4 - Tantangan

32 1 0
                                    

Warning! Awaskan mata kalian dari typo 😌
....
Di depan pos satpam sekolah Rian membuka jendela mobilnya, "Pageh mang ujang. Semangka limarebu..oke." teriaknya lalu melesat pergi.

"Astagfirullah..itu anak benar-benar, bukannya Assalamualaikum, malah semangka limaribu. Perasan sekilo aja sepuluhribu." kata mang Ujang sambil geleng-geleng kepala.

Sabar ya mang Ujang, anggap aja Rian itu kentut.

Mobil Rian sudah memasuki kawasan parkiran khusus roda empat. Sambil bersiul ria, Rian mencari tempat parkiran yang ternyata sudah banyak menempati.

Buset, pada tajir rupanya anak-anak NB. Mobil jejer sepuluh jirr.. batinnya takjub melihat jejeran mobil mewah di sekolahnya.

Apalah daya gue yang cuma pake bajaj. Rian rendah diri sekali ya..semoga lo beneran pake bajaj Yan.

Setelah mendapat tempat parkir yang nyatanya lumayan terisi semua, Rian mendapat tempat di tengah-tengah. Di sepanjang koridor sekolah Rian disuguhi tatapan memuja dari semua murid. Berbanding terbalik dengan penampilan Rian tiap ke sekolah.

Like always. Rambut pomade kekinian, senyum manis kesemutan, baju keluar dari celana dan kacing atas kebuka satu. Untung ga punya bulu dada lo Yan. Lalu sepatu biru navynya. Jangan tanya Rian di tegur apa ngga, gara-gara penampilannya seperti itu? Jawabannya setiap hari. Dan selalu di jawab "tanda seru" oleh Rian. Ini gurunya yang di bodohi Rian atau Riannya yang memang bodoh ya!? Mana ada orang jawab cuman tanda seru doang. Ajaib lo Yan.

Kalau saja Rian bukan anak dari donatur terbesar sekaligus cucu kesayangan dari pemilik sekolah, di pastikan awal dia masuk sekolah dulu, dia sudah di.ke.lu.ar.kan. Baru juga masuk, sudah berulah.

Rian itu memang ganteng. Semua mengakuinya, tapi karena kelakuan minusnya. Semua pujian yang akan dilayangan untuknya itu malah lenyap.

"Ejablay!" sapa teman Rian gaselo yang baru saja menyusulnya dari parkiran.

"Wa'alaikumsalam." jawab Rian hikmat.

David yang mendengar pun mengeluarkan ekspresi -beneran ini sahabat gue?- . Yah, kira-kira seperti itu. Heran banget ya Vid?

Tapi setelah itu David tak mau ambil pusing lagi. Mungkin Rian sudah dapat pencerahan. Yap, bisa jadi.

"Yang lain mana?" Tanya Rian.

"Udah berangkat tadi pagi banget." balas David malas.

"Lah ini bukannya malam ya?"

"Bodo amat!" Ucap David. Rian hanya mengedikan bahunya acuh.

"Sumpah...Sekelas sama Bella, mulutnya Ya Allah. Ga bisa diem, pengen gue sodorin sendal!!" Celetuk David mengebu-gebu.

Rian menyerit bingung "lo sekelas sama Bella? Emang lo kelas mana Dav?" Tanya Rian sambil mengotak-atik handphonenya.

David menepuk jidatnya "gue sebelahan sama lo bego! Sahabat bukan sih..stalking gue kek sekali-kali Yan!" Sungut David ingin sekali melayangkan cap bogem di pipi mulus Rian. Ia sungguh gemas dengan sahabat karib bukan senasibnya yang satu ini.

"Najis..mending gue stalkin' miyabi" Tuhkan, sekali Rian ya tetap Rian. Ngomongnya seenak jidat bangsatnya.

Dari kejauhan Rian menatap seseorang yang dia sangat kenal. Cewek yang selalu jadi bulan-bulanan kejahilanannya. Padahal semuanya hanya berawal dari mereka MOS dulu dan Rian secara tak sengaja melempar segumpal kertas ke arah Raisa. Sebenarnya Rian hendak melempar kertas itu ke teman belakang Raisa. Tapi, nyatanya Rian salah sasaran.

Love On The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang