Keluarga Marc mengembalikan kehangatan yang lama tak pernah kurasakan lagi. Sejak kedua orang tuaku pergi, hidupku hanya diatur dengan kekosongan. Tak ada kehangatan kasih sayang ayah ataupun masakan lezat ibu.
Namun Marc membawaku ke dalam keluarganya, keluarga yang selama ini kuimpikan.Aku ingat saat kami tiba di rumah Marc. Alex berlari dari dalam menyambut kami-- ralat, menyambutku lebih tepatnya. Dengan paksa ia melepas genggaman tangan Marc lalu dengan senang merangkul pundakku dan mengajakku masuk. Aku lihat Marc sempat melongo saat itu. Dan selanjutnya bisa kalian tebak apa yang terjadi pada kakak beradik itu.
Nyonya Rosser begitu repot menyiapkan kamar dan masakan luar biasa enak untuk menyambut kedatanganku. Binar matanya tak dapat berbohong saat ia berkata padaku bahwa DIA BAHAGIA.
Tuan Julia dengan senang hati menerimaku di rumahnya yang indah ini. Karena aku kekasih putranya, ia bahkan tak mau menaggapi ocehan Marc dan Alex yang dari tadi bertengkar dan kejar-kejaran.
"Aku senang di rumah ini, Marc."
Aku dan Marc sedang duduk di kursi taman depan sambil memandang langit. Kepala Marc bersandar pada bahuku, sementara jemarinya memainkan jemariku.
"Semoga Tuhan menakdirkan kita."
"Kau percaya takdir?"
"Percaya. Jika tidak, Tuhan takkan mengizinkan aku masuk GerejaNya lagi."
"Aku serius Marc."
"Aku percaya takdir. Sama seperti aku percaya bahwa sekarang kau ada di sini. Bersamaku. Ini takdir kita."
"Ya, terima kasih atas semuanya. Keluarga yang utuh, hangat dan mencintaiku apa adanya. Kau mengabulkannya untukku."
Marc memgangkat jemariku lalu menciumnya dalam.
"Aku yang harus berterima kasih karena cemburumu, karena ocehanmu..."
"Apa?"
"Itu yang membuatku merasa kau sangat mencintaiku bahkan sebelum kau tahu bahwa aku seorang pembalap."
Pipiku kian merona saat mendengar Marc mengatakannya, dengan mata elangnya yang tajam sanggup menusuk relung jiwa dan senyumnya yang membuat Author ingin nyaplok itu bibir (nngghhhhhh????)
Kalian juga kan reader??"Kau blushing lagi?"
"Ya Tuhan, kenapa kau selalu bisa membuatku blushing sih?"
"Itu karena aku tampan."
"Hmmm, pede sekali. Tapi aku punya permintaan yang harus kau penuhi jika kita menikah. Aku tidak akan mau melihatmu jika sedang berada dilintasan."
"Hah, permintaan konyol. Padahal semua fanfiction ku di Wattpad mengajak seluruh pemeran wanitanya berada di paddock. Tapi kenapa kau tidak mau?"
"Aku tidak ingin mati jantungan melihatmu meliuk-liuk dengan motor besar dan saling menyalip seperti itu. Mengerikan."
Marc tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang rapi.
"Jadi, kau mau menikah denganku?"
"Marc, apa kau tak bisa memberi sedikit kejutan untuk melamar seorang gadis? Kenapa tidak belajar dariku dulu?"
Aku terkikik pelan menyadari suara Alex yang tiba-tiba terdengar. Apalagi melihat wajah Marc yang pias karena malu sekaligus geram pada Alex.
"Sialan kau. Ayaaahhh."
Dan akhirnya pecah sudah tawaku mendengar Marc berlari mengadu pada Ayahnya. Mereka bertengkar lagi. Kali ini dua pembalap dunia itu naik ke sofa lalu perang bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETED
Fanfiction"Karena aku sudah terbiasa diganggu. Jadi jangan berhenti menggangguku." Kejenuhan rutinitasnya sebagai pembalap Moto GP yang berkali-kali memyabet juara, membawanya pada sebuah rumah pantai milik pamannya. Hadiah menginap selama tiga bulan karena m...