Two

628 39 1
                                    

Aku berjalan santai. Saat ini masih pukul enam pagi. Di karenakan aku memakai sepatu putih, jadi aku harus berangkat lebih awal. Agar guru yang berjaga digerbang tidak mencatatku.
Aku ingin mengikuti cara dia. Istilahnya sih, 'bermain bersih'.
Tapi jangan salah sangka ya. Aku bukan gadis nakal. Ups maksudku, aku bukan gadis famous yang memakai pakaian dan rok ketat serta tas gendong mahal. Aku masih mengenakan baju dan rok sesuai dengan standar dan tasku juga hanya tas bergambar gajah warna-warni.
Childish bukan? Its okay. Tapi soal perasaan. Aku tidak main-main!

Aku hanya duduk dikursiku saat sudah sampai dikelas. Hebat sekali. Seorang Arana baru kali ini menjadi orang pertama yang memasuki kelasnya pada pagi ini. Biasanya aku masuk saat sudah bel dan sambil berlari-lari. Seandainya aku telat? Huh, langsung saja malamnya kakiku akan pegal-pegal. Karena disuruh berlari memutari lapangan 20x. Belum lagi jika pelajaran guru galak. Pasti hukuman akan ditambah begitu saat masuk kelas.
Sesuai dengan para pelajar yang lain. Akupun juga selalu mengerjakan pr disekolah. Mohon jangan di tiru ya kawan-kawan. Hehe. Tapi jangan salah. Aku juga mementingkan pendidikan lebih dari apapun. Tapi masalah cinta, cuma kamu nomor satuku!

Kelasku ada dilantai dua. Jadi aku pasti akan tiba dikelas dengan nafas yang memburu. Seolah-olah tiada hari tanpa olahraga.
Apabila lantai dua untuk jejeran kelas sebelas, angkatanku. Maka kelas yang berada dibawah kelasku adalah kelas duabelas. Dan apabila dilantai dua paling kanan adalah kelas sebelas mipa 1, maka untuk lantai satu paling kanan adalah kelas duabelas mipa6.
Jadi, aku yang masih menduduki kelas sebelas dan menepati kelas mipa5. Maka tepat bawah kelasku adalah kelasnya Gilang. Eh, kak Gilang.
Sekarang hari selasa. Pukul tiga sore. Dan diluar sedang hujan. Aku didalam kelas seorang diri. Aku sedang menunggu seseorang. Apabila kamu bertanya apakah aku akan senang bila bertemu orang ini, maka akan aku jawab Ya dengan tegas.
Suara kaki terdengar meskipun suara rintik hujan mendominasi. Aku yang seharusnya sudah ada dirumah sejak pukul dua tadi mendadak harus membatalkan acara tidurku. Setelah aku membaca pesan rahasia ini, pesan yang tertulis di mejaku. Dengan pensil memang.

Awalnya, hari ini adalah jadwal kelasku untuk ulangan matematika. Kamu tahu bukan, kalau matematika itu rumusnya banyaknya bukan main. Apalagi yang cos, sin, tan apalah itu. Jadi aku dan teman-teman setuju untuk membuat catatan rumus dimeja. Mohon ya jangan ditiru lagi:).

Saat sedang mencatatnya, aku baru sadar. Dimeja ada sebuah pesan akupun mendadak berhenti menulis.

Gue tunggu lo pulang sekolah dikelas. Gilang

Entah itu asli dari ka Gilangnya, ataupun dari orang lain. Yang pasti saat ini aku sedang menunggu orang yang menulis tersebut.
Jadwal pulang setiap kelas berbeda memang. Kalau kelas sepuluh jam dua sudah bisa tiduran dirumah. Kalau kelas sebelas jam tiga baru diijinkan pulang. Maka kelas duabelas akan lebih sore dari kelas sebelas. Kira-kira jam empat-an mungkin.
Akan kupastikan, 10menit lagi aku akan pulang. Masa bodo, orang itu akan datang atau tidak. Sekalipun itu adalah ka Gilang. Apakah wajar membiarkan seorang gadis menunggu sendirian hingga satu setengah jam lamanya?
Dan sekarang, aku mendengar derap langkah seseorang. Dengan hujan rintik-rintik diluar aku menoleh ke arah pintu. Hatiku berdebar kencang saat mengetahui yang akan memasuki kelasku adalah ka Gilang.

