23. ITALIA?

4.9K 281 0
                                    

Gabriel memakirkan mobilnya tepat di garasi rumahnya, lalu ia membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah, wajahnya sumringah ia berjalan sambil senyam senyum sendiri.

"Kenapa baru pulang jam segini?" tanya dion dengan nada dingin dan datar, membuat gabriel mengerutkan dahinya.

"Kenapa lo? Sirik?" tanyanya sambil menyunggingkan senyum sinis.

"Mama sakit! Lo masih gak perduli" mata gabriel langsung terbelaklak mendengar dion mengatakan itu.

"Mama sakit?" tanyanya panik, dion hanya mengganggukan kepalanya, gabriel langsung menerobos dion yang berdiri di depanya, gabriel langsung berlari menghampiri mama di kamar, mama sedang terbaring di tempat tidur dengan selimut yang melapis badanya.

"Mama sakit apa?" tanyanya sambil menyentuh tangan mamanya, mama tersenyum lembut sambil mengelus rambut gabriel.

"Gabriel kenapa baru pulang?" tanya mama.

"Gabriel abis nge Date sama Helen" jawabnya, mama tersenyum, papa dan dion ikut masuk ke kamar.

"Mas, ada yang papa mau bicarakan sama kamu" ucap papa duduk di samping gabriel, gabriel menoleh ke arah papa.

"Mama kamu sakit kanker otak nak" lidah gabriel seakan kaku dan ia merasa tertohok saat itu juga, matanya berkaca kaca.

"Papa kenapa baru bilang sekarang? Kanker otak itu penyakit jangka panjang pah" protes gabriel, membuat papa terdiam.

"Mama tidak mau buat kamu sedih nak, tapi sekarang kamu harus tau ini" ucap mama dengan nada yang lirih dan mata yang berair.

"Rumah sakit indonesia merujuk mama kamu ke San Giovanni hospital" ucap papa.

"Itu rumah sakit di mana pa?"

"Italia nak" jawab papa membuat nafas gabriel seakan sesak, ia mengacak rambutnya secara kasar, beban hidupnya terus bertambah.

"Lusa kita pindah ke italia, papa sudah siapkan tiket"

"Gabriel gak bisa pa" gabriel langsung menolaknya, dion langsung menyambar kerah bajunya gabriel.

"KEADAAN KAYAK GINI LO MASIH EGOIS?" tanyanya sambil membentak membuat suasana semakin keruh, gabriel mendorong dion sampai mengenai tembok, papa dan mama tak bisa berbuat apa apa.

"LO GAK TAU APA YANG GUE RASAIN, GUE INI BUKAN KELUARGA KALIAN, GUE GAK BERHAK IKUT KALIAN!" jawabnya.

"I DON'T THINK SO, GUE RASA LO ITU GAK MAU NGERASAIN PENDERITAAN KITA SEMUA! ANAK GAK TAU TERIMA KASIH!" makinya seakan menusuk jantungnya.

"JAGA YA MULUT LO! GUE PUN SAYANG SAMA MAMA DAN PAPA! TAPI LO YANG SELALU NYALAHIN GUE" bentak gabriel dengan emosi yang meluap luap, mama menangis melihat anaknya bertengkar hebat.

"APA? FIKIR DULU KALO MAU NGOMONG, SELAMA INI GUE SELALU NGALAH SAMA LO KARNA APA? INI SEMUA BUAT MAMA! KARNA GUE GAK MAU LIAT MAMA SEDIH KARNA GUE TERUS TERUSAN NGELAWAN LO, ANAK HARAM!!!!" emosinya meluap luap tak bisa dikendalikan.

"NGAPAIN LO NOLAK PINDAH KE ITALIA? KENAPA GAK BISA NAKAL DISANA? TENANG RIEL DISANA BANYAK KOK DISKOTIK YANG BERKUALITAS, GAK SAMPAH KAYAK DISINI!"

Gabriel mengepalkan tanganya, tubuhnya gemetar menahan emosi.
"BANGSAT!!!" makinya ke depan wajah dion, dion hanya tersenyum sinis.

"Kalo gue bangsat! Lo apa? Lo kan lebih hina!" papa langsung menampar dion terang terangan, pipi dion langsung memerah dan panas, nafasnya terengah engah.

"JAGA MULUT KAMU, KAMU ITU DARAH DAGING PAPA! TAPI KENAPA KAMU YANG MALAH TIDAK BERPENDIDIKAN" bentak papa, gabriel menatap dion tajam.

Gabriel langsung pergi dan keluar dari kamar, tapi tanganya ada yang meraih, tangan lembut dan ringkih menggenggam erat jarinya.

"Kamu alasan mama bertahan sampai sekarang nak, jangan pernah tinggalin mama" ucap mama sambil memeluk gabriel, air mata sudah tak terbendung lagi, gabriel menyandarkan kepalanya ke bahu mama, lalu mama mengelus lembut dan mencium pipi gabriel yang dingin.

"Gabriel sayang mama" ucapnya dengan suara pelan.

"Mama mohon sama kamu, ikut mama ke italia, mama janji ketika kamu besar kamu bisa pulang ke indonesia" mama menyentuh kedua pipi gabriel, gabriel menganggukan kepalanya lalu meraih tangan mama, dan mencium punggung tanganya.

"Gabriel mau ke kamar ya ma" ucapnya mengusap air matanya yang mengalir dipipi, diliriknya dion yang sedang mengepal dan ingin menghantam wajahnya, a tersenyum sinis ke dion, dan gabriel langsung pergi meninggalkan semuanya.

Ia terpukul sangat terpukul, mama yang selama ini jadi sandaranya harus merasakan sakit keras seperti itu, mama yang selama ini ceria, sabar dan ramah kepadanya sebenarnya di balik senyum ada penyakit yang sedang menggerogoti tubuhnya, gabriel merebahkan dirinya di ranjangnya, air matanya maaih mengalir diliriknya jam bulat bergambar kartun mobil cars yang menempel di dinding, waktu menunjukan jam 12 malam.

Ia meraih bingkai foto yang berdiri di meja belajarnya yang berdebu karena tidak pernah dipakai belajar, foto keluarga kecil nan bahagia, papa merangkul mama, sedangkan gabriel menyendarkan kepalanya ke bahu mama tangan mama menyentuh pipi gabriel dan waktu itu dion masih kecil, dion di pangku mama dengan gigi yang hitam dan ompong, senyum polosnya membuat haru, dion baru saja memakinya habis habisan, dion yang polos dion teman terbaik gabriel, tidur sama sama, main, makan, mandi dan sebagainya dilalui bersama, tapi sekarang? Gabriel seolah hina dimatanya.

Gabriel menempelkan foto itu ke dadanya, matanya terpejam, ia ingin lupa ingatan saat itu juga agar tak merasa bersalah jika ia meninggalkan mama dan papa.

"Gabriel sayang mama, gabriel gak mau mama sakit, mama itu satu satunya wanita yang memang mencintai gabriel seutuhnya, apa adanya ma, i love you unconditionaly" ucapnya mencium foto tersebut.

To be continue...

I love you my senior [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang