Ane lagi rajin dan semangat di part-part akhir ini genks. Itu karena idenya lagi ngaliiirrr kek air pancuran di pematang sawah *halah.
Tapi juga gak asal-asalan nulis, ane harus nyari mood yang paling baik, banyak denger lagu galau *mampus.
Dan ini dia lagu yang pas buat soundtrack part ini (cek mulmed)
Dialog pun ane gak jauh2 bikin kalimatnya per lirik.
Part ini bercerita bagaimana seorang Selena merasa kehilangan seorang Marc umtuk menikah dengan Ariana. Benar-benar kehilangan hingga Selena kudu menjauh setelah itu. Intinya Selena mau pamit pergi Dan membuat Marc berjanji untuk gak nyari dia lagi.So... check this out, baca bener-bener. Semoga part ini bisa bikin kalian baper. Kalo kagak? Ya udahdeh ane gak maksa *nangisguling-guling
***
"Di mana kakakmu?"
Alex menggeleng lesu saat menanggapi pertanyaan ibunya.
Setelah dibangunkan paksa oleh Marc untuk menemui keluarganya yang baru saja datang. Meletakkan kepalanya di punggung sofa lalu memejamkan mata kembali."Alex! Bangunlah. Cari di mana Marc. Kita sarapan bersama" Alex mengerang.
"Ibu, dia di kamar sedang mencoba tidur. Beberapa hari dia tidak bisa tidur." ucap Alex serak sesekali menguap.
"Ooohh... jadi terkena sindrom ya?"
"Tidak. Marc tidak ingin menikah." Rosser mendelik kaget mendengar ucapan Alex yang ia yakin diucapkannya dengan sadar. Dilihatnya anak keduanya itu bersedekap tangan di dada lalu mendengkur lagi.
"Apa maksudmu tidak ingin menikah? Dia yang menyuruh kami datang. Jangan bilang ini hanya permainan kalian."
Sementara Alex tak ingin bangun lagi dan melanjutkan tidurnya di sofa. Ia tahu sudah keceplosan pada Rosser. Dan Alex tak mau terlibat pertanyaan-pertanyaan menyelidik ibunya.
Melihat anak sulungnya diam melamun di kamar, Rosser mendekati Marc dan membelainya dengan penuh kasih sayang.
"Bu," tanpa menoleh pun Marc kenal siapa yang tengah membelai kepalanya. Begitu sentuhan itu membuat Marc selalu ingin menjadi anak-anak lagi. Yang jauh dari masalah pelik seperti saat ia dewasa.
"Kau terlihat kurus, Marc."
Tanpa dikomando, Marc melingkarkan tangannya pada pinggang Rosser. Ingin menaruh sekejap beban masalah ini.
"Kau tidak terlihat bahagia, apa aku benar? Jika iya, maka jujurlah apa masalahmu?"
"Aku tidak ingin menikah dengannya, bu."
"Kenapa? Bukankah dulu kau bersikeras untuk segera menikah dengan Selena?" Marc menatap manik mata ibunya. Terasa berat ketika ingin mengatakan bahwa bukan Selena.
"Dia bukan Selena, bu. Dia Ariana Grande. Anak dari seorang pria yang telah menyelamatkan nyawaku. Dia... dia sahabat Selena."
Rosser yang dari tadi menahan nafasnya kini memghembuskannya berat. Impian-impian saat Selena berada di rumahnya, membantunya memasak, bercengkrama tentang laki-laki bersama, menemaninya melahirkan seketika musnah.
Nyatanya Marc tidak menikah dengan Selena.
"Aku berhutang budi pada ayahnya."
"Dan aku tak bisa menolaknya, bu. Aku menyakiti Selena dan membuatnya menangis."
Marc menahan tangisnya di dekapan ibunya.
"Katakan sesuatu, bu. Atau aku akan menangis."
Merasa pelukan ibunya mengerat, Marc tak peduli dengan sikapnya yang seperti bocah. Ia terisak kemudian tergugu menumpahkan segala perasaannya pada Rosser.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETED
Fanfiction"Karena aku sudah terbiasa diganggu. Jadi jangan berhenti menggangguku." Kejenuhan rutinitasnya sebagai pembalap Moto GP yang berkali-kali memyabet juara, membawanya pada sebuah rumah pantai milik pamannya. Hadiah menginap selama tiga bulan karena m...