Suasana terik matahari cukup membuat para siswa di sebuah sekolah swasta di Jakarta Selatan mencari sesuatu untuk di jadikan alat sebagai kipas. Pelajaran ketiga setelah istirahat barusan makin membuat kantuk siswa yang sudah kenyang dan malas untuk belajar kembali. Ketika suara langkah kaki mendekat ke arah kelas tersebut para siswa langsung kembali ke tempat duduk mereka masing – masing karena guru mata pelajaran mereka sudah datang. Seorang wanita paruh baya memakai kacamata sambil membawa buku teks besar langsung mengucapkan salam dan masih berdiri memperhatikan seluruh kelas.
"Hari ini kita kedatangan murid pindahan." sahut guru itu memulai pembicaraan sambil menaikkan sedikit kacamatanya.
Riuh sorak para siswa di kelas itu mulai menghiasi seluruh ruangan, sang guru langsung mengetuk meja keras agar mereka semua diam.
"Kenapa di pertengahan semester seperti ini ada murid pindahan bu?" tanya Hardy salah satu siswa di kelas tersebut.
"Karena suatu alasan dia pindah dari Bandung ke Jakarta ini, nanti kalian sendiri bisa menanyakan hal tersebut padanya. Ayo silakan masuk." ujar sang guru kembali mengarahkan pandangannya ke pintu masuk.
Lalu terlihat seorang siswa laki – laki yang bermuka asia dan warna kulitnya agak kuning kecoklatan, dengan rambut panjang hitam kelam yang di ikat ke belakang dan memakai seragam sekolahnya terdahulu.
"Namanya Refly Hermawan. Tolong bimbing dia untuk pelajaran yang sempat tertinggal sebelumnya anak – anak." sahut sang guru wanita dan mempersilahkan siswa baru tersebut memperkenalkan diri dan langsung menyuruhnya untuk duduk di sebuah kursi kosong dekat jendela kedua paling belakang sebelah kiri.
Sang guru langsung mengabsen tiap murid di kelasnya dan berhenti pada sebuah nama yang tidak menyahut panggilannya dari tadi.
"Albert Julius?" guru wanita itu menoleh ke arah kursi paling belakang yang tepat berada di belakang kursi yang sudah di tempati oleh murid baru tersebut.
Semua siswa juga menengok ke arah tempat duduk siswa yang bernama Albert Julius tersebut, terkecuali siswa pindahan yang berada di depannya masih sibuk mengeluarkan buku – buku pelajarannya. Guru wanita tersebut langsung mendatangi kursi Albert dan menarik telinga siswa yang sedang tertidur itu.
"A—Aooww--" ringis Albert merintih kesakitan dan langsung tersadar akan gurunya yang sudah berada tepat di depannya.
"Kau cukup berani tertidur di kelasku, Albert." ujar sang guru mendelik tajam ke arah muridnya tersebut.
"Ma--Maafkan saya, bu. Habis saya tadi malam begadang untuk mengerjakan proyek yang ibu berikan hari ini." balas Albert tidak mau kalah masih mengelus telinganya yang memerah sehabis di jewer oleh sang guru.
"Tidak usah banyak alasan, nanti temui ibu di ruang guru sehabis pulang sekolah. Kau mengerti Albert?" lanjut sang guru berjalan kembali ke depan kelas dan mengabsen sisa murid yang belum di panggil olehnya.
Albert hanya mendengus kesal dan mengucek matanya yang masih terkantuk – kantuk berusaha fokus. Namun, ketika menggerakkan kepalanya untuk mengambil buku pelajaran di tasnya, dia mencium sebuah aroma yang nyaman sekali dari arah depannya. Dia cukup terkejut karena kursi kosong di depannya sudah terisi oleh seseorang, karena sebelumnya selama ini tempat tersebut kosong dan tidak ada penghuninya. Di lihat dari arah belakang, Albert tidak mengenal orang tersebut karena dia cukup menghafal semua wajah teman sekelasnya. Rambut hitam panjang yang di ikat ke belakang dengan tengkuk seperti wanita, namun terlihat bahu yang kokoh dan cukup lebar. Albert juga baru menyadari aroma nyaman tersebut berasal dari tubuh teman sekelasnya yang baru itu.
.
.
.
Albert menekuk wajahnya karena sehabis di ceramahi habis – habisan oleh wali kelasnya tersebut karena tertidur di kelas barusan. Baru kali itu saja dia sampai bisa tertidur di kelasnya, banyaknya tugas dan presentasi di sekolahnya juga kegiatan klubnya yang membuatnya mencapai batas kelelahan. Meskipun Albert salah satu siswa yang spesial di sekolahnya karena mendapat perlakuan khusus dari bakat melukisnya yang sudah profesional tidak menjadikannya bebas melakukan apa saja seperti tertidur di kelas. Seketika aroma nyaman yang di rasakannya tadi di kelas kembali muncul dan dia tersadar siswa yang duduk di depannya tersebut berjalan melewatinya tanpa menengok ke arah Albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
One In a Million (BoyxBoy)
RomanceKetika sebuah hobi yang sangat kau sukai sekarang menjadi sesuatu yang kau benci. Itulah yang dirasakan oleh Refly sekarang. Ballet adalah kehidupannya semenjak ia kecil, namun ballet juga adalah sesuatu hal yang merampas semua kehidupan bahagianya...