He's Back!“Dia sekarang ada disini. Kau mau menemuinya? Aku bisa memanggilnya.”
Aku menggeleng pelan. “Sudahlah Tte.”
“Hanya bertemu, apa salahnya?” Gritte menghela nafas panjang. Menatapku tajam.
“Kita sudah berakhir lama, Tte.” Aku sedikit meninggikan suaraku. Tidak kah Gritte tau. Aku sedikit takut bertemu dengan Cakka.
“Berakhir? Setahuku kalian belum mengakhirinya.” Gritte tersenyum sinis kearahku. Gritte benar, kita belum pernah mengatakan berpisah.
“Aku sudah menikah, Tte!”
“Aku lupa, kau mengakhirinya secara sepihak. Dan memilih menikah dengan pria itu!”
“Tte!” Aku berteriak didepannya. Sebenarnya apa yang diinginkan Gritte?
“Itu dia,” Gritte menunjuk seorang pria yang sedang berjalan kearah kami. Pria itu. Tidak ada yang berubah dari dirinya. Ya Tuhan! Aku merindukannya.
“Hai,” sapanya menggeser kursi tepat didepanku. Aku menundukan kepalaku, tidak sanggup jika harus bertatap muka dengannya.
“Bagaimana kabarmu, Ii?” Ii? Panggilan itu. Dia masih mengingatnya?
Aku sedikit mendongak. Pandanganku kearah pengujung kafe ini. Bukan ke mata Cakka.
“Baik,” jawabku sedikit kikuk. Jujur, aku gugup ditatap seperti itu. Mata itu. Mata yang dulu selalu menatapku lama. Mata yang selalu memancarkan kebahagiaan.
“Oke fine. Kau melupakanku!” Gritte melipat kedua tangannya didepan dada.
“Astaga! Aku baru sadar, ternyata disampingku ada manusia juga.” Gritte memanyunkan bibirnya. Mencibir ucapan Cakka. Tanpa sadar, bibirku mengulas senyuman tipis.
“Itek!” Cakka bangkit dari duduknya ingin memeluk Gritte. Namun, Gritte segera menghindar.
“Maaf, saya tidak mengenal anda!”
“Anda tidak mengenal saya?”
“Tidak!”
“Kalau begitu, perkenalkan saya saudara kembarnya Justin Bieber!” Tawaku pecah. Mereka tidak pernah berubah. Selalu seperti ini jika bertemu.
Mereka menoleh kearahku ketika mendengar tawaku yang begitu menggelegar. Dan sekarang mereka saling pandang satu sama lain.
“Kalian tidak pernah berubah!” Aku menghentikan tawaku, dan menggelengkan kepala.
“Kau pikir Aku Super ranger?”
“Power Ranger. Cicak!”
“Itek!”
“Cicak!”
“It—” belum sempat Cakka melanjutkan ucapannya, Gritte sudah berlari menjauh.
“Ada pelanggan!” Gritte berteriak, melambaikan tangannya kearah kami. Dia meninggalkanku? Menjebakku? Astaga!
“Ck! Perempuan jadi-jadian itu!” aku menoleh kearah Cakka. Sepertinya dia sedang berbicara denganku.
“Ya begitulah,” jawabku tersenyum kikuk. Cakka juga tersenyum menatapku.
***
Hening.
Setelahnya tidak ada percakapan kembali.
Aku dan Cakka sama-sama terdiam.
Sudah hampir sepuluh menit. Cakka tidak juga membuka suara.
“Ii!” aku menoleh, pandangan kami bertemu. Cukup lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/85795619-288-k339361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S TOO HURT
FanfictionDendam. Semua ini tentang dendam. Satu kata yang dapat menghancurkan hidup seseorang. "Aku ingin memilikinya. Bukan karena Aku mencintainya. Bukan karena Aku menyayanginya. Tapi, karena Aku begitu menginginkannya." --Aliandra Syarief "Jika dengan me...