Part 13

7.6K 609 18
                                    

Kemarin dan hari lalu. Aku bertarung hebat dengan semua yang ada dalam tubuhku. Rasa. Hati. Fikiran. Semua bertarung hebat dan menunjukan kelebihanya. Namun, setelah pertarungan itu usai, yang ada hanyalah sebuah rasa. Rasa yang dulu aku berusaha menyangkalnya dan aku sebut itu adalah Cinta. Pada dasar dan konsepnya yang namanya Cinta sama. Ia akan membuat gila dan mengawang bagi yang merasakanya. Namun, apakah Cinta ini salah, hanya karena aku berbeda merasakan Cinta pada umumnya?

Kali ini aku benar-benar yakin seyakin-yakinya. Aku jatuh cinta pada Kevin. Dan ini benar-benar Gila. Sangat gila. Bagaimana mungkin lelaki sepertiku jatuh cinta dengan sejenis? Apakah ini adalah efek karena perlakuan Mas Hilman padaku yang terjadi selama bertahun-tahun. Apakah aku harus marah karena merasakan Cinta ini? Apakah aku harus merasa benci karena mas Hilman yang membuat rasa ini tumbuh dalam diriku. Tapi. Bukankah saat ini aku malah menyukainya, dan jatuh cinta pada Kevin, adalah hal yang tak pernah kusesali. Bahkan aku terkadang berfikir ia juga merasakan rasa yang sama denganku. Apakah tanda kecupan bibir malam itu? Bukankah itu berarti ia.  Ahh sudahlah. Aku rasa taxi yang sekarang aku tumpangi sudah tiba ditempat tujuanku.

"Kita udah sampai ya Mas?" Kataku mempastikan pada si Sopir taxi

"Loh.. Sudah sampai gimana? Ini kita jalan saja belum. Kan dari tadi saya tanya mau kemana. Mas malah diem, senyum-senyum sendiri!"

Kata-kata Sopir taxi itu membuatku spontan kaget bukan main. Aku langsung mengucap Maaf padanya dan segera memberitahu kemana ia harus mengemudikan taxi ini. Sekitar dua puluh menit. Akhirnya kali ini si Sopir taxi mengatakan jika sudah sampai ditempat tujuan. Dan kali ini aku yakin, memang sudah sampai. Aku merogoh dompetku dan memberikanya selembar uang seratus ribu. Setelah menerima kembalianya, aku langsung turun. Namun sekarang aku malah bingung, kemana aku harus melangkahkan kakiku.

Dari alamat yang dikirim Kevin lewat WhatsApp. Ini sudah menunjukan alamat yang benar, jadi tak mungkin rasanya aku sampai salah alamat. Didepanku saat ini, sebuah rumah besar menjulang tinggi dengan sangat megahnya. Bahkan aku rasa rumah yang saat ini didepanku adalah rumah yang paling tinggi. Diluar rumah gedong itu nampak begitu cantik dengan dekorasi yang dipenuhi dengan mawar putih. Beberapa bunga ucapan selamat juga terpajang memenuhi halaman rumah.

Kakiku gemetar, aku kembali melihat diriku sendiri saat melihat sepasang muda mudi yang baru saja turun dari mobil dan hendak masuk kedalam. Mereka memakai pakaian yang sangat bagus dan kekinian. Sementara aku, hanya memakai kemeja kotak-kotak dan celana hitam dengan sebuah tas soren kecil. Apa ia aku harus membalikan badan dan pergi dari sini hanya untuk mengubah penampilanku. Itu tak mungkin, lagi pula ini sebuah perumahan. Aku tak melihat ada taxi atau kendaraan lainya yang lewat.

Sepasang muda mudi itu, kini hendak masuk kedalam. Aku langsung mengekorinya. Si wanita yang tanganya tak bisa lepas dari gandengan lelaki yang aku bisa pastikan pacarnya, membalikan wajah kebelakang dan melihatku dari ujung kaki sampai rambut, tapi tak lama ia kembali fokus kedepan. Sepertinya ia tak mempemasalahkan dengan sosoku yang ada dibelakangnya.

Kakiku terus melangkah sampai akhirnya sekarang aku sudah masuk didalam. Aku disambut dengan suara merdu seorang gadis yang tengah mengalunkan lagu Terjebak Nostalgia. Suarnya sangat mirip seperti Raisa, hanya saja suara gadis itu lebih serak sedikit. Aku cukup termenung beberapa waktu menikmati suara gadis itu, sampai-sampai aku tak tau kemana harus melangkah lagi. Didalam sangat ramai. Bisa kupastikan yang hadir didalam saat ini jumlahnya hampir seratus lebih. Tapi rumah gedong yang besar ini masih terasa lengang walau dipenuhi oleh tamu undangan.

Aku masih menikmati suara gadis itu. Lalu samar-samar bisa kulihat Kevin tengah berdiri disamping panggung kecil yang sekarang tengah digunakan gadis itu untuk menyanyi. Ia sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang, aku jadi enggan menghampirinya. Kenapa sekarang nyaliku malah ciut begini. Padahal dulu. Dera, managernya saja aku berani hadapi hanya untuk bertemu dengan Kevin.

THE STARLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang