....
Kring kring kring"Astaga, berisik amat sih kaya kentut David!" Racau Rian di balik selimut yang menggulung tubuhnya.
Kring kring kring
Rian menyibak selimutnya lalu menatap horor ke jam weler birunya. Lalu mengambilnya dengan kasar. "Bisa diem ga sih! Argh..gue gundulin juga lo nanti!"
Setelah jam wekernya mati. Rian langsung menggulung tubuhnya lagi dengan selimut.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Rian bergumam, tanpa mau membukakan.
Namun ketukannya semakin menjadi.
TOK TOK TOK
"Ga dibuka, mama bakal kempesin ban motor kamu!"
Mata Rian melotot, "JANGAN MA! RIAN UDAH BANGUN!" Teriaknya semangat 45.
Rian melompat dari ranjang ke lantainya. Membuka pintu dengan kasar, mendapati Liana yang berkacak pinggang dan menatap Rian tajam
"Udah bangun kok ma." Ucapnya dengan cengiran kuda.
Namun, "aww..ma, aduh. Akukan udah bangun.. Mama." Rian di jewer oleh Liana, menyeret Rian tanpa kesian.
Mantap jaya!
Sembari menyeret Rian dengan telinganya. Liana mengoceh, "Udah mama bilangin bangun pagi. Malah nyetting alarm jam 6. Dasar anak bandel! Mama udah ngetok kamar kamu dari tadi tapi ga di bukain juga!" Omel Liana kesal dengan kelakuan Rian bangun pagi.
"Mama janji deh nggak lagi..Sakit ma, lepas aja deh.. Ma, nanti telinga aku panjang sebelah." Rengek Rian sambil memegangi tangan Liana yang menjewer telinganya.
Tepat di depan pintu kamar mandi Liana melepaskan jewerannya.
"Mandi 15 menit. Mama tunggu di ruang makan. Ga selesai, naik angkot!" Ancam Liana lalu pergi dari hadapan Rian.
Tanpa babibu lagi Rian langsung masuk ke kamar mandi. Membersihkan diri dengan cepat lalu bersiap.
Tak perlu waktu lama Rian sudah rapi dengan baju seragamnya. Tapi masih ada yang kurang. Ia sibuk mencari sesuatu di meja kecilnya.
"Mana sih!? Astagaaa." Erangnya frustasi.
Rian tersenyum sumbringah setelah melihat parfum kesayangannya ternyata terselip di sela-sela tas sekolahnya.
Semprot dikit. Perfect!
Rian berlari kecil menghampiri Liana dan duduk di kursi. Mengambil 2 lapis roti lalu mengoleskan selai stroberinya.
Liana menatap heran kepada anaknya ini. Menurun dari siapa sampai bisa begajulan seperti ini.
Untung anak, untung sayang. Batin Liana.
"Jangan terlalu cepat makannya. Nanti tersedak." Nasehat Liana pada Rian yang makan dengan lahap.
Rian hanya mengangguk.
"Papa mana ma?" Tanya Rian setelah menelan semua rotinya.
Liana menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari tab di hadapannya. "Papa berangkat duluan, katanya ada perkerjaan mendadak sama meeting pagi ini juga."
"Oh. Terus gimana, hotel mama di Bali? Ada perkembangan?" Tanya Rian penasaran.
Satu alis Liana terangkat, "Tumben kamu nanyain itu?" Liana balik tanya.
Rian mengedikkan bahu, "siapa tau Rian nanti kesana, liburan. Jadikan gratis." Jawabnya enteng.
Liana mendecih pelan, ada-ada saja anaknya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love On The Way
RandomSemua itu hanyalah jalan cinta yang kalian bentuk sendiri. Kemana kalian harus berhenti. Kenapa harus belok kanan, kenapa kalian akan belok kiri atau pun lurus. Itulah hidup. Jalan tak pernah lurus, pasti ada belokan. Rumah takkan kokoh tanpa palang...