Kulihat dia
Terduduk sepi
Memohon belas
Warga kota
Yang silih berganti
Lalai bersama duniaBekas duhulur
Simpati diraih
Demi sesuap nasi
Namun
Jarang sekali berisi
Kaleng sahaja berdentingan
Mengisi kesepianKemana pergi
Belas kasihan
Kemana pergi
Hati nurani
Dibiar dia kelaparan
Sedangkan
Kita kian membuncit
Dengan kesenangan
Harta dunia.
YOU ARE READING
Madah Luahan Jiwa
PoetryHanya nukilan insan yang gemar bermain madah pujangga, mungkin takdir membawamu menyinggahi teratak akasara diri yang menyimpan seribu rahsia menunggu persona diri membaca memahami tersurat tinta