Iya gilang
Gi-lang.

Ku ulangi ya, G I L A N G. KA GILANG! Jadi yang mengirimiku pesan rahasia itu adalah ka Gilang. Aku kira itu bohongan.

Mataku mengikuti arah kakinya melangkah. Meskipun aku masih dalam keadaan duduk dan seolah-olah biasa saja. Asal kamu tahu ya, kupastikan hatiku menghangat dan jantungku berpacu lebih cepat. Orang yang selama ini aku suka, aku hanya bisa memandangnya ada didepanku.
Hanya berjarak satu bangku dan dia duduk dimeja depanku.

"Jadi, lo yang suka sama gue?" Ucapnya.
Aku menoleh menatapnya. Ternyata dari dekat, wajahmu terlihat lebih ganteng. "Engga"Ucapku. Munafik memang, tapi mau dibawa kemana harga diriku?

"Kata temen-temen gue, lo suka sama gue."
"Salah kali."
"Terus kata temen-temen lo, lo suka sama gue."
"Temen gue siapa?" Ucapku mulai merasa ketakutan. Aku takut, dia akan merasa terganggu akan perasaanku. Akan kehadiranku.
"Ada deh." Lalu dia mulai berjalan mendekat kearahku.

Aku yang duduknya dibelakang lalu mendorong kursi agar semakin mundur kebelakang. Kurasakan kursiku sudah mentok ke tembok. Good Arana, kamu akan lari kemana lagi. Dan dia sudah ada didepanku persis. Hanya berjarak tiga centi mungkin. Lalu dia menunduk agar sejajar denganku.

Kepalaku semakin mundur hingga sudah sampai benar-benar nempel tembok. Dia mendekatkan kepalanya ke arahku. "Kalo sekarang gue tanya lo. Lo suka ga sama gue?" Hembusan nafasnya terasa ditelingaku. Mulutku diam seribu bahasa. Sekarang wajahku dan wajahnya hanya berjarak beberapa centi saja. Sampai-sampai aku harus menahan nafasku.

Aku tidak berani menatapnya,hanya menunduk. Namun kurasa ada tangan yang terjulur menyentuh daguku. Aku sedikit terkesiap namun tetap mengadah.

Namun kurasa, sesuatu menempel pada bibirku. Kamu tahu apa?

He got my first kiss.
My first kiss?
OMG! MY FIRST KISS!!

Cukup lama aku mengerjapkan mataku setelah aku mendorongnya jauh. Aku melihat dia akan mendekatiku lagi. Sontak aku berdiri berencana untuk kabur.

Namun belum sempat aku berlari, dia sudah ada didepanku lagi. Memblokir jalan lariku. "Baru dicium aja udah takut. Gimana nanti?" Kata-katanya sangat tegas sehingga aku tidak mampu berkutik lagi. Hanya bisa menatap kearah sepatu putihku.
Dia mengangkat daguku dengan tangan kanannya,"kalau diajak ngomong liatnya ke matanya dong." Lalu mataku berhenti tepat dimatanya. Hitam pekat, seolah-olah dimata itu banyak kesedihan yang telah dia lihat.
Dia mengusap leherku membuat aku merinding geli. Aku merasakan ketakutan. Kenapa aku bisa menyukai orang seperti ini?
"Kalau gue minta yang lain lo mau gak? Kan katanya sayang..." Aku masih diam. Namun pandangan mataku sudah menatap kedepan.

"Mau apa lo?" Ucapku menantangnya meskipun sebenarnya aku ketakutan.

"Mau make kamu. Kamu suka kan sama aku? Sayangkan sama aku? Cinta kan?" Ucapnya bertubi-tubi.

Aku diam. Aku mengalihkan pandanganku. Bukan ke matanya lagi. Jangan-jangan dia pk? Kamu tahu? Penjahat kelamin.

"Lo pk?" Tanyaku. Dan tentu saja tidak dijawab.
Lalu aku merasakan kengerian yang luar biasa setelah dia semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Dengan mulutnya yang membisik di telingaku dan tangannya mengusap dileherku. Aku merasakan ketakutan.

Apa yang akan dia lakukan selanjutnya?

Gilangku Sayangku[6/6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang