Melody Desember: Kesempatan Kedua (Part 1)

32 1 0
                                    

"Halo? Ini siapa?" Tanyanya sopan ketika menerima telpon dengan nomor tak dikenal."Halo, Rara?" Sebuah suara terdengar menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan yang sama. Gadis itu tak bergeming, ekspresinya membeku seketika. Seperti tersambar petir ditengah teriknya siang, suara lelaki yang tak mampu dilupakannya kembali menyapa telinganya.

"Adri?" Gumamnya dengan mata berkaca-kaca. Hatinya dipenuhi sesak akan perasaan yang tak dimengertinya, sampai melupakan sejenak seseorang yang tengah menatapnya.

Adrian menjawab pertanyaan Tyara dengan suara tawa ringannya, seolah tak menyadari bahwa mereka kini hanyalah dua orang asing.

"Apa kabar? Aku kangen kamu." Ucapnya membuat jantung Tyara serasa berhenti berdetak. Tanpa sadar gadis itu memutuskan teleponnya.

Sepasang mata tak berkedip menatap keadaan dihadapannya, menyiratkan ketakutan mendalam melihat ekspresi dan kedua mata kekasihnya. Kevin tak menyangka, ekspresi yang telah menghilang sembilan bulan lalu kini muncul bagai malapetaka.

"Ara sayang." Ucapnya lembut menyadarkan gadisnya yang tengah shock, mencoba menenangkan dengan mengelus punggung tangan Tyara. Meski ia tak jauh berbeda, sama terkejutnya dengan sambaran kilat masa lalu.

Tyara menunduk, tak berani melihat wajah Kevin, mencoba menyimpan perasaan anehnya dan menghela nafas pelan kemudian menegakkan wajahnya dengan senyum tipisnya pada sang kekasih.

"Orang itu ya?" Tanya Kevin penuh selidik. Tyara hanya mengangguk. Seketika lelaki itu tersenyum miris, ada rasa tak rela melihat kekasihnya.

"Gak penting juga kok." Balas Tyara santai seraya mengalihkan pembicaraan. Kevin pasrah menerima perubahan ekspresi lain kekasihnya.

                                                                                             ***

Tyara terkesiap saat memasuki kafe yang dijanjikan Justin. Harusnya hari ini kak Justin akan mendiskusikan naskah seminggu ke depan dengannya. Tetapi sosok itu yang duduk membelakanginya, tak seperti harapan, dengan perasaan tak karuan gadis itu menulis pesan kepada Justin, protes dengan pertemuan terencana ini.

Jauh didalam dirinya berdebat sengit antara keinginan untuk kabur atau menghampiri lelaki itu, seseorang yang tak mampu ia lupakan namun enggan dikenang. Tetapi kakinya tanpa kendali melangkah mendekati sosok itu.

"Hei." Sapanya canggung seraya menepuk bahu lelaki itu pelan, dengan senyum yang dipaksakannya senatural mungkin. Adrian menoleh, matanya membelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat, dan tersenyum sopan padanya.

"Hei Ra." Balas Adrian. "Kok bukan Justin yang dateng?" Tanyanya bingung.

"Kamu janjian sama kak Justin juga?" Balas Tyara bertanya. Lelaki itu mengangguk polos. Dalam hati Tyara merutuki kejahilan Justin yang menjerumuskannya ke dalam situasi rumit ini.

"Kayaknya kamu juga dikerjain kak Justin." Celotehnya santai seraya duduk di hadapan Adrian. Lelaki itu tertawa kecil menikmati kejutan menyenangkan sahabatnya.

"Ya itulah dia." Balasnya. "Apa kabar, Rara?" Tanyanya seolah biasa saja.

"Fine. Kamu?" Tanya Tyara berusaha biasa, jauh di dalam hatinya ada degup yang lama tak berdetak mendengar panggilan 'Rara' sebagaimana dulu ia memanggil lelaki di hadapannya ini 'Riri'.

"Better when i'm with you." Jawab Adrian dengan mata berkaca. Ada rindu dan sejuta rasa yang tak mampu ia ungkapkan selain dari jendela jiwanya.

Tyara tersenyum tipis. Entah mengapa ngilu mendengar jawaban manis lelaki ini, rasa bersalah pada Kevin menyeruak seketika.

"Ri." Lirihnya. Lelaki itu menatapnya dengan konsentrasi penuh. "Kamu dan aku gak bisa lagi jadi 'kita'." Jelasnya tegas. Adrian tersenyum tipis.

Melody MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang