Suara riuh yang berasal dari sebuah sekolah swasta di daerah Jakarta Selatan tersebut mempertandakan bahwa pentas seni yang di adakan sekolah itu sudah di mulai. Banyak stand – stand makanan dan pertunjukkan musik yang di sajikan oleh sekolah tersebut. Kerumunan orang sudah membludak dan mengitari sekolah tersebut untuk melihat setiap pementasan yang di berikan oleh sekolah itu. Dari arah klub balet semua anggota sudah bersiap – siap mengenakan kostum mereka masing – masing. Albert memakai outfit ketat berwarna hitam berlengan panjang juga celana ketat berwarna hitam juga bersamaan dengan soft shoesnya yang sering dia pakai. Badannya yang cukup terbentuk dengan di balut pakaian ketat itu membuat beberapa anggota klub melihatnya berbinar – binar belum pernah melihat seorang penari balet pria sebelumnya.
"Apakah ada yang salah dengan pakaian gue?" tanya Albert memperhatikan sekujur tubuhnya memeriksa jika ada yang aneh.
"Nggak kok biasa aja malah lo keliatan lebih--ganteng makanya anak – anak lain pada ngeliatin lo." jawab Vina enteng dengan memberi jeda sejenak sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan anggotanya.
Albert hanya mendengus pelan lalu melihat ke arah Refly yang masih menatapnya intens.
"Ke--Kenapa Ref?" tanya Albert lagi gugup.
Refly masih tetap diam memperhatikan tubuh Albert yang sempurna. Tubuh tingginya yang cocok dan perawakannya yang seperti model membuat Refly cukup terpesona dengan penampilan Albert sekarang.
"Ref jangan liatin Albert terus donk. Gimana pakaian gue? Udah bagus belum?" sahut Vina berdiri di depan Refly yang sontak membuatnya terkejut.
"I--Iya sudah bagus kok Vin. Tidak usah khawatir kau sudah terlihat cantik." jawab Refly mengalihkan pandangannya dari arah Albert.
Vina memakai outfit berlengan panjang yang ketat berwarna putih juga di ujungnya yang berenda dan rok tutu yang sesuai dengan bentuk tubuhnya. Rambutnya yang sudah pendek hanya di rapikan sedikit saja agar tidak menganggu pementasannya ketika melakukan gerakan – gerakan sulit bersama Albert nanti.
"Ayo saatnya klub Balet tampil. Segera siap – siap di belakang panggung." sahut seorang panitia acara pentas seni itu.
Semua orang yang berada di klub langsung keluar dan menuju panggung pentas yang sudah di buat sedemikian rupa oleh panitia penyelenggara pensi tersebut.
"Meskipun ini bukan pertamanya gue tampil di panggung untuk nari balet. Tapi tetap aja perasaan gugup kayak begini masih muncul apalagi berduet dengan lo, Al." ujar Vina mengenggam kedua tangannya berusaha menutupi kegelisahannya.
"Tidak usah gugup Vin, aku percaya pada kalian. Tiga minggu kalian berlatih giat seperti itu aku rasa kalian sudah cukup mahir." tukas Refly memegang pundak Vina.
"Lebay banget lo Vin biasanya juga lo yang paling pede buat tampil di panggung begini." ujar Albert tertawa pelan.
"Sial lo!" ketus Vina kesal namun di selingi tawa juga.
Refly yang melihat itu hanya tersenyum polos juga terlihat raut kesedihan di wajahnya.
"Kenapa Ref?" tanya Albert yang melirik sekilas ke arah Refly dan mengelus pipi Refly yang lembut.
"Tidak apa – apa, Al hanya teringat betapa dulu aku terobsesinya dengan balet namun sekarang aku takut sekali menari." jawab Refly kembali dengan tubuhnya yang gemetar.
"Hentikan itu!!" sahut Albert memegang kedua bahu Refly sontak Refly melihat ke arah Albert menatapnya dengan tajam.
"Gue janji bakalan bikin lo nari balet lagi dan akan gue pastikan itu. Jadi tolong lihat perform gue saat ini dengan hati lo. Karena gue datang ke kehidupan lo hanya buat lo Ref." ucap Albert serius, namun dia sudah di tarik oleh Vina ke atas panggung karena panitia sudah memanggil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
One In a Million (BoyxBoy)
RomanceKetika sebuah hobi yang sangat kau sukai sekarang menjadi sesuatu yang kau benci. Itulah yang dirasakan oleh Refly sekarang. Ballet adalah kehidupannya semenjak ia kecil, namun ballet juga adalah sesuatu hal yang merampas semua kehidupan bahagianya...