"Rei.."
"Ya.." Reihan menatap Kiran bertanya-tanya sedang Kiran langsung berbaring menatap langit biru membuat Reihan ikut berbaring juga.
"Ada apa" tanyanya
"Kira-kira Luca di sana sedang apa ya" ucap Kiran lirih
"Mungkin sedang melihat kita.. dia cemburu.. hahahahahah" tawanya membuat Kiran memukul kepala Reihan pelan..
Reihan merintih kesakitanKiran tersenyum menatap langit yang berawan, mengulang saat saat dirinya dan Luca bersama. Saling tersenyum bersama saling tebak menebak akan berapa banyak burung pipit yang lewat di atas sana. Saling beradu pendapat tentang kelinci.
"Rei.."
"Apa lagi bawel.."
"Bujuk.. kok bawel.. kan aku baru manggil!!" Gerutu Kiran
"Ahahahah.. santai Ran.. cuma becanda.. si macan ngamuk nih" Kata Reihan mengacak rambut cepak Kiran yang mulai memanjang"Ahh.. enyahin tangan lo"
"Maaf Ran.." Reihan memelas
"Hahahahahahahah .. loe gak tahu gue aja Rei.. cengeng lu"
"Duh.. makasih.. Ran.. Seneng deh di puji"
Kiran langsung memoles kepala Reihan sembari berteriak "Itu Ejekkan begooo"
Senang rasanya hati Reihan saat melihat Kiran tersenyum.
Senyum termanis seperti ibunya. Entahlah.. mungkin disana Ibu bahagia dengan Luca.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET TERAKHIR KIRAN
RomansaTak ada hal yang harus di katakan gadis itu. Bibir yang seolah membeku membuat dia terdiam. Menatap kosong jendela rumah yang terkunci dengan besi layaknya sebuah penjara rumah. Apa dosanya. Kenapa harus seperti ini? Perjumpaannya dengan Reihan memb...