Trowback #1

18.9K 1.2K 17
                                        


Trowback #1

Seorang gadis— ralat, wanita sedang berdiri didepan cermin berukuran sedang yang melekat pada dinding kamarnya. Mengamati tubuhnya yang berbalut dress selutut berlengan pendek berwarna hijau tosca. Sudah hampir satu jam lamanya, wanita ini masih dalam posisi yang sama.

Wanita? Ya. Dia memang sudah menikah kurang lebih lima bulan yang lalu. Dijodohkan? Tidak. Dia telah memilih pria yang sudah berada di hatinya sebulan sebelum menikah. Sebulan? Waktu yang sangat singkat bukan? Hanya dalam jangka waktu satu bulan pria itu mampu memikatnya.

Bahkan wanita ini juga tidak tau, entah hal apa yang mengusai dirinya hingga mau bersanding dengan pria yang bahkan baru dikenalnya.

“Maaf Tuan, Saya benar-benar tidak sengaja.” seorang gadis menunduk takut ketika tidak sengaja minuman yang di bawanya tumpah mengenai kemeja seorang pelanggan.

“Maaf kau bilang? Kau pikir dengan kau minta maaf kemejaku bisa bersih?” ucapnya mengibaskan tangannya pada kemeja putihnya yang basah.

“Saya benar-benar tidak sengaja, Tuan.” sesalnya semakin menundukan kepala.

“Kau tau? Aku akan bertemu dengan clientku setelah ini!”

“Maaf Tuan,” lirih gadis ini menggenggam erat bajunya. Takut? Tentu saja.

“Ahh.. Bagaimana bisa temanku memperkerjakan gadis tidak tau diri sepertimu?” makinya menendang nampan yang tergeletak di lantai dengan kasar, hingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Semua pengunjung disini hanya bersikap acuh. Tidak ada yang peduli dengan tontonan monoton seperti ini.

Tak jauh dari tempat kejadian, seorang pria tengah mengamati keduanya sedari tadi. Dia masih bergelut dengan pikirannya. ‘Sudah waktunya’ pikirnya. Dia bangkit dari duduknya dan menghampiri mereka.

“Maaf Tuan, bukankah dia sudah minta maaf?” ucapnya dingin, kedua tangannya di masukkan kedalam saku. Tatapannya tak bergeserpun dari gadis didepannya.

“Anda siapa?” pria paruh baya tadi memandangnya sinis.

“Tidak penting. Saya pikir anda sudah keterlaluan. Bukankah gadis ini tidak sengaja?”

Prilly— gadis itu mendongak. Menatap kedua orang dihadapannya. ‘Siapa pria ini? Dia menolongku?’ batinnya.

“Anda pikir, anda siapa?”

“Ada apa ini?” seorang wanita paruh baya menyela pembicaraan kedua pria tadi.

“Kurasa karyawanmu tidak becus!” ungkap pria paruh baya tadi dengan sinis. Wanita itu menoleh menatap Prilly yang sedang menunduk.

“Dia tidak sengaja. Aku melihatnya, pria ini saja yang membesar-besarkan masalah!” wanita tadi beralih menatap pria disampingnya.

“Kau tidak berniat membelanya bukan? Tuan Aliandra Syarief?” wanita tadi berdecak menatap keponakannya.

“Kau menuduhku berbohong?” Ali mentap tajam kearah auntinya.

“Aku hanya bercanda, tidak usah menatapku seperti itu! Dan Kau— Jib, Maafkan karyawanku dan keponakanku. Aku akan mengganti kemejamu.” Sarah. Wanita paruh baya itu menatap kesal temannya.

“Baiklah, Aku tunggu kemeja baru di mejaku.” Jib melongos begitu saja meninggalkan mereka.

“Saya permisi,” ucap Prilly setelah selesai membersihkan pecahan gelas yang berserakan dilantai.

“Ada apa kau kemari, Nak?” pertanyaan Sarah membuyarkan lamunan Ali yang sedari tadi menatap punggung Prilly yang sudah menjauh.

“Aku hanya bosan dengan tumpukan kertasku. Aku ingin berkunjung kesini. Mengganggumu aunti?” ucap Ali sinis. Sarah terkekeh geli mendengarnya.

IT'S TOO HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang