PERJODOHAN

58 6 0
                                    

Dia sekarang lebih dewasa. Ya, setidaknya sudah banyak perubahan positif dari dalam dirinya. Kak Arsya yang sekarang berbeda dengan kak Arsya yang aku kenal dua tahun yang lalu.

Ah, aku jadi teringat masa - masa awal pertemuan kami yang tak pernah terbayangkan dalam benakku akan berjalan seperti ini.

#######

Flashback ON

"Nessa, nanti malam dandan yang cantik ya. Kita mau makan malam sama keluarga teman Papa yang baru datang dari Semarang."

"Iya, Pa" jawabku santai.

"Papa mau kenalin kamu sama anak kolega Papa" ucapan papa membuatku tercengang.

"Nessa tau nih arah pembicaraan papa. Mau jodohin Nessa kan? Pa, papa kan tau kalo Nessa pengennya ngejar karir dulu," sanggahku.

"Udahlah Pa, biarin aja Nessa selesaikan kuliahnya dulu" bela mama.

"Lagian Nessa juga masih semester 4, Pa. Masih jauuuhh" aku masih berusaha membela diri. Lagian nggak ada untungnya juga ngejodohin aku, aku kan sudah punya gebetan. Huft!

"Nanti kalau kalian sudah kenal juga bakalan deket terus, nggak bakal jauh"

"Ini bukan soal jauh - dekatnya jarak, Pa. Lagian ini kan bukan jaman Siti Nurbaya"

Ya sudahlah, tidak ada gunanya berdebat dengan Papa. Pasti tetap kalah.

Masih dengan muka cemberut aku berlari masuk ke kamarku.

Kenapa sih, nasibku begini banget. Tragis! Huhuhu,,,tega bener Papa sama anak bungsunya ini.

*****

"Apa loe bilang? Dijodohin? Hahaha...."

"Sst...sstt...Ra, bisa dikecilin nggak sih tuh volume kalo ketawa?" kataku sambil menempelkan jari telunjuk ke mulutku.

"Sorry,,sorry, Nes. Gue cuman ngerasa lucu aja. Hari gini koq masih ada aja orangtua yang berusaha ngejodohin anaknya. Hahaha..." Fira masih saja tertawa.

"Bisa diem nggak sih loe? Gue tinggal juga nih. Nyesel gue curhat sama loe."

Fira tiba-tiba terdiam lalu nyeletuk, "Nes, gue curiga, jangan-jangan ortu loe punya hutang kali sama keluarga cowok itu. Makanya buat ngelunasin utang, loe yang dijadiin tumbalnya."

"Idih, amit-amit jabang bayi. Jangan sampe deh."

"Lagian mungkin ortu loe punya pertimbangan alasan yang logis sampe loe dijodohin kek gini."

"Itu dia. Alasannya klise. Cuman karena bokap gue pengen tali silaturahmi antara keluarga gue sama keluarga si cowok ini gak putus. Pake ditambah - tambahin kalo si cowok ini dewasa lah, udah mapan lah, udah punya kerjaan tetap lah."

"Emang apa pekerjaan dia? CEO?"

"Polisi," jawabku singkat, padat, dan jelas.

"Wuih, hebat tuh. Apalagi kalo punya pangkat, trus ganteng kayak yang di tipi - tipi itu. Pake seragam TURN BACK CRIME. Kan kelihatan gagah tuh. Gue mau juga doonk."

"Ambil noh, ambil" kataku sambil menghias -ngibaskan tanganku.

"Beneran nih? Tar loe nyesel lagi" Fira masih menggodaku.

Aku hanya berdehem.

"Oh ya, ntar waktu loe nikah gue diundang kan?"

"Firaaaaa...."

*****

"Hei, Attar. Apa kabar nih?"

Ya ampun Tuhan, jangan sampai laki-laki ini yang akan dijodohin sama aku, kataku dalam hati.

"Baik,, baik. Oh ya, ini Nessa, anakku yang dulu waktu kecil merengek-rengek minta gendong sama kamu, cuman karena dia pengen balon anakmu yang kamu pegang" jelas papaku panjang lebar.

"Halo, om. Nessa" jawabku singkat setelah bersalaman dengannya.

Hah, syukurlah. Bukan dia orang yang mau dijodohin sama aku, ucapku dalam hati.

Trus mana orangnya? Lagian si Om ini juga sendiri. Mana juga istrinya?
Penyakit kepo ku muncul tiba-tiba.

Seperti bisa membaca pikiranku, beliau langsung berkata,
"Emm, sebentar ya. Bunda..."

Nampak dari arah kananku seorang wanita paruh baya berjalan dengan anggun ke arah kami, kemudian menyalami kami bertiga.

"Bun, Arsya mana?" Om Gandhi mencoba membuka percakapan setelah kami dipersilakan duduk.

"Maaf, Yah. Barusan Arsya ke toilet sebentar," jelas laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapan kami ini, sambil menyalami Papa dan Mama, tak lupa menyebutkan namanya.

Oohh jadi ini yang namanya Arsya. Yang mau dijodohin sama aku.
Hmm, ganteng sih. Maskulin, tinggi, macho. Deuhh, kayaknya idaman cewek banget. Eh, tapi kenapa mau dijodohin ya? Kalo nggak laku sih impossible banget. Pasti banyak cewek-cewek yang udah pada ngantri. Wah, tanda tanya besar nih. Harus hati-hati sama pesona nih orang.

"Eh, hai. Nessa" jawabku gelagapan, sambil menerima uluran tangannya untuk memperkenalkan diri.

Aduh, malu nih. Ketahuan deh kalo lagi nggak konsen. Hmm, pasti dia ngira kalo aku lagi mengagumi dia diam-diam.

***

Setelah acara makan malam selesai, Om Gandhi membuka percakapan kami lagi, tapi lebih serius.

"Tar, sepertinya rencana kita untuk besanan bisa terwujud nih. Gimana menurutmu, Tar"

"Kalau aku sih tergantung mereka berdua aja."

Aku mencoba membantah, "Tapi Pa...."

"Kalo Arsya sih ngikut apa kata ayah sama bunda aja. Arsya yakin pasti ayah dan bunda punya pertimbangan yang baik buat masa depan Arsya"

Aku speechless. Melongo kayak orang bego.

Ni cowok ngomong apaan sih, pake nyela segala. Pake sok-sokan menerima rencana konyol ini, lagi.
Helloww mas bro, kita belum saling kenal loh.

"Oke, kalo gitu kapan bisa kita rencanakan pertunangan mereka?"

Omegosh, Papaaa....jeritku dalam hati.

"Setuju. Pertunangan kalian akan diadakan bulan depan."
Om Gandhi langsung mutusin kayak hakim bikin keputusan di pengadilan aja.

Cowok yang duduk di depanku cuman senyam-senyum nggak jelas.

"Haaa??"
Ya ampun, mimpi apa aku tadi malam?
Aku hanya bisa tertunduk lesu,malas mendengarkan percakapan mereka lagi.

"Hei, aku boleh minta nomor hape kamu? Whatsapp? Pin BBM? Id Line? Instagram?" Ucapannya menyadarkanku.

Hiiihh nih cowok nggak paham keadaan banget sih? Rutukku dalam hati.

#######


Untuk part berikutnya masih berlanjut flashback Nessa yaa 😉

Jangan lupa vote & comment-nya...

Maturnuwun ;)

STUCK ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang