PESONA SANG GEBETAN

45 5 0
                                    

"Oh ya, gimana kabar kak Zhafran? Doi masih usaha pedekate sama loe?"

Fira adalah satu-satunya teman cewek yang paling dekat denganku. Tapi jangan pernah berpikir bahwa kami LGBT atau aku tidak bisa berteman dengan teman-teman mahasiswa yang lain.
Aku memang supel, periang, ditambah dengan otakku yang lumayan lebih encer, aku bisa punya banyak teman di kampus. Bahkan security dan tukang parkir kampus pun bisa cepat akrab ngobrol denganku.

Tetapi Fira berbeda. Aku mengenal Fira sejak kami sama-sama satu kelas waktu ambil jurusan IPA di SMA. Sampai-sampai kami kuliah pun kami tetap ambil jurusan yang sama, Bahasa dan Sastra Inggris. Agak melenceng 'kan?

Aku memang suka dengan pelajaran Bahasa Inggris dari sewaktu aku masih SD. Makanya aku semangat ambil jurusan ini waktu kuliah. Tapi Fira, entahlah...

"Kayaknya sih gitu" jawabku sekenanya, sambil mengaduk - aduk gado - gado di hadapanku.

Oh ya, ngomong - ngomong soal kak Zhafran, dia itu kakak tingkat kami di kampus. Sekarang dia sudah semester enam. Dia adalah salah satu cowok populer di kampus, dengan gayanya yang cool, pintar, ditambah dengan posisinya sebagai ketua senat membuatnya diidolakan oleh banyak mahasiswi di kampus ini.

Termasuk aku pun juga diam - diam mengidolakan dia. Tapi aku tidak pernah bermimpi lebih jauh untuk dekat dengannya, karena yeah, I've said it before, kalau bukan cuman aku yang ingin berdekatan dengannya.

Kak Zhafran.
Aku mengenalnya pertama kali pada saat ospek di kampus. Dia menjabat sebagai ketua panitia ospek. Dia selalu ada di barisan paling depan waktu menyambut kedatangan para mahasiswa baru setiap pagi selama ospek berlangsung. Dia juga selalu berusaha membelaku ketika ada panitia ospek yang ingin mem-bully-ku pada saat seminggu-waktu-ospek.

"Hai," sapa seseorang sambil menepuk pundakku pelan. "Koq kemarin nggak kelihatan di kampus?" lanjutnya.

"Owh, kemarin aku nggak enak badan, kak" tumben dia perhatian padaku.

"Mm...Nes, kak Zhafran, aku ke kelas duluan ya. Bentar lagi Mr. Hanan masuk nih. Kalian lanjutin aja mesra - mesraannya."

"Apaan sih loe. Kelas kamu kan kelas aku juga, Ra" aku berusaha menahan Fira.

"Iya, lagian masih 10 menit lagi kan? Trus Mr. Hanan juga biasanya telat kan masuk kelasnya" tambah kak Zhafran.

"Yaahh, gak enak donk gue jadi obat nyamuk di sini" Fira masih menggerutu.

"Oh iya, Nes. Nanti habis kuliah ada acara nggak?"

"Nggak ada. Emang ada apa, kak?" tanyaku penuh selidik.

"Ntar jalan yuk. Aku mau beli kado buat seseorang"

Belum sempat aku menjawab, Fira datang menghampiri kami "Alhamdulillah. Nes, mata kuliahnya Mr. Hanan kosong nih. Bisa langsung pulang deh kita"

Oh ternyata dia tadi diam - diam pergi ninggalin aku sama kak Zhafran?

"Yeaayyy" aku bertepuk tangannya pelan.

"Ooo ya udah, kalo gitu kita cabut sekarang aja yuk, Nes." Aku hampir lupa dengan ajakan kak Zhafran tadi.

"Emang kalian mau kemana? Trus gue gimana donk? Ah Nessa, jahat banget sih loe main ninggalin gue aja" rengekan Fira mulai terdengar.
Tapi, "Iya deh, gak pa pa. Aku juga udah ada janji sama Ayank Krisna koq.hihihi"

"Gitu ya. Loe hutang cerita sama gue" ucapku sambil mengajak kak Zhafran keluar dari kantin, "Yuk, kak."

*****

Mobil kak Zhafran terparkir rapi di basement dan kami pun segera menuju ke beberapa butik yang ada di mall itu.

Ketika melewati sebuah toko, dia mengajakku masuk dan memintaku untuk mencoba dress yang dipilihnya. Katanya orang yang akan diberinya kado itu punya postur tubuh yang sama denganku.

Dan ternyata dress yang dipilih kak Zhafran adalah dress keempat yang aku coba, berwarna biru elektrik, krahnya V-neck, dengan model shanghai tanpa lengan.

Hhh,, sungguh beruntung orang itu bisa memiliki dress pemberian kak Zhafran, ucapku dalam hati.

Sambil menyamai langkahnya keluar dari butik itu, aku bertanya "Umm, kakak beli kado itu untuk siapa?"

"Ada deh" jawabnya singkat.

"Itu 'mah bukan jawaban" rasa keingintahuanku masih muncul. "Pasti orangnya spesial ya?"

"Kenapa? Kamu penasaran? Nanti aku kenalin sama dia"

Entah mengapa ada rasa yang berbeda dalam hatiku. Cemburu? Bisa dibilang seperti itu.
Tapi aku sadar, aku kan bukan siapa - siapanya kak Zhafran.

"Kita makan dulu yuk. Laper nih, dari kampus tadi belum diisi" ajaknya.

Kak Zhafran sedang menikmati menu makan siang pilihannya, sementara aku hanya memesan es krim. Bukannya aku sedang nggak punya uang, tapi memang aku sedang tidak punya selera untuk makan.

"Sok jaim banget sih cuman pesan es krim doang. Kamu gak suka menunya? Atau jangan - jangan kamu lagi diet ya? Hahaha..." tawanya memecah suasana.

"Enak aja" kataku sambil melempar tisu ke arahnya.
"Aku masih kenyang, Kak. Kak Zhafran kan tau tadi aku makan di kantin sebelum ke sini."

Masih terdengar tawanya, "Jangan ngambek donk. Aku kan cuman bercanda. Lagian kamu makan es krim kayak anak kecil aja, belepotan kemana - mana."

"Hah, masa' sih?" Reflek aku segera mengelap bibirku.

"Nih sekarang malah ada serpihan tisu nempel di muka kamu" katanya sambil mengambil potongan tisu di dekat bibirku.

Oh, God. He's so cute. Deg - degan  banget nih bisa sedekat ini sama dia. Cuman bisa tahan napas.

"Mmm..Kak, kita balik sekarang aja yuk. Tapi kita ke kampus dulu. Motor aku kan masih di sana."

Pengalihan yang bagus, fiuuhh.

"Siap, cantik" ucapnya sambil mengangkat tangan, pertanda hormat seperti seorang tentara.

*****

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" jawab seseorang dari dalam rumah.

##########################

Ceritanya masih gaje nih.
Belum ada alurnya yang bikin greget.

But, thanks a lot for reading.

STUCK ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang