BAB 2 : Seperti menyelam di air keruh. Nggak kelihatan apa-apa alias butek!

10K 1.5K 149
                                    

Malam ini, pemotretan dilakukan di atap sebuah gedung bertingkat. Ponsel ONOOPO yang biasa ditujukan untuk pasar anak muda, kini mulai merambah ke pasar dewasa. Harganya pun dibanderol lumayan tinggi, sehingga kami berpikir konsep glamour akan cocok. Beberapa sosialita akan terlihat sedang berbincang sambil memegang ponsel yang merupakan produk terbaru dari ONOOPO. Atap gedung itu pun dalam sekejap disulap menjadi tempat pesta. Para kru hilir mudik. Beberapa talent yang berparas rupawan juga tampak sedang di-make up. Sampai saat ini, semua masih sesuai dengan ide yang kami rancang.

Aku duduk lesehan tanpa alas di salah satu sudut. Celana berwarna moka yang kugunakan khusus untuk kencan buta pun sudah terlihat kotor. Dari kejauhan, Hana melambai dan berlari kecil mendekat.

"Gile! Baru jam setengah delapan kok udah di sini?" tanyanya sambil memberikan sekaleng minuman soda.

Dengan getir aku tertawa. "Tahu nggak, ini kencan buta paling buta yang pernah gue jalanin. Cuma setengah jam."

Hana duduk di sampingku. Saat bekerja, sahabatku yang supermodis ini akan terlihat sangat keren. Di kantor, semua orang akan memuja selera fashionnya. Koleksi roknya akan membuat para wanita mupeng ingin tahu di mana tempatnya belanja. Belum lagi dress vintage-nya yang lucu-lucu. Namun ketika berada di lapangan seperti saat ini, dia memilih hanya menggunakan kaos, celana jeans dan sepatu kets. Berbeda denganku, pakaianku adalah untuk segala situasi dan kondisi. Lapangan, kantor, pasar, pantai, dan berbagai tempat lainnya, aku akan memakai baju yang begitu-begitu saja.

"Dia kenapa?"

"Basi. Kayak rendang yang telat diangetin," jawabku sambil manyun.

Hana tertawa. "Nah kan, kena batunya. Tobat deh, ah. Jangan ikut-ikut blind date gitu lagi."

"Han, biasanya di cocokcocokan.com itu, manusianya normal-normal, sopan-sopan. Nah ini, muka gue yang udah pakai SKII kalah mulus kayaknya ama hp dia." Aku memuntahkan kekesalanku.

Kali ini Hana terbahak. Beberapa orang di sekitar kami sampai menoleh. "Minori, udahlah. Gue bisa keram perut karena ketawa setiap lo pulang blind date."

"Permisi." Salah seorang junior Hana di kantor mendatangi kami. "Bu Hana, Pak Ersad sudah siap."

Hana berdiri. "Eh, gue tinggal dulu, ya. Fotografernya udah ready. Dia masih sepupu jauh ama gue, nanti gue kenalin. Jangan pulang dulu," teriaknya sambil berlari menjauh.

Aku menarik napas dan menyandarkan punggungku ke dinding. Saat mengecek ponsel, aku melihat ada notifikasi Whatsapp.

Rake : Nice to see you ... berharap kita bisa ngobrol-ngobrol lagi lain waktu.

Seperti koran, aku hanya membacanya tanpa membalas apa pun. Kukeluarkan earphone dari dalam tas dan memulai playlist patah hati. Menurut penelitian, ketika seseorang berada dalam mood kurang baik atau sedang kecewa terhadap sesuatu, mendengarkan musik sedih bisa sedikit membantu. Karena apa yang tidak mampu mereka suarakan, sudah diwakili lagu tersebut. Sementara jika orang sedih mendengar lagu yang senang, mereka akan turut senang, namun hanya sesaat. Setelah lagu dimatikan, perasaan sedih kembali menghantui.

Pada dasarnya, aku adalah tipe wanita maju tak gentar. Tidak mudah menyerah dalam situasi apa pun. Ketika jatuh, aku akan segera bangkit lagi. Seminggu setelah Arik memutuskan batal menikahiku, aku sudah datang ke kantor dengan semangat baru. Dalam kamusku, tidak ada judul patah hati akan membuat bunuh diri. Aku pantang sedih berlama-lama. Dan lebih memilih melanjutkan hidup dibanding terus meratapi segala sesuatu yang tidak bisa kuubah. Mami bahkan bertanya, dari mana aku mendapatkan suntikan energi? Bagaimana bisa aku tetap tersenyum menjawab pertanyaan yang itu-itu saja?

Minori Mengejar Cinta (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang