Chapter 8 : Why him ?

5 4 0
                                    

.
.
.
.

' Real or not?'

Aku terus berlari dan berlari meninggalkan lelaki itu.

Ah, entah kenapa hanya berlari yang dapat aku lakukan...

Tanpa melihat keadaan sekitar, aku terus berlari walaupun tidak berlari sepenuhnya karena kakiku terasa sangat sakit.

Lalu...


'Brukkk...'


Aku terjatuh tepat disebuah koridor rumah sakit yang terlihat sangat sepi.

' Hufft... untung aku jatuhnya ditempat sepi. Kalau tidak, bisa malu aku.' Lirihku.

Belum saja aku terbangun, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki seseorang dari arah belakangku.

" Loh...Abiona..." Teriak seseorang dari arah belakang.

Terdengar suara, sepertinya itu adalah suara laki-laki.

Karena merasa takut, aku terus menundukkan kepalaku dan masih dalam keadaan duduk dilantai.

'Siapa yang memanggilku? ' Lirihku dalam hati.

" Hey...Kok kamu ada disini? " Ucap lelaki itu sambil terus mendekatiku.

Saat aku masih tertunduk tiba-tiba saja dihadapanku sudah ada seorang lelaki yang sedari tadi bertanya padaku.

Aku ingin sekali menatap wajahnya. Tapi keberanianku terkalahkan oleh rasa takutku.

Dan sepertinya lelaki itu masih memandangku. Lalu, ada tangan yang memegang rambutku dan membuka sebagian rambut yang menutupi wajahku.

Dan akhirnya... wajahku pun terlihat olehnya.

'Kak Boby... Kenapa dia bisa ada disini?' Lirihku dalam hati.

" Kenapa kakimu? " Dia melihat kaki kananku yang sudah mulai mengeluarkan darah.

Aku tak menjawab sedikitpun pertanyaannya. Aku masih kesal atas kejadian kemarin...

Aku tidak tahu mengapa aku kesal padanya. Yang jelas ketika aku melihat wajahnya, hatiku memanas ingin sekali berkata padanya bahwa aku tak suka jika dia mendekatiku.

Kemudian dia berada disampingku, dan seketika badanku diangkat olehnya.

Aku tak menyukainya. sangat tidak suka. Aku terus meronta-ronta. Aku tidak ingin berkata padanya.


Seketika ...









Plakk...









Hening...









Tanganku menyambar permukaan pipinya dengan sangat keras.

Dan langkahnya pun terhenti. Dia kembali melihat kearahku. Pasti dia melihat wajahku yang memerah karena tanganku butuh tenaga untuk menamparnya.

Tanpa disuruh, dia pun meletakanku dilantai dimana tadi aku terjatuh. Dan sekali lagi... Dia kembali melihat kearahku. Namun sekarang tatapannya sangat tajam.

Mendekat... Terus mendekat...

....

Terus mendekat...

....

Mendekat...

" Loe MUNAFIK!!" Ucapnya seraya meninggalkanku dan ...

' Aww...' Lirihku ketika baru saja dia menendang kaki kananku yang sedang terluka.

Bahkan otakku tak bermaksud untuk melakukan tamparan sekeras itu, tapi tangankulah dan hatiku yang ingin sekali berbicara padanya lewat tamparan tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

still waiting youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang