Pentas seni yang di adakan beberapa minggu kemarin berjalan dengan lancar dan sukses. Klub Balet keborongan mendapat anggota baru yang ingin bergabung setelah melihat pementasan ballet lesson yang di pertunjukkan oleh Albert, Vina dan beberapa anggota lainnya. Jam istirahat makan siang hari ini di luar klub Balet sudah banyak orang yang mengantri untuk mendaftar masuk terutama kaum hawa. Vina sempat kebingungan akan hal ini karena banyaknya peminat yang datang untuk masuk menjadi anggota klub, tapi dia cukup senang ada beberapa yang benar – benar ingin belajar balet dengan motif serius walaupun ada juga yang dengan alasan hanya ingin menari bersama Albert.
"Gue nggak nyangka lo sepopuler itu, Al." ujar Vina ketika para pendaftar sudah mengisi formulir dan menunggu untuk panggilan tes.
Albert tetap terdiam menatap ke arah luar jendela terlihat murung.
"Woi, kenapa lo?" tanya Vina menepuk bahu Albert, namun dia tidak bergeming.
"Berisik lo, Vin." jawab Albert ketus masih menatap ke luar jendela, tepatnya ke arah seseorang di bawah sana.
Vina mengerutkan dahinya merasa aneh dengan sikap temannya itu, sejak selesai pentas seni tersebut Albert sering melamun dan tidak bersemangat.
"Kenapa lo? Tumben banget lo nggak bareng Refly?" tanya Vina lagi.
"--Sekarang dia udah bisa berinteraksi dengan banyak orang, liat aja tuh di bawah." balas Albert menunjuk ke arah luar.
Vina hanya menyerukan suara "Ooohh" panjang mengerti maksud dari Albert dan tidak berniat bertanya lagi kepada Albert, sepertinya dia butuh tempat untuk sendiri.
"Ya udah nggak usah murung gitu kali. Itu bagus buat Refly bisa bersosialisasi dengan teman – teman lain sebelum ujian kelulusan nanti." ujar Vina duduk di samping Albert namun masih sibuk merapikan formulir – formulir pendaftaran yang berantakan.
"Menurut lo Refly bakalan nari balet lagi nggak, Vin?" tanya Albert mulai buka suara.
"Kenapa nanya ke gue? Itu bukannya keinginan terbesar lo 'kan? Gue yakin Refly bakal nari balet lagi, karena ada sesuatu di dalam dirinya yang nggak akan pernah gue punya sebagai penari balet." jawab Vina berhenti memegang kumpulan formulir pendaftaran yang berserakan dan menatap Albert.
"Apa itu Vin?" tanya Albert penasaran.
"Sebuah perjuangan dan kedisiplinan." jawab Vina singkat kembali dengan pekerjaannya.
Albert hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya kembali ke arah luar jendela, melihat Refly sedang berbicara bersama beberapa orang. Semenjak pentas seni tersebut tidak pelak juga nama Refly di sebut – sebut sebagai seseorang yang mensukseskan pertunjukkan balet saat itu. Meskipun hanya di balik layar, ternyata banyak yang penasaran akan siapa yang membuat klub Balet menjadi sukses seperti itu.
"Ref, mau pulang nggak?" tanya Albert setelah bel terakhir berbunyi.
Refly langsung menengok ke arah belakang dan menganggukkan kepala cepat, aroma tubuh yang di sukai oleh Albert kembali tercium membuatnya merinding. Semenjak ciuman saat di ruang klub Balet tersebut, Albert berusaha bersikap normal, namun selalu teringat akan bibir mungil Refly yang kecil dan berwarna merah sexy. Refly pun tidak mengungkit masalah tersebut, tetapi terkadang ketika mereka bertatapan Refly langsung mengalihkan pandangannya dari tatapan Albert.
"Refly!!" panggil seseorang dari arah pintu kelas.
Albert dan Refly menengok bersamaan ke arah suara tersebut.
"Endo? Ada apa?" tanya Refly begitu tahu seseorang yang dia kenal.
"Novel yang lo bilang kemaren udah ada nih, ke rumah gue yuk." ajak Endo langsung menarik tangan Refly keluar kelas, namun tangan Refly yang lain sudah di genggam oleh Albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
One In a Million (BoyxBoy)
Roman d'amourKetika sebuah hobi yang sangat kau sukai sekarang menjadi sesuatu yang kau benci. Itulah yang dirasakan oleh Refly sekarang. Ballet adalah kehidupannya semenjak ia kecil, namun ballet juga adalah sesuatu hal yang merampas semua kehidupan bahagianya...