ketika gue menengok ke arah kelas XI-IPA..

IPA-1: Muridnya pada tereak-tereak, wong lagi debat masalah Fisika.

IPA-2: Masih, dengan lagu Butiran Asbak yang terdengar jelas pake speaker Ekskul Keagamaan. Ckckckck..

IPA-3: Dangdutan, broh

IPA-4: Kayaknya lagi ketelen Raditya Dika tuh. Ketawanya kenceng banget, kayak pake toa pak Lurah!

Sumpah, gue bingung kenapa Mama sama Bapak gue jadi masukin gue di sekolah ini. Rasaan kakak-kakak sepupu gue nggak gila-gila amat waktu masuk maupun lulusnya.

Ya udahlah, gue rasa memang udah nasib gue yang nista untuk masuk ke RSJ berlabel SMA ini.

"Hei, ngapain kamu?"

Sontak gue loncat ke atas pohon cabe di samping gue. Sumpah, gue nyebutin sumpah terus sepanjang chapter ini!

Gue nengok ke arah orang itu, dan mata gue langsung auto fokus ke dua buah melon di depan gue.

"Hai Nisa.."

"Ya Allah Gia!" Teriak Nisa sambil ngehantam gue pake buntelan bakwan dalam plastik yang secara misterius muncul di tangannya.

"Adaw adaw cyiiin!! Sakiiit!!" Gue tereak-tereak ala eneng-eneng bertubuh kekar yang keliaran malam-malam sambil senyum ala kuda.

Nisa seketika loncat 10 meter menjauh dari gue, wajahnya macam melihat kuntilanak lagi goyang inul. "Loe napa Gia?! Kesurupan jin Saimpul Jamiel ya?!"

Gue seketika melongo kayak pembunuh di film Scary Movies.
"Hah? Ngomong apaan sih loe Nis?" tanya gue masih dengan puluan tanda tanya warna-warni di atas kepala gue. Kita berdua terdiam sejenak..

Dua menit berlalu..
Lima belas menit..
Satu jam-

KELAMAAN WOY!

"Hahh gua nyerah deh, otak loe kayaknya udah kejangkit anak IPA" ucap Nisa yang menggelengkan kepalanya kayak lagi senam. Gue cuma bisa blink-blink.

Ini gue yang bodoh atau apa yah?

"Nis... Gue kan emang anak IPA.. " ucap gue dengan muka anak dungu di pojok kelas. Nisa cuma bisa mijit kepala yang sontak gue balas manggil Mang Supri, tukang urut paling ajib di sekolah gue.

Nisa langsung masuk ke kelasnya, kayaknya udah nggak tahan lagi sama kelakuan gue yang mirip penghuni RSJ tingkat dewa.

Mehh, masuk kelas ah. Biar dapat makan Hukum Kepler 😅😅

Anak S. L. BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang