Sohyeon memandangi bulan yang tengah purnama. Hatinya tak menentu saat mengingat perjumpaannya dengan gadis di telaga itu. Bahkan dia belum sempat mengetahuinya namanya. Entah bagaimana bisa wajah gadis itu memenuhi relung-relung hatinya. Semua ini benar-benar mengganggunya.
***
Esok harinya, pagi-pagi sekali Sohyeon mendatangi telaga itu lagi. Tetapi tidak dalam rangka berburu. Dia ingin menemui Joy gadis yang ditemuinya kemarin yang telah membuat tidurnya tadi malam tidak nyenyak.
Hari ini Sohyeon mengenakan stelan baju bangsawan pada umumnya. Sohyeon duduk disebuah batu yang agak besar dan teduh, dia menunggu Joy disana. Berharap gadis itu akan datang lagi ketelaga itu.
Joy baru saja menyelesaikan berdoa dikuil saat teringat tentang pemuda yang ditemuinya di pinggir telaga.
Apakah dia akan datang lagi ketelaga itu?
Meskipun tidak begitu yakin akhirnya Joy memutuskan untuk datang ke telaga itu sendirian.
Matahari sudah semakin meninggi, tetapi tanda-tanda gadis itu akan datang semakin sedikit. Apakah dia benar-benar tidak datang? Apakah permintaanku agar kami bertemu lagi sudah menakutinya sampai dia tidak berani datang lagi? Beragam bertanyaan berkecamuk di hati Sohyeon.
Perlahan-lahan mendung semakin menggantung. Bahkan beberapa titik hujan mulai membasahi dedaunan. Sohyeonpun beranjak dari duduknya. Sebenarnya dia enggan untuk beranjak. Ia yakin gadis itu akan datang, tapi butiran hujan yang turun semakin lebat. Mau tak mau dia harus beranjak. Tiba-tiba dia melihat siluet seorang gadis disebrang telaga. Itu adalah siluet gadis yang dia tunggu.
Joy bersusah payah sampai di tepian telaga. Air hujan yang mulai menderas membasahi hanboknya. Ini adalah perbuatan konyol pertamanya. Menemui seseorang yang belum tentu menantinya. Dan benar saja saat dia sampai ditelaga itu dia tidak menemukan siapapun disana.
Joy mengambil air ditelaga mengunakan cawan air. Itulah alasan yang bisa berika jika ada yang bertanya kenapa berbasah-basahan saat hari hujan. Karena ia membutuhkan air itu untuk berdoa. Kemudian setelah dirasa cukup diapun beranjak bangun. Dipandanginya dirinya sendiri yang tampak menyedihkan. Semua baju yang dikenakannya telah basah kuyup terkena air hujan.
Dia benar-benar tidak datang. Tentu saja tidak datang. Aku harus bersyukur setidak-tidaknya aku tahu bahwa dia bukan orang yang baik.
Karena sudah kepalang basah akhirnya Joy memutuskan untuk berhujan-hujanan. Menari-nari dan berdansa dengan air hujan.
Awalnya Sohyeon hendak mendekati Joy. Tapi karena melihat Joy begitu menikmati bermain dibawah guyuran air hujan akhirnya Sohyeon memerintahkan Kasim Jong untuk mengambil payung dan beberapa potong baju hangat dan makanan ringan.
Joy masih asyik berdansa dengan air hujan saat tiba-tiba sebuah benda memayunginya. Serta merta dia menghentikan tariannya.
"Tuan.."
Joy terkejut. Sohyeon tersenyum melihat Joy yang salah tingkah.
"Nona, apa yang kau lakukan ditengah hari hujan seperti ini?"
"A-aaku mengambil air untuk berdoa."
Joy menunjukan cawan air yang tadi sudah diisinya dengan air telaga
"Lalu bagaimana dengan tarianmu? Apakah itu bagian dari ritual?"
Sohyeon terkikik.
"Bagaimana dengan tuan, apa yang tengah tuan lakukan dihari hujan didekat telaga? Bahkan Anda tidak terlihat seperti orang yang sedang berburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
True love - End
Fiksi PenggemarHalloo.. Aku? Namaku Park Sooyoung, tapi teman-temanku biasa memanggilku Joy. Aku adalah seorang anak yatim piatu, aku tinggal bersama paman dan bibi. Oh ya. Aku adalah seorang siswi tingkat pertama di Anyang Art High School. Oh ayolah tentu kalian...