“Ini bukan karena aku nggak sayang kamu, Minori.”
Aku hanya menatap dingin kepada pria yang duduk dengan gelisah di hadapanku. Secangkir espresso yang masih beruap tidak aku sentuh. Campuran geli, jijik, muak, dan ungkapan sebal lainnya kualamatkan padanya.
Dengan berat, kumajukan tubuhku. “Tinggal satu bulan lagi. Kamu gila?”
“Beasiswa ini, aku sudah tunggu selama dua tahun.” Suara pria itu terdengar bergetar. Dasar banci.
“Kan bisa kita menikah dulu, setelah itu kamu berangkat. Kalau kamu mau aku ikut, oke. Aku akan tinggalkan karir aku di sini.” Rasanya saat ini, aku ingin menjambak rambutku sendiri. Bagaimana mungkin aku mengemis cinta terhadap laki-laki yang lebih memilih beasiswa daripada cinta.
Dia menarik napas lagi. Kali ini terdengar sangat berat sampai kurasa bisa membolongi meja di depannya. “Aku ingin konsentrasi. Aku janji segera setelah aku kembali, kita langsung menikah. Di mana? Di Bali? Bandung? Lombok?”
Bali, Bandung, Lombok. Kepalamu!
“Aku minta, jangan temui aku lagi,” tegasku.
“Minori, aku nggak mau kita putus. Kita hanya menunda pernikahan,” jelasnya tergagap.
Aku bangkit. Tidak menyentuh sedikitpun minuman atau makanan kecil yang terlihat lezat. Setengah mati aku menahan agar air mataku tidak meleleh di depan pecundang seperti dia. “Kamu … akan menyesali keputusanmu hari ini.”
Dengan kaki gemetar, aku berjalan keluar dari coffeshop. Berusaha berlari secepat mungkin jika ada kemungkinan dia mengejarku. Setelah cukup jauh, aku menoleh ke belakang dan melihat tidak ada siapa-siapa. Pria itu bukannya mengejarku malah duduk sambil termenung di dalam coffeshop.
Dasar laki sinting!
~~~~~~~~~~
Assalamualaikum, selamat malam Minggu ;)
After a looooong time, akhirnya mencoba untuk menulis sesuatu lagi. Kali ini perkenalkan rekan saya yang baru, Minori Ramlan :D
Semoga bisa update minimal seminggu sekali. Cerita single all the time juga sebisa mungkin akan dilanjutkan.
Selamat menikmati ya, semoga menikmati :)
Love ya,
Vy
KAMU SEDANG MEMBACA
Minori Mengejar Cinta (TERBIT)
ChickLitGagal menikah di usia 33 tahun tidak membuat Minori patah semangat. Dia percaya, suatu hari cinta sejati akan datang padanya. Berbeda dengan Minori, Ersad justru tidak percaya dengan cinta. Trauma masa lalu membuat pria berusia 35 tahun itu memutus...
