04. Katakan Ini Mimpi, Hime

12.8K 936 67
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Canon Universe Love Story Of Naruto and Hinata


Safir biru yang sedari tadi sudah memanas, akhirnya mengalirkan air mata bening.

"Hi....Hi...Hime..." Lidah Naruto bergetar, sangat sulit memanggil wanita dihadapannya dengan panggilan tuan putri. Tapi ia paksa lidahnya.

Tangan sewarna madunya bergetar, terulur meraih tangan putih di hadapannya. Tanpa aba-aba tubuh tinggi besar Nanadaime Hokage membawa sang Byakugan no Hime kedalam pelukannya.

"Katakan ini semua omong kosong Hime..., katakan ini semua hanya mimpi, kau istriku kan Hinata...?" Tanyanya sambil terisak di ceruk leher Hinata.

Hinata bungkam dan terpaku dalam dekapan sang Hokage Ketujuh. Ia diam seribu bahasa, tak tahu ingin mengucapkan apa. Tapi hatinya merasa iba, iba pada sang pahlawan yang menangis sambil memeluknya. Tangannya terulur, mencoba membalas pelukan pria dengan surai sewarna kelopak bunga matahari.

Tapi sebuah tarikan halus membawanya menjauh dari pelukan sang Nanadaime.

"Jaga batasanmu Nanadaime-sama." Suara berat seorang pria menguar bersamaan dengan pelukannya terhadap Hinata.

"To...To..Toneri-kun...." Cicit Hinata pelan.

Sementara Naruto, kilatan matanya tak dapat menyembunyikan kemarahan saat Toneri melepas paksa pelukannya dengan Hinata.

"Papa...." Tapi suara gadis kecil yang tadi sempat ia abaikan sejenak kini seolah menjadi obat dari kegundahannya.

Naruto menatap sendu gadis kecil berambut indigo itu. Dia elus sayang pucuk kepala indigo si gadis kecil

"Papa..." Himawari menyerukan kembali panggilan ayah itu, tapi dia berjalan menjauhi Naruto. Atau lebih tepatnya mendekat ke arah Toneri.

Safir biru sang Nanadaime Hokage menatap pemandangan yang membuatnya memanas. Satu tangan Toneri merangkul pinggang Hinata. Dan tangan lainnya menggenggam erat jemari Himawari.

"Lepaskan mereka," suara Naruto bergetar penuh kemarahan.

"Khe..., lepas, apa hak Anda Nanadaime-sama..." Jawab Toneri congkak. "Mereka anak dan istriku." Aku Toneri, membuat Naruto berang. Pusaran cakra sudah terkumpul di telapak tangan berlapis perban sang Hokage.

"Anak istrimu kau bilang!!" Naruto menggeram, taring-taring rubahnya mulai nampak. "Kau lihat birunya mata Himawari itu mewarisi dari siapa?"

Toneri mendengus remeh, "Mataku juga biru Nanadaime-sama..." Toneri menunjuk iris baby bluenya. "Lagi pula semua yang terwariskan pada Himawari berasal dari Hinata."

Jawaban remeh pria bulan itu mampu membangkitkan emosi sang Hokage ketujuh. Mengarahkan telapak tangannya yang sudah di penuhi pusaran chakra, Naruto telah siap menyerang Toneri.

Sedikit lagi, jurus yang di ciptakan Yondaime Hokage menyerang Toneri. Tapi sebuah tangan kuat mencengkram pergelangan tangan Naruto. Hingga pusaran cakra itu menghilang dengan sendirinya.

"Hentikan Hokage-sama..." Suara pria nan berwibawa sontak membuat Naruto menoleh. Siapa yang berani dengan lancang menghalangi serangannya.

"Tou-sama.." Naruto sontak kaget saat melihat mantan pemimpin klan Hyuuga yang masih berstamina.

"Ehem..." Hiashi melepaskan tangannya yang menahan pergerakan Naruto. "Sejak kapan kau menjadi menantuku Hokage-sama."

Deg.

Jantung Naruto bergedup cepat. Penolakan Hiashi, seolah menjadi titik terang bahwa dia dan Hinata memang tak terikat dalam jalinan pernikahan. Safir birunya mencoba mencari jawaban pada mutiara lavender menenangkan milik Byakugan no Hime. Tapi hatinya semakin sakit. Hinata menggeleng pelan sambil sambil tersenyum seadanya.

Senyuman sekedarnya, hanya menampakan rasa segan antara warga dengan pemimpinnya. "Anda salah paham, Nanadaime-sama.." Naruto merasa seperti tersambar petir kala mendengar suara lembut dengan perkataan menusuk dari tuan puteri klan Hyuuga ini.

"Sudah jelas, bukan Nanadaime-sama? Bisa kau meninggalkan rumah kami sekarang." Usir Toneri Sombong.

Naruto tersenyum kecut. Ia membungkuk dihadapan Hiashi. "Maaf atas kelancanganku Hyuuga-sama..."

Mutiara lavender Hinata, menatap sendu punggung tegap sang Hokage ke tujuh yang berjalan menuju pintu.

'Gomenasai... Naruto-kun...'

つづく
Tsudzuku

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang