Prolog

537 128 58
                                    

Rizky Febian - Kesempurnaan Cinta

Suara alarm sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu di kamar tersebut. Tetapi, sang pemilik kamar belum juga terbangun dari tempat tidurnya. Yang dilakukan hanya mematikan alarm itu, mengatakan "Bentar lagiii," dan kembali menarik selimutnya.

Tok tok tok...

"Non, gak pergi ke sekolah? Udah ditunggu Mas Darren di bawah," ucap asisten rumahnya dari depan pintu kamar Dhista.

Mendengar kalimat itu, Dhista membuka matanya lebar-lebar dan melihat jam yang berada di atas nangkasnya.

"Shit! Jam 6.00! Bentar mbak Tata lagi siap-siap," Setelah mengatakan itu Dhista segera mengambil seragam sekolahnya dan berlari menuju kamar mandi. Butuh tiga puluh menit untuk Dhista melakukan semuanya.

Setelah keluar dari kamar memakai seragam sekolahnya dengan rapi, tas ransel dan rambut yang dibiarkan terurai, Dhista menuruni tangga dengan tergesa-gesa dan dengan lahap memakan sarapan yang sudah disiapkan dan meminum susunya untuk sarapan.

"Kalau alarm bunyi itu jangan dimatiin terus tidur lagi. Jadi kebiasaan bentar lagi, bentar lagi" kata laki-laki dari arah ruang tamu.

Pasti itu Darren. Sial!

"Ini aku Darren bukan abang Tama,"

Iyakan Darren pasti nyaut lagi.

"Gue tau kali, D!" jawab Dhista sewot. Setelah menghabiskan sarapannya, Dhista berpamitan dengan kedua orang tuanya dan langsung menyusul Darren yang berada di ruang tamu.

"Lama banget sih," gerutu Darren.

"Bawel! Ayo berangkat keburu telat, Ren" ucap Dhista seraya menarik tangan Darren.

"Bentar ih pamitan sama om tante dulu," Darren berjalan kearah mereka dan berpamitan. "Om, Tante Darren berangkat dulu ya,"

"Hati-hati nak. Tolong jagain Dhista," perkataan papa Dhista masih terdengar di telinga mereka meskipun mereka sudah berada diluar.

Darren melajukan mobilnya menuju EJIS. Sesekali Darren melirik perempuan yang ada disampingnya yang sibuk dengan ponselnya. Ia hanya menyunggingkan senyumnya melihat itu.

"Tata,"

"Hm,"

"Yaudah," Dhista menoleh kearah Darren yang masih fokus untuk menyetir.

"Lo apaan sih selalu gak jelas deh, Ren"

"Hm," Dhista hanya mendengus.

Tepat pukul 07.00 Dhista dan Darren sampai di sekolah, untung saja mereka tidak telat. Padahal jika mereka sampai lima belas menit lagi mereka akan dianggap telat. Ya meskipun itu sekolah milik Darren, ia tidak mau bertingkah laku seenaknya. Selama di perjalanan menuju kelas, Dhista dan Darren berjalan beriringan sampai mengundang tatapan dari beberapa murid yang sudah biasa melihat mereka seperti ini. Darren tidak akan langsung berjalan ke koridor kelasnya sebelum ia mengantarkan Dhista ke kelasnya terlebih dahulu, setelah itu ia akan kembali ke kelasnya. Meskipun jarak kelas mereka lumayan jauh itu tidak membuat Darren mengeluh karena hal itu.

"Nah akhirnya sampek juga," ucap Darren dengan menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Gak usah dianter gapapa kali. Gue gak akan ilang, D" Dhista memutar bola matanya.

"Gue gak mau kehilangan lo untuk kedua kalinya," Darren mencondongkan tubuhnya kearah Dhista sampai sepatu mereka bersentuhan. Dhista hanya diam dan menahan degup jatungnya. Sedangkan Darren tersenyum kearahnya dan memperhatikan mata black pearl milik Dhista. "Nanti istirahat jangan lupa gue tunggu di kantin," ucap Darren dengan mengacak rambut Dhista.

Feeling Fall of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang