Jakarta Selatan adalah kota administrasi yang paling kaya dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dengan banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat bisnis utama. Jakarta Selatan merupakan daerah penyangga atau daerah resapan air bagi Propinsi DKI Jakarta. Kota Jakarta Selatan memiliki satu kawasan industri yaitu, Cilandak Commercial Estate yang di dukung oleh sarana listrik dan sarana komunikasi sebagai penunjang investasi.
"Albert, tumben lo datang ke ruangan OSIS tanpa diminta?" ujar Lena saat mereka berdua sedang berdiskusi tentang pentas seni yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi.
"Kemarin 'kan lo bilang mau ngomongin tentang pensi bulan depan? Ya udah gue mampir ke sini." balas Albert malas.
Lena hanya menyengir lebar. Lalu memberikan sebuah file laporan yang cukup tebal kepada Albert.
"Semua klub sudah memberikan proyek acara yang akan mereka tampilkan nanti, terkecuali klub Balet." lanjut Lena menerangkan.
Albert agak terkejut mendengar ucapan dari sang Ketua OSIS sekaligus teman kecilnya tersebut.
"Nggak usah kaget begitu. Vina bilang ke gue dia masih bingung tentang pertunjukkan balet apa yang akan di tampilkan. Dia sering curhat sama gue tentang keadaan anggota klubnya yang tidak terlalu serius dengan latihan baletnya." tukas Lena lagi mendesah pelan.
"Kemarin Vina juga ngomong ke gue begitu. Dia masih minta gue buat ngajak Refly ke klubnya." balas Albert membolak – balik proposal yang diberikan oleh Lena tadi.
"Angkatan kelas tiga sudah pada tahu kok, lo paling deket sama Refly. Jadi nggak kaget juga Vina memelas sama lo buat ngajak Refly masuk ke klub Balet. Tapi gue bingung tuh anak kayaknya langsung menjauhi semua yang berurusan dengan balet, dia nggak ada cerita apa – apa sama lo, Al?" tanya Lena memberi jeda sebentar.
Albert terdiam sejenak memikirkan kejadian beberapa hari lalu saat Refly menceritakan tentang phobianya terhadap balet.
"Al? Kenapa? Refly cerita sesuatu ke lo?" tanya Lena masih penasaran.
"Chorophobia. Refly bilang begitu ke gue, tapi gue nggak tahu penyebabnya apa sampai dia punya phobia kayak begitu." jawab Albert pelan.
Lena terkejut mendengar hal itu dari Albert.
"Jarang seorang penari mempunyai phobia seperti itu. Pasti ada alasan di balik Refly nggak mau menari lagi." ujar Lena lagi antusias mendengarkan pembicaraan yang Albert ucapkan.
"Lo tahu tentang Chorophobia?" tanya Albert.
"Nggak terlalu juga sih. Tapi gue pernah punya saudara yang menderita phobia kayak begitu, cuman bukan phobia terhadap balet." jawab Lena lugas.
Albert hanya termenung memikirkan apa penyebab Refly mengidap phobia seperti itu. Apakah dia memang benar mempunyai sebuah cedera sehingga phobia itu muncul begitu saja? Albert tidak tahu tapi firasatnya mengatakan terjadi sesuatu dengan kehidupannya di masa lalu.
Beberapa saat di ruang OSIS mendengarkan ocehan Lena tentang pensi yang akan di laksanakan bulan depan, akhirnya Albert pergi setelah bel keempat berbunyi dan kembali menuju kelasnya. Namun langkahnya terhenti karena melihat seseorang yang berdiri di depan klub Balet dan Albert mengenal orang itu dengan baik.
"Refly!!" panggil Albert langsung berlari menuju ke arah Refly yang terkaget karena sahutan dari Albert.
Refly tidak menengok malahan berusaha tidak mendengar suara Albert yang menangkap basah melihatnya ke arah klub Balet. Namun tangan Albert yang besar menggenggam pergelangan tangan Refly erat sebelum dia menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
One In a Million (BoyxBoy)
RomanceKetika sebuah hobi yang sangat kau sukai sekarang menjadi sesuatu yang kau benci. Itulah yang dirasakan oleh Refly sekarang. Ballet adalah kehidupannya semenjak ia kecil, namun ballet juga adalah sesuatu hal yang merampas semua kehidupan bahagianya...