fifth

714 44 1
                                    

Ya.....aku jalan dengan rasa takut dan waspada, aku sangat berhati-hati sesekali aku menengok ke arah belakang.
"Wari...tenang kan ada aku" ichi mengelus-elus pundaku dan tersenyum manis. Senyumanya memberi kehangatan yang menyimbolkan 'bahwa segalanya aman selagi ada ichi di sampingku' walaupun aku tahu ichi anak yang sangat penakut, namun kejadian barusan menurutku itu sangat berani, menyelamatkan ku dari cekikan hantu itu.
"Wari,kita mau kemana sih?" Ichi sepertinya sangat penasaran. Ia selalu menanyakan 'mau kemana?' Berulang-ulang kali, namun aku tak bisa menjawabnya.
                                
                         
...
..
.

Saat sampai di tujuanku, ichi hanya melihat-lihat ke atas dan kebawah, kekanan dan kekiri, berulang-ulang kali
"Wari tempat apa ini?"
"Ikuti saja aku!"

Aku dan wari tampak kebingungan dengan tempat ini, tempat ini seperti hutan yang tak berpenghuni bahkan aku tak melihat hewan di sini, hutan ini sangat jauh dari pedesaan.

Aku yang selalu penasaran dengan tempat ini, tak segan seganya memasuki hutan lebih dalam, ichi sudah mulai panik namun aku tak memperdulikanya, hari mulai sore matahari mulai tenggelam keadaan hutan ini sangat gelap, pohon pohon seperti merapat hingga menutupi cahaya matahari namun aku sama sekali tidak menemukan apa apa, saat aku berjalan menembus semak semak dan ranting ranting yang rapuh, aku melihat ada abu nampaknya seperti ada yang pernah terbakar di sini, abu itu sangat luas, seperti membakar barang yang sangat besar abu itu tidak bisa hilang aku mencoba untuk menggosok gosokan kakiku ke tanah yang telah tertupi abu namun abu itu masih saja menempel di tanah.

"Wari itu apa?"
"Aku juga tidak tahu ichi" ku jawab

Aku yang sangat penasaran dengan abu itu, perlahan lahan ku alurkan kedua tanganku dan berusaha menyentuh abu itu. Namun...... saat aku menyentuh abu itu  tiba tiba saja kepalaku mendadak sakit, kepalaku seperti tertekan oleh mesin penjempit yang sangat besar dan kuat, aku merengek kesakitan teriak tidak karuan sehingga membuat ichi panik, aku jatuh terduduk, ichi berusaha menenangkan ku ia memeluku, ya.... walaupun sebagian cowo tidak berani melakukan itu, aku menjerit, menjerit sekeras kerasnya lalu aku memukul kepalaku dengan punggung tangan ku perlahan, jika di bayangkan aku seperti orang gila yang berada di rumah sakit jiwa dan saat itu rambutku sedang  berantakan namun ichi hanya bisa memeluku ia bingung ia tidak tahu harus berbuat apa, ichi selalu saja menenangkanku dengan berbagai cara, dan akhirnya... kepalaku yang sedari tadi sakit tiba tiba hilang begitu saja, kalian pasti bertanya tanya apa penyebab dari kejadian tadi? Aku pun tidak tau, bahkan aku bertanya tanya pada diriku apa yang barusan ku alami.

"Ichi lepaskan pelukanmu, aku ini seorang perempuan dan kau laki laki, tidak bagus kita berpelukan di tempat sepi seperti ini"
Perintahku dengan nada lemas.

      "Oh sorry wari, aku tidak bermaksud" jawab ichi sambil menjauhkan dirinya dari aku.

Badanku lemas namun aku sepertinya masih agak kuat berjalan untuk pulang, dan lagi pula hari sudah mulai gelap, dan pohon pohon di hutan seperti merapat tak ada sinar matahari yang menerangi hutan ini, suara burung burung berkicauan membuat suasana hutan makin mencekam, akhirnya aku dan ichi berjalan keluar dari hutan itu, dan saat kami keluar dari hutan itu, entah apa aku merasa ada sesuatu yang memanggilku untuk masuk ke dalam hutan itu. Aku sempat menoleh kebelakang menghadap hutan itu, dan saat ku lihat hutan itu berubah menjadi hutan yang sangat menyeramkan bahkan seperti pohon pohon di hutan itu di tempati oleh arwah arwah jahat.

Aku berusaha membalikan hadapan kepalaku untuk mengarah ke depan dan berusaha melupakan hutan itu.

"Kamu kenapa wari?"
"Hah? Oh tidak apa-apa, ayo kita pulang"

Saat perjalanan pulang ichi berusaha mengajak aku berbicara namun aku tidak bisa fokus pada ceritanya, ichi sangat banyak berbicara namun suaranya terdengar seperti orang yang berbicara dari tempat jauh, pikiran ku hanya ke hutan itu dan hantu gadis kecil yang barusan berusaha membunuhku.

"Wari!?" Tangan ichi melambai di depan mataku
"Hah!" Aku terkejut dengan lambaian tangan ichi
"Kamu melamun?"
"Hah? Emmmm....."
"Tak apalah wari, lagi pula aku sudah di depan gang rumahku nih, hati hati ya!" Ichi mulai memasuki gang rumahnya dan berjalan meninggalkanku sendiri.

Sesaatnya di rumahku.
"Aku pulang!"
Aku mulai melepas sepatu dan melepaskan tas ku dari rangkulanku dan menyeretnya hingga kedepan pintu rumahku.

Dan saat aku memegang gagang pintu rumah, ternyata ada yang terlebih dahulu membuka pintu dari dalam rumah.
Aku heran, aku tatap sosoknya dan ia menatap mataku tajam.

"Siapa kamu!!?"
Dia bertanya dengan nada keras sehingga aku terkejut mendengarnya.

...
..
.




###########To Be Countinued ##########

                                  

 Kagome KagomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang