#7__Coz I know better than yourself

2.2K 131 29
                                    

Mas Doni terlihat makin cuek dan sudah tak lagi mau datang ke apartemnku lagi. Sepertinya sudah tak ada lagi harapan untuk bisa mendapatkan hatinya. Hati yang terlampau keras dan beku untuk ku cairkan.
"Hey Lian, tumben bengong disini. Mana Doni? Biasanya kamu selalu bersama dia kan?" Ujar Gani sambil duduk didepan ku.
Aku tersenyum tipis dan mencoba menghilangkan rasa sedih dihatiku. "Ga apa kok Gan. Mungkin saja Mas Doni sedang sibuk dengan pekerjaannya."
Ia tersenyum dan memandang ku geli. "Kamu kayak orang patah hati saja. Oh iya ini undangan pernikahan ku dengan Kendra. Jangan lupa untuk datang ya."
Disodorkannya selembar undangan nya didepan ku.
"Kamu akhirnya sadar juga kalau dialah cintamu yang sebenarnya. Selamat ya Gan." Kataku sendu.
"Kenapa Yan? Kamu patah hati ya karena aku menikah ya?" Katanya sambil tersenyum menggodaku.
Aku tertawa kecil, "mana mungkin aku patah hati karena kamu menikah. Mana ada cerita seperti itu. Yang ada dulu kamu yang patah hati."
Ia tertawa dan menggaruk kepala nya yang tidak gatal. "Ah kamu itu mengungkit-ungkit lagi hal itu. Namanya orang usaha kan ga papa. Lagian sekarangaku sadar kalau cinta tak bisa dipaksakan. Kamu juga harus ingat itu." Ejeknya balik kepada ku.
Aku tersenyum sumir, tapi aku yakin kalau aku tak memaksakan cintaku, aku tau mas Doni juga menyukai ku. Cuma ia gengsi mengakui nya.
"Yan, kamu dipanggil pak Doni." kata Risna sinis sambil berlalu dengan sombongnya.
Aku menghela nafas dalam-dalam dan bangkit. "Aku tinggal ya gan. Ingat jaga baik-baik Kendra."
"Siap boss!" Katanya dengan sikap menghormat kepada ku.
Ku langkahkan kakiku menuju ruangan mas Doni. Mungkin kah ia ingin mengakhiri komitmen nya untuk tinggal bersama ku kemudian menikahi Risna.
Harus kah aku mengatakan kehamilan ku ini, walau aku tahu itu tak akan mengubah apapun diantara kami.
"Oh kamu sudah datang, tutup pintu nya. Dan duduk." Ia melepas kacamata nya dan memandang ku lekat.
Sedikit rasa ngilu menghujam jantungku, menyisakan kepedihan dan rasa perih yang begitu nyata.
"To the point aja mas. Aq masih banyak kerjaan." kataku datar sembari berusaha menyembunyikan kepedihan ku ini.
Ia tersenyum tipis dan sedikit mengobati sakit ini, mungkin kah kita ditakdirkan untuk tidak saling memiliki?
"Oke ya, aku juga masih banyak pekerjaan." Sahutnya sambil menyandarkan tubuh nya ke kursinya. Nampak wajah tampan nya terlihat agak lesu. Ya wajahnya akhir-akhir ini kulihat berbeda dengan dulu saat ia belum mengikuti semua keinginan ku.
"Aku sudah tidak bisa lagi tinggal bersama mu. Sudah semua permintaan mu kupenuhi, dan aku mohon jangan pernah mengganggu lagi hubungan ku dengan Risna. Kami akan segera menikah 4 bulan lagi."
Aku diam, tak ada rasa terkejut, tak ada rasa kecewa lagi. Aku tahu ini mungkin batasan​ yang tak pernah bisa aku dapatkan.
"Selamat ya mas, semoga pernikahan mu berjalan lancar." Aku mengulas sebuah senyuman dan bangkit dari tempat duduk ku.
Hancurkah hatiku? Remuk kah jantung ku? Itu pasti, tapi yang kutahu sudah tak berbentuk lagi. Mungkin sudah tak berbekas lagi, cinta bertepuk sebelah tangan, ku korbankan segalanya namun tetap saja aku tak pernah bisa memiliki hatinya.
Kupandangi lekat tubuh laki-laki yang teramat sangat ku cintai dengan bodohnya. Benarkah dia bukan jodohku? Benarkah memang kami tidak ditakdirkan untuk bersama? Semua daya dan upaya sudah kulakukan, bahkan aku sudah melampaui batasan​ norma dan agama. Namun tak satupun Berhasil mewujudkan mimpi ku untuk menjadi wanita nya, menjadi pendamping hidup nya dan menjadi ibu dari anak-anak kami kelak. Kukira cerita novel chicklit yang sering kubaca itu akan terwujud nyata dalam hidup ku, namun ternyata itu tidak berlaku untuk ku.
"Boleh kah aku meminta satu pelukan terakhir sebelum kita berpisah? Tidak lama 2 menit saja." Ucap dengan air mata membasahi pipi ku.
"Terima kasih sudah memberikan aku banyak kesempatan untuk bersama mu. Terima kasih untuk semua nya"

