31. Miss you

4.9K 248 1
                                    

Helena menyisiri rambutnya lalu mengikatnya dengan ikatan asal namun terlihat cantik, ia menoleh ke arah jendela matanya terbelaklak saat melihat pohon kesayanganya layu, ia bangkit dan meraih potnya.

"Dekkk!! Cepet sekolah... Rama sudah nunggu tuh" teriak mama dari depan pintu membuat jantung helena seakan keluar, refleks ia melepaskan genggamanya dari pot mawarnya, alhasil pohon kesayangnya jatuh, tanahnya berhamburan di laintai.

"Ihhh mama!!!" bentaknya kesal, langsung berlutut dan meraih pohon mawar tersebut.

"Pohon mawar kamu udah mati, gara gara gak terkena sinar matahari, sudah sana cepat sekolah!!!" ucap mama, membuat telinga helena sakit.

Pohon kesayanganya layu dan mungkin saja mati, apa ini pertanda bahwa gabriel memang benar benar melupakanya? Atau gabriel membenci helena? Pertanyaan itu selalu terngiang di telinganya.

***
Disekolah

"Helenaaaa..." teriak riska dari belakang sambil berlari dan langsung memeluk helena, membuat nafas helena sesak.

"Helenaaa gue kangennn..." ucap manjanya membuat helena jijik.

"Ihhhh.... Lo apa apaan siii, nanti dikira LGBT!" ucapnya ketus berusaha melepaskan pelukanya riska.

-*-

"Len, terus nomor gabriel sama sekali gak aktif?" tanya riska berbisik, helena meletakan pulpenya di tengah buku dan berhenti menulis.

"Gak ris, semua sosial media dia pun off" jawabnya.

"Ini semua keputusan lo len, jadi lo harus bisa terima" ucap riska seakan menusuk dirinya, takan pernah terucap kata kata menyakitkan untuk gabriel, takan pernah ia biarkan gabriel menunggu dan takan pernah ia rela menyakiti gabriel, helena merunduk, menyesali semua yang telah pergi.

"Gue nyesel banget ris" ucapnya lirih, riska langsung merangkul helena.

"HELENA!!! Kamu kerjakan Pr nomor 5 didepan!" bentak bu mala.

"Mati gue!!" ia langsung geragapan membuka bukunya, dilihatnya Pr yang masih kosong belum ada tinta pulpen disana, helena panik bukan main.

"Hmmm.... Emmm... Saya belum ngerjain bu" ucapnya sambil menggaruk garuk lehernya disertai cengiran ngeri.

"Macam mana pula kau ini, ibu masukan buku poin kah atau bagaimana ini?" tanya bu mala dengan khas batak yang menyeramkan.

"Aduhhh bu.... Jangan dongg" ia memohon dengan wajah semelas mungkin agar namanya tak ada di buku poin.

Bu mala hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat helena seperti itu.

Akhirnya pelajaran matematika yang membuat otak migrain selesai dan langsung di sambut dengan bel istirahat yang terdengar merdu, badan yang tadinya membungkuk langsung tegap dan beranjak untuk menyerbu hidangan kantin.

Helena dan riska sudah stay di bangku makan di dekat pintu masuk kantin, dengan jus alpukat dan mangga yang bertengger di atas meja.

Arai lewat perlahan dengan leher yang di perban, ia menghampiri meja helena dan riska lalu duduk dan mengobrol bersama, itu memang sudah kebiasaan arai, walaupun preman tapi suka gosip bo.

"Ohya len, ada yang harus lo tau" ucap arai memulai pembicaraan serius, helena menatapnya.

"Apa?" tanyanya.

"Sebenernya gabriel sekarang bukan di italia" ucapnya membuat helena terkejut bukan main.

"Dia ada di mana?" tanyanya cemas dan panik.

"Beberapa hari yang lalu, gue liat dia pagi pagi ada di halte, keadaanya mengenaskan, kemeja putihnya basah trus berlumuran darah, dan ternyata pas gue liat jari tanganya robek, dan dia bilang, dia udah tau semua tentang panti asuhanya dan sekarang dia pergi untuk cari tuh panti asuhan, tapi gabriel gak kasih tau gue letaknya di mana" ucap arai membuat helena tertohok, air matanya keluar dan mengumpul di bawah kelopak mata.

I love you my senior [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang