Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto Canon Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Naruto menampakkan safir biru di balik kelopak mata sewarna madunya. Ia terbangun di sofa ruang tamu, lengkap dengan pakaian orange dan jubah kebesarannya. Ia mendudukkan tubuh tinggi besarnya disofa berwarna putih itu. Semalaman tidur di sofa membuat sendi-sendinya terasa kaku.
Sebenarnya ia bisa saja tidur di kamar bergabung bersama 'istri merah mudanya' di ranjang ukuran king size yang ia beli dengan jerih payahnya.
Tapi hatinya menolak. Ia tidak bisa tidur satu ranjang dengan Sakura sementara di hati dan pikirannya masih tertanam nama dan wajah Hinata.
Ia tersenyum tipis merutuki halusinasinya. 'Cukup sudah Naruto..., berhenti berhalusinasi, istrimu itu Sakura-chan. Syukuri kehadirannya di hidupmu sekarang. Jangan sampai rasa sesal yang kau rasakan pada Hinata, kembali terulang pada Sakura-chan. Hinata sudah berbahagia bersama Toneri. Kau harus menerima kenyataan itu.'
Naruto mengusap kasar wajahnya. Ia bangkit dari duduknya menuju kamar dimana Sakura sedang terlelap.
...
Rambut sewarna helaian kelopak bunga musim semi itu, terlihat begitu menggelitik berpadu dengan bantal putih yang menyangganya. Safir biru sang pahlawan dunia Shinobi memandang intens sang ninja medis yang tengah terlelap.
Wajah polos murid Godaime Hokage itu membuat sang pahlawan menyunggingkan senyum sehangat mataharinya. Tangan kecoklatannya terulur membelai pipi putih yang di bingkai helaian surai merah muda itu. "Maafkan aku Sakura-chan....,"
....
Beberapa meter dari rumah sang Nanadaime Hokage, rinnegan kiri Uchiha Sasuke, menatap dengan penuh emosi apa yang penglihatan khususnya itu tangkap. "Dobe, awas kau!!!" Sepertinya Sasuke terperangkap dalam permainan yang ia ciptakan sendiri.
...
Ada yang janggal dengan Naruto pagi ini. Sudah berkali-kali dia mencoba mengikat tali di jubah kebesarannya. Tentu saja dia tidak bisa dengan mudah mengenakannya. Karena setiap pagi Hinatalah yang selalu membantu memakaikan jubah Hokagenya.
Safir birunya menatap ke arah ranjang king sizenya. Sakura masih terlelap dengan nyenyak. Tentu saja, Sakura memiliki suami seorang Uchiha yang sangat mandiri. Setiap pagi nyonya Uchiha bersurai merah muda itu malah dibangunkan dengan penuh cinta oleh suami ravennya.
Sasuke dengan senang hati akan membantunya menyiapkan sarapan. Dan Sarada puteri kecilnya itu sudah bersikap dewasa di usianya yang menginjak empat belas tahun. Semua Uchiha yang ada di hidup Sakura penuh kemandirian membuat semua pekerjaan rumah Sakura terasa ringan.
Tapi berbeda dengan rumah keluarga Uzumaki. Semua penghuni rumah Pemimpin Desa ini sangat bergantung pada Ratu mereka. Dan Hinata dengan senang hati mengerjakan semua pekerjaan rumah yang menurutnya sangat menyenangkan itu. Sehingga semua anggota keluarganya sangat manja dan tergantung padanya.
Naruto menggelengkan kepalanya cepat, bayangan Hinata yang tengah mengenakan jubah Hokagenya melintas di kepala pirangnya. 'Hentikan Naruto, berhenti berhalusinasi.'
"Nghhh.." Sakura melenguh pelan. Emerald hijaunya tampak dari kelopak mata putihnya. Pelan-pelan ia mendudukan dirinya di tepian ranjang.
"Kau tidur dimana semalam?" Tanya Sakura dengan suara baru bangun tidurnya. Ia pura-pura tidak tahu bahwa Naruto tidur di sofa ruang tamu semalaman. Padahal ia mengintai dari balik pintu dari kepulangan Naruto.
Salam sang Hokage yang sengaja tak ia jawab, agar dikira dirinya sedang tidur. Dan saat Naruto telah terlelap di ruang tamu barulah ia bisa tertidur pulas. Tapi Sakura tidak tahu bahwa tadi pagi Hokage ini membelai pipinya dan tentu saja tidak luput dari pantauan sang Suami.
Naruto tak menjawab pertanyaan Sakura. Ia malah berbalik dari hadapan kaca lemarinya, menghadap Sakura dengan tercengir lebar sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ano... Sakura-chan bisa tolong pasangkan jubahku?"
...
Hinata menonaktifkan byakugannya. Air mata bening menghiasi mata mutiaranya. Ia menangis, batinnya terasa pedih saat mata luar biasanya menangkap bayangan sahabat merah mudanya tengah memasangkan jubah kebesaran sang suami.
Beruntung ayahandanya tengah menghadiri rapat klan di ruang tamu utama mansion Hyuuga. Hiashi bisa mengamuk jika melihat puteri cantiknya ini menangis karena permainan konyol teman-temannya.
"Mama merindukan Papa, ya...?" Tangan halusnya yang terjuntai disisi tubuhnya ditarik halus oleh tangan mungil sang puteri.
Hinata tersenyum dan mengalihkan pandangannya dari luar jendelah, menatap safir biru yang di wariskan sang suami pada puteri kecilnya. Ia berjongkok mensejajar wajahnya dengan pemilik nama bunga matahari ini.
"Mata Mama terkena debu, sayang..." Jawab Hinata sambil mengelus helaian surai sang puteri yang menyerupai dirinya.
"Mama bohong...." Ujar Himawari sambil memicingkan mata birunya.
...
Tangan-tangan lembut sang ninja medis, dengan sangat telaten memakaikan jubah putih yang melapisi pakaian orange sang Nanadaime. Wajah mereka sangat dekat, hingga Naruto dapat mencium aroma cerry blossom yang menguar dari surai merah muda sang 'istri'.
Wajah kecoklatannya mulai memerah. Ia teringat bagaimana dulu gigihnya mengejar si wanita pinky ini.
"Ano...., Sakura-chan..." Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hmmmmm?" Sakura masih asyik memasangkan jubah sang Hokage.
"Maaf ya..., semalam aku tidur diluar..." Jawab Naruto canggung.
Sakura mendongakkan kepalanya, tanpa sengaja, Naruto yang kala itu sedang menunduk, membuat hidung mancung sang Hokage bergesekan dengan keningnya. Tanpa sadar hidung mancung itu menempel di kening mulus yang dihiasi tanda byakogou. Suasana canggung melingkupi rekan satu tim ini. Wajah keduanya mulai memerah.
Tampaknya sandiwara yang mereka jalankan mulai memberi efek samping pada perasaan mereka masing-masing.
つづく
Tsudzuku
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You
FanfictionNanadaime Hokage, mendapati rekan satu timnya yang dulu pernah cintai, kini menjadi istri sahnya. Lalu bagaimana dengan Byakugan no Hime yang selama ini mengisi perjalanan hidupnya. Sebuah hadiah untuk sang Hokage ke 7