Teach

3.1K 298 33
                                    

Jimin sangat memuji kecerdasan Jungkook dalam beberapa hal, memisahkannya menjadi beberapa golongan dan tersimpan rapi di otaknya.

Memang lelaki '97 itu lemah dalam bahasa inggris, itu juga karena Jungkook sangat malas mempelajarinya. Menurutnya itu juga bukan alasan Jungkook harus meminta secara pribadi pada kekasihnya untuk mengajarinya di kamar.

Ya Tuhan, dikamar dan hanya berdua.

Sekalipun kalimat Taehyung yang mengatakan bahwa Jungkook hanya adik manis yang membutuhkan bantuan masih diingatnya, menurut Jimin beda lagi. Dia tak kurang dari kelinci mesum kelaparan.

Dan kenapa tidak Namjoon?

Atau Yoongi yang sangat pintar mengumpat dalam bahasa Inggris.

Dan disinilah kecerdasan Jungkook berada. Dia bisa saja memaksa siapa saja menuruti keinginannya.

Ayolah Jimin, berbagi itu indah.
Katakan itu pada pantat Hoseok.

Jimin gelisah sendiri karena seminggu penuh waktu kosong Taehyung akan Jungkook ambil darinya. Padahal itu akan berfungsi lebih baik jika digunakan untuk berkencan dengannya saja.

"Aku tidak tahu jika akan hujan seharian, dan Jimin berhenti mengacak-acak rambutmu, jelek." Hoseok mencibir tapi masih lekat pada tontonannya saat ini.

"Mereka sudah dua jam di dalam hyung. Dua jaammm." Ucapnya dramatis.

Boleh muntah tidak, ya?

Hoseok merasa dirinya adalah hyung baik yang berfungsi dalam keadaan semacam ini. Jadi semenjengkelkan apapun lelaki berambut hitam yang kesetanan itu, Hoseok mencoba memberinya sedikit penenang seperti ;

"Sabarlah, nanti juga keluar. Sebentar lagi makan malam kan?"

"Aku mengirimnya pesan dan dia bahkan belum membacanya." Hoseok menganga tidak percaya, Jimin kok jadi begini ya? Sebegitu berbahaya kah Jungkook, bahkan pintu kamar Jungkook dihadapan mereka seakan ingin Jimin bolongin dengan sorot matanya.

Tapi Taehyung bukan anak perawan. Hoseok berdehem.

"Kau ini percaya tidak sih? Pada Taehyung." Jimin menggigit bibir bawahnya gelisah.

Entah ini sudah narasi keberapa dimana di tuliskan bahwa Jimin bukan pecemburu.

"Aku percaya tapi, bagaimana nanti kalau Jungkook memberi Taehyung obat perangsang-"

"Demi Tuhan Jimin Park!" Jimin mengaduh kecil karena lembaran majalah dari Hoseok. Tapi matanya melebar melihat seseorang yang sangat disayangi, dicintai- boleh muntah? -nya itu keluar dengan wajah cantiknya yang lelah.

"Taehyungieee.."

Euwh. Bitch pls calm the fuck down.

"Oh, Jimin." Respon Taehyung imut. Jimin langsung menelisik tubuh Taehyung.

Bersih. Hoho.

"Ayo, mandi. Badanmu kotor."

"Ha?" Hoseok menggeleng dan mengangkat bahunya pasrah saat Taehyung menatapnya bingung. Mana ada kotor?

Setibanya dikamar.

"Apa itu Tae?" Taehyung baru sadar saat Jimin menanyakannya. Dia mengaduh lucu.

"Oh ini, handycam, aih.. aku bisa sendiri." Taehyung protes saat Jimin hendak membuka kemejanya.

"Untuk?" Jimin duduk diatas tempat tidur.

"Entahlah Jungkook bilang nilai biologinya turun." Jimin terbatuk kecil melihat Taehyung mengotak-atik benda hitam itu.

"Ng.. Jungkook kelas 12 kan?" Jimin menyeringai. Taehyung mengangguk samar tapi masih asik dengan benda di tangannya.

"Jadi.. harusnya dia sekarang sedang pada bab reproduksi?"

Glup.

Taehyung melebarkan matanya dan sejurus kemudian dia menoleh pada Jimin, Jimin sudah menyeringai maksimal dan makin menakutkan saat melihat wajah takut Taehyung. Jimin merebut handycam itu. Hingga menaruhnya diatas meja saat lampu kecil merah disudutnya hidup.

Taehyung kicep. Jimin sudah berjalan pelan ke arahnya.

"Jim.. makan malam? Ng, kurasa.." Mata Taehyung bergerak gelisah.
Mati dia mati mati, Jungkook lihat saja nanti.

"Sayang, kita berikan materi pelajaran dulu untuk baby Jungkook kita."

Glup

Terima kasih Jungkook.

Jimin menatap penuh gairah pada lelaki berwajah fuckable itu, setidaknya itu dimatanya. Jimin sudah mengurung Taehyung diatas tempat tidur, merebahkan pelan.

"Ayo lakukan pelan-pelan, dan berulang agar Jungkook paham."

"Yakmmmmph!"

______________________________________

End.

MinVWhere stories live. Discover now