#@@#
Hari ini aku memulai pekerjaan hari pertama ku di kantor cabang Semarang. Sepertinya mas Doni benar-benar tidak ingin aku merusak pernikahan nya dan . memindahkan aku ke cabang Semarang ini.
David yang sudah pulang dari Inggris juga mendapat amanat dari uncle Tobi untuk menghandle kantor cabang Semarang ini.
Aku agak jaga jarak dengan David agar ia tidak mengetahui keadaan ku saat ini. Kalau dia sampai tau yang sudah terjadi, bisa-bisa mas Doni bakal babak belur dihajar nya.
"Yan, ntar siang kita lunch bareng ya. Jangan lupa lagi lho." Ia berbelok masuk keruangan kerja nya.
Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Sudah kali keempat ini ia mengajak ku namun aku terus menolak nya. Oke lah biar kali ini aku menuruti nya dan sedikit memperbaiki hubungan kami yang kurang akrab.
Hp ku bergetar saat aku hendak duduk di meja kerja ku. Kulihat sekilas ke layar HP ku, nampak nama Mas Doni terpampang jelas disana. Menyebalkan dan bikin aku paranoid dengan setiap panggilan masuk atau pun sms di HP ku ini.
Jujur ingin aku menjawab nya, namun sudah ku tekad kan dalam hati kalau ia tak mau menikahi ku maka sudah cukup aku menanti nya, sudah cukup aku berjuang, sudah cukup aku merendahkan martabat ku sebagai perempuan didepannya.
Aku sudah menyerah dan pasrah dengan nasib ku ini, dan aku ikhlas jika memang ia bukan jodohku. Cukup dengan janin dalam kandungan ku ini, anak dari lelaki yang tak pernah bisa kumiliki hati maupun raganya.
"Hp mu tuh Yan bunyi dari tadi. Kenapa ga diangkat?" Suara David membuat ku tersentak dari kesibukan ku.
"Biar aja Vid, ga penting jg." Sahutku sambil melanjutkan pekerjaan ku.
"Doni barusan bbm aku nanyain kamu. Kalian lagi ada masalah? Tumben kamu nyuekin si Doni bukannya hobimu itu ngejar-ngejar cowok playboy macam dia?"
Aku tersenyum geli dalam hati, meski benar begitu kenyataannya, namun hanya rasa ngilu yang kurasakan.
"Kau tidak sampai tidur dengannya kan? Tidak segila itukan cara obsesif mu?" Tandasnya langsung dengan tatapan tajamnya.
Aku tercekat, menelan ludah dengan susah payah. Aku tidak cuma sekedar tidur, aku sudah menjadikan diriku seorang wanita murahan yang begitu mudah memberikan tubuhnya kepada lelaki yang tak pernah mencintai dan menyukaiku.
Dan sekarang aku hamil 2 bulan , sendirian. Aku takut jika keluarga ku tau, mereka akan marah besar dengan kelakuan liarku dan aib yang sudah ku buat ini.
"Jangan diem aja Yan, ini bukan kamu yang dulu." katanya sambil mendesak ku keras.
"Bulan depan dia nikah Vid, kamu tahu kan rasanya seperti apa?" Kataku sepenuh hati, mencoba untuk kesekian kalinya menghilangkan kan rasa sakit yang terus-menerus menggerus jantung ini.
Menangis? Oh no, rasanya sudah kering air mata ini untuk setiap hari menangisi takdir dan jalan hidup kami berdua.
"Aku tahu, tapi laki-laki tidak hanya dia seorang. Ada aku, ada lainnya. Kenapa harus Doni jika dia tak pernah menghargai perasaan mu dan cintamu. Jangan terlalu picik menghadapi hidup ini."
Aku diam mendengar kata-kata dari David. Cukup satu laki-laki dalam hidup ku ini mas Doni seorang. Aku tak ingin orang lain yang memiliki hati ini, aku sudah cukup bahagia meski aku tak bisa hidup bersama dengan nya. Setidaknya ada sebagian dari mas Doni dalam perut ku ini, buah cinta kami. Cinta yang bahkan tak pernah bisa aku miliki.
"Udah lah Vid, jangan bahas lagi tentang Doni. Aku sudah muak mendengar namanya. Sekarang aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang." Ku akhiri percakapan kami dan segera melanjutkan pekerjaan ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Gila Karena MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang