33. Penantian panjang yang telah usai

4.8K 250 4
                                    

Tengah malam, gabriel masih mengendarai motornya di jalan raya jakarta, ia ragu ingin datang ke rumah Pak Arya, tapi, batinya sudah tak sabar untuk meluapkan emosinya kepada ayahnya yang telah meninggalkan bundanya sehingga mereka berdua terlantar.

Tapi akhirnya ia memberanikan diri untuk datang ke sana, ia membelokan stir motornya menuju rumah ayahnya.

Beberapa menit kemudia ia sampai, rumah yang amat mewah dilindungi tembok tinggu beserta besi runcing di atas temboknya dan gerbang kokoh yang memperkuat keamanan rumah tersebut.

Mendengar suara motor yang berhenti, satpam rumahnya keluar dengan muka galak, berkumis seperti sikat WC.

"Ngapain kamu!!! Mau maling ya!" bentak pak satpam menuduh gabriel seenak jidat, gabriel mengernyitkan dahinya sambil menatap satpam tersebut.

"Mana ada maling terang terangan lewat pintu depan!!! Satpam gak berkualitas dasar!" jawabnya nyolot dengan wajah khas ngeselinya gabriel.

"Terus ngapain kesini?" tanya pak satpam tak kalah galak.

"Saya mau ketemu pak arya!" ucapnya santai.

"Pak arya tidak pernah punya tamu modelnya seperti ini" jawab pak satpam.

"Siapa yang bilang saya tamu?" tanyanya dengab alis yang terangkat sebelah.

"Bukain pintu gerbangnya! Saya mau masuk" perintah gabriel.

"Kamu saya persilahkan masuk! Tapi harus saya kawal" ucapnya tegas, gabriel tersenyum sinis.

Gabriel menunggu lama di ruang tamu, tak diberi minum dan apapun, pedahal tenggorokanya kering kerontak karena selama perjalan bandung-jakarta ia sama sekali tak minum.

Ia menatap sekeliling rumahnya, banyak foto foto Pak arya dan vanessa dan ada satu foto yang sama dengan foto yang gabriel lihat di rumah Tante Vela, gabriel mengepalkan jemari tanganya, emosinya sudah berada di ubun ubun rasanya.

Tak lama kemudian, seseorang turun dari tangga bersama pak satpam tadi, lelaki yang sudah berkepala 4, tapi masih terlihat mudah, badanya masih berisi, wajahnya cerah dan matanya sedikit sipit sangat mirip vanessa, hanya bibirnya yang mirip gabriel, dengan dagu yang terbelah, senyumanya mengembang saat melihat gabriel, tapi gabriel hanya melihatnya datar.

Pak arya semakin mendekat, gabriel berdiri lalu bersalaman denganya, tangan yang hangat membuat telapak tangan gabriel ikut terasa hangat.

"Anda siapa? Dan ada keperluan apa malam malam begini" tanya Pak arya lembut.

"Saya bayi yang dikandung istri bapak 16 tahun tahun yang lalu, saya kesini ingin memberitahu bapak kalau saya ingin membalas semua yang telah bapak perbuat dengan istri bapak dan saya!" ucapnya dengan penuh penekanan di setiap katanya, mata gabriel menatapnya tajam.

Lidah Pak arya kelu dan kaku, ia menatap gabriel dengan tatapan terkejut dan dengan jantung yang bedebar kencang, ia ingat semuanya, ini bayi yang ia tinggalkan sewaktu 5 bulan di dalam kandungan, ia masih hidup.

"Kenapa? Bapak kaget? Ini pak kalo misalnya bapak gak percaya!" gabriel menyodorkan beberapa lembar foto yang ia dapat dari tante vela.

"Sama kok dengan foto yang bapak pajang di dinding" tambahnya dengan suara yang bergetar.

"Siapa nama kamu?" tanya pak arya dengan mata yang berkaca kaca menatap gabriel.

"Gabriel Abraham siswa berandalan dari sekolah Jakarta High School kelas 10C, yang ketika bapak dan para Dewan guru rapat kurikulum, saya tawuran di depan gerbang sekolah sehingga menyebabkan kerugian ratusan juta karna lab ipa dan lab multimedia hancur." ucapnya lengkap, pak arya semakin tertohok, ini sulit dipercaya baginya.

I love you my senior [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang