Hurt Me So Far #5

12.2K 1K 37
                                        


Hurt Me so Far

"Kau yang mengacuhkanku! Kau lebih memilih memperhatikan wanita itu! Kau mencintainya?"

"Aku tidak mencintainya!"

"Kau mencintainya, Ali!"

"Ya Tuhan! Aku tidak mencintainya! Ku mohon, percayalah!"

"Awalnya aku percaya padamu, Ali! Tapi semakin kesini rasa kepercayaanku semakin hilang."

"Aku-" belum sempat Ali melanjutkan ucapannya, suara wanita itu lagi-lagi menyelanya.

"Ibu sudah datang," ucapnya tanpa dosa. Ibu? Ibu akan kemari?

"Ibu kemari?" Aku berdecak tak percaya.

"Iya. Sepertinya ada yang ingin dia bicarakan." Ali yang menjawab. Dia mengusap lembut rambutku, kemudian melangkah pergi bersama wanita itu.

***

Suasa yang tercipta begitu hening, hanya ada percikan suara sendok dan piring yang saling beradu. Tidak ada yang membuka suara.

Aku menunduk ketika mereka saling tertawa, menertawai apapun itu. Aku tidak begitu mendengarkannya. Sungguh, Aku merasa asing disini.

Kulirik Ali sekilas, dia terlihat begitu bahagia. Tawanya menggema keras di telingaku. Sepertinya kehadiranku memang tidak begitu dibutuhkan disini. Mereka mengacuhkanku.

Walaupun begitu, tanganku rasanya digenggam kuat di bawah meja. Ali, dia yang melakukannya. Perasaanku sedikit menghangat.

"Ibu melupakan sesuatu. Lihatlah, Ibu mempunyai kado pernikahan untuk kalian." Ibu Ali mengeluarkan dua lembar dari dalam tasnya. Tiket?

"Tiket?" Alena mengerut menerimanya. Ibu Ali mengangguk cepat.

"Bukankah kalian belum melakukan honeymoon?" Honeymoon? Mereka?

"Tapi ini berlebihan Bu-"

"Berlebihan bagaimana? Ibu hanya memberi kalian tiket honeymoon ke Paris." Ibu Ali tertawa kecil. Ya Tuhan! Cobaan apalagi ini?

"Aku tidak setuju!" Ali bersuara. Menggenggam tanganku lebih kuat.

"Apa salah jika Ibu menginginkan bayi dari kalian?"

"Sudahlah Bu, Lagipula Kak Ali sedang sibuk."

"Sampai kapan lagi Ibu harus menunggu? Harapan ibu adalah kalian!"

"Aku sibuk!"

"Aku bisa menyuruh anak buahku untuk menggantikanmu. Kau juga butuh refreshing. Ku mohon!"

"Tapi Bu-"

"Kau mau Ibu terkena serangan jantung lagi? Apa susahnya kalian berdua menuruti kemauan Ibu?" berdua? Lalu aku? Di buang?

"Prilly- dia juga istriku! Aku akan pergi jika dia juga ikut!" Lalu kau mempertontonkan drama menjijikan bersama wanita itu? Kau mau aku melihatnya? Melihat semua yang kalian akan lakukan?

"Kau pergilah!" Aku bersuara. Menahan gejolak emosi yang sudah mempengaruhiku.

"Tapi-"

"Aku baik-baik saja!" Aku tersenyum miris. Lebih baik aku tidak melihatnya. Ini terlalu menyakitkan untukku.

"Tidak kah kau dengar? Dia baik-baik saja?"

"Kau akan baik-baik saja?" Aku mengangguk pelan. Bohong! Aku terluka. Tidak kah kau lihat? Aku terluka, bodoh!

"Baiklah. Aku akan pergi." Ali menghela nafas. Aku kecewa! Aku muak! Ali selalu saja menuruti kemauan ibunya! Bolehkah Aku marah?

***

IT'S TOO HